Nasional

Menag Gus Yaqut Imbau Pemuda dan Pemuka Agama Bicara di Medsos

Sab, 1 Mei 2021 | 15:00 WIB

Menag Gus Yaqut Imbau Pemuda dan Pemuka Agama Bicara di Medsos

Menag Gus Yaqut saat berbicara dalam diskusi yang diinisiasi Wahid Foundation. (Foto: Tangkapan layar YouTube WF)

Jakarta, NU Online
Menteri Agama RI, Yaqut Cholil Qoumas (Gus Yaqut), mengimbau kepada generasi muda dan seluruh pemuka Agama Islam untuk turut berbicara di media sosial serta memaksimalkan penggunaan media digital.


Hal tersebut disampaikan Menag dalam diskusi bertema ‘Kompak Menebar Rahmah di Media Sosial’ yang diselenggarakan oleh Wahid Foundation pada Sabtu (1/5).


“Ini dalam rangka menyampaikan pesan agama yang moderat, toleran, dan damai. Jangan sampai ruang di media digital hanya diisi para aktivis gerakan intoleran yang mengampanyekan cara pandang ekstrem dan radikal,” ujarnya.


Gus Yaqut menuturkan, media telah memasuki ranah pribadi dan menembus ruang batas. Audiennya tidak lagi seragam atau homogen, sehingga terbuka untuk siapa saja yang ingin mengakses. 


“Saat ini media digital menjadi kekuatan utama untuk mempercepat proses modernisasi sekaligus globalisasi di masyarakat,” jelas putra KH M Cholil Bisri Rembang ini.


Selain memiliki manfaat yang melimpah, lanjut Gus Yaqut, media digital juga memiliki ‘sisi gelap’ yang memudahkan kelompok intoleran mengampanyekan perilaku ekstremisme dan kekerasan dalam beragama.


“Mereka ikut memanfaatkan teknologi digital sebagai media penyebar paham yang mereka yakini. Seperti ISIS, mereka memproduksi konten digital dengan canggih dan disebarluaskan ke mana-mana. Selain menyampaikan pemahaman keagamaan yang mereka miliki, juga menebar ketakutan di masyarakat,” ungkapnya.


Dalam acara yang digelar melalui Zoom dan disiarkan di YouTube Wahid Foundation itu, Gus Yaqut menyayangkan bahwa pesan-pesan keagamaan tidak disampaikan oleh orang yang memiliki pemahaman keagamaan yang cukup.


Mantan Wakil Bupati Rembang itu menilai, media digital telah aktif digunakan para aktivis intoleran untuk terus memproduksi wacana ekstremisme keagamaan yang seolah-olah mengesahkan kekerasan dan teror atas nama agama. 


“Sehingga media digunakan untuk merekrut dan melakukan propaganda untuk persiapan melakukan aksi ekstremisme,” jelas Menag.


Berdasarkan penelitian, lanjut Gus Yaqut, ada ratusan situs di internet yang ditulis oleh orang-orang tidak kompeten. 


“Bahkan ditemukan beberapa web Islam ditulis oleh non muslim dengan cara pandang keislaman yang tidak memenuhi pandangan baku dalam Islam,” ungkapnya.


Ia menuturkan, media digital saat ini membuat semua orang bisa menjadi wartawan. Namun, sayang sekali tidak didukung kaidah jurnalistik yang baik dan benar. 


Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori