Nasional

Memaksimalkan Program Pergunu di Tengah Kewajiban Menjaga Jarak

Sab, 18 April 2020 | 14:10 WIB

Memaksimalkan Program Pergunu di Tengah Kewajiban Menjaga Jarak

Jika dimaknai secara mendalam, dalam situasi sosial distancing, tetap bisa dilakukan interaksi–secara online—yang  justru menjadikannnya tanpa jarak, tanpa batas. Koordinasi pun menjadi efektif dan efisien. (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online
Kebijakan menjaga jarak di tengah wabah Covid-19 saat ini membatasi perjumpaan secara fisik masyarakat. Sebagain orang mengira, hal itu akan mengurangi kualitas pekerjaan atau kegiatan yang perlu dirancang. 
 
Wakil Ketua Pergunu Aris Adi Leksono berpendapat jika dimaknai secara mendalam, sesungguhnya justru sebaliknya. Sebab, dalam situasi social distancing, tetap bisa dilakukan interaksi–secara online—yang  justru menjadikannnya tanpa jarak, tanpa batas. Koordinasi pun menjadi efektif dan efisien.
 
"Tadi malam, yang biasanya butuh waktu dua sampai tiga hari untuk Rakornas atau Silatnas, Persatuan Guru Nahdlatul Ulama cukup dengan dua sampai tiga untuk menjangkau seluruh kepulauan Indonesia. Bebagai keputusan strategi untuk gerakan perubahan yang sustanable dan mengakar (asluhaa tsaabitun fil ar'di) dapat dirumuskan dengan baik," kata Aris, Sabtu (18/4).
 
Melalui rapat daring yang dilakukan para pengurus, Pimpinan Pusat Pergunu menyegarkan kembali gerakan Teacherprenuer. Upaya gerakan Teacherpreneur yang digulirkan sejak beberapa tahun lalu, semakin penting saat ini di tengah-tengah ketidakpastian kesejahteraan guru dan tenaga kependidikan.

"Tidak ada lain tujuannya (Teacherpreneur) untuk menjadi kemulian profesi. Selebihnya adalah untuk kemurnian niat pengabdian. Seperti itulah guru kita dulu memberikan teladan," kata Aris.
 
Memperkuat Teacherprenuer, sebut Aris, Pergunu juga menggerakkan guru agar berkarya secara kolaboratif, salah satunya dengan program Guru Menulis. "Berkarya sendiri menjadi sunyi, jika bersama maka akan menjadi dialektika yang labih matang hasilnya," ungkap Aris.
 
Ia menambahkan Guru Madrasah DKI Jakarta telah memulai gerakan itu, dengan kumpulan Ontologi Esai Kehidupan.

Rapat daring juga menyegarkan lagi program Guru Pemersatu Bangsa, yang juga telah diluncurkan beberapa waktu lalu. Guru Pemersatu Bangsa tak kalah penting untuk terus disurakan, sebab hanya dari guru mulia nilai luhur kebangsaan dan Islam rahmatan lil alamin dapat terwariskan kepada generasi berikutnya agar kokoh dan kuat.
 
"Dengan demikian masa depan Indonesia akan semakin hebat, berdaulat, dan bermartabat. Dengan satu guru yang kuat nilai kebangsaannya dan ideologi Islam rahmatan lil alamin maka sesungguhnya dalam lingkup mikro tidak sedang mengedukasi satu keluarga. Itu satu guru, bayangkan kalau dilakukan seribu sampai dengan sepuluh ribu, maka enyahkan para komprador nilai kebangsaan dan keislaman yang ramah dan toleran," katanya.
 
Tantangan saat ini juga adalah persaingan abad 21 yang bukan mimpi, nyatanya terus bergeliat dan menggilas. Pergunu menangkap peluang ini dengan Pelatihan Peningkatan Kompetensi dan Pengembangan Diri Guru dan Kepala Sekokah/Madrasah dengan Learning System Manajemen (LMS), dengan portal www.gurumerdeka.id. Metode dan pedekatan yang digunakan adaptif dengan keterbatasan peserta dan nilai kearifan lokal. 
 
"Karena kami selalu diajarkan tentang prinsip al-mukhafadzotu alaa qodimis sholikh, wal akhdzu bil jadidil ashlakh," pungkas Aris.
 
Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Abdullah Alawi