Nasional

Mengapa Idul Adha 1443 H Bertepatan 10 Juli 2022?

Sel, 5 Juli 2022 | 17:00 WIB

Jakarta, NU Online

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengikhbarkan bahwa 1 Dzulhijjah 1442 H jatuh bertepatan dengan Jumat, 1 Juli 2022 M. Ikhbar ini tertuang dalam Surat PBNU Nomor 361/C.I.34/06/2022 disampaikan langsung oleh Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) pada Rabu (29/6/2022).


Keputusan itu menunjukkan bahwa Idul Adha yang dirayakan pada 10 Dzulhijjah 1442 H bertepatan dengan Ahad, 10 Juli 2022 M. Sementara hari Arafah yang diperingati tanggal 9 Dzulhijjah 1443 H bertepatan dengan Sabtu, 9 Juli 2022 M.


Beda dengan Arab

Ikhbar ini berbeda dengan keputusan Arab Saudi yang menetapkan 1 Dzulhijjah 1443 H lebih cepat sehari, yakni pada 30 Juni 2022 M. Keputusan tersebut juga berkonsekuensi pada perbedaan hari Arafah dan Idul Adha.


Perbedaan tersebut karena ketidaksamaan mathla' atau letak geografis antara Indonesia dan Arab Saudi. Jarak yang cukup jauh ini, sekitar 8 ribu kilometer, membuat ketinggian hilal juga berbeda.


Semakin ke barat, hilal akan tampak lebih tinggi dibanding dengan wilayah yang lebih timur. Letak Indonesia yang lebih timur dari Arab Saudi membuat ketinggian hilalnya lebih rendah. Karenanya, potensi perbedaan penetapan awal bulan, termasuk Dzulhijjah ini cukup tinggi.


"Ini meniscayakan adanya perbedaan dalam memulai hari," ujar Ketua Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) KH Sirril Wafa kepada NU Online pada Kamis (30/6/2022).


Di lain sisi, lanjut Kiai Sirril, ketampakan posisi bulan/hilal yang menandai masuknya awal bulan bisa berbeda. Untuk kasus awal Dzulhijjah tahun ini, di Arab Saudi posisi hilal baik tinggi maupun elongasinya sudah memungkinkan untuk dapat dirukyah.


Beda dengan kalender cetak

Ikhbar PBNU mengenai awal Dzulhijjah 1443 H ini juga berbeda dengan kalender cetak pada umumnya. Hal ini disebabkan oleh penerapan kriteria baru yang disepakati Menteri Agama Brunei Indonesia Malaysia dan Singapura (MABIMS).


Sebagaimana diketahui, kriteria baru (Neo MABIMS) untuk imkanurrukyah atau kemungkinan hilal bisa dilihat itu minimal ketinggian hilal 3 derajat dan elongasi minimal 6,4 derajat. Sementara kriteria MABIMS sebelumnya, tinggi hilal 2 derajat dan elongasi 4 derajat.


Adapun hasil perhitungan dengan metode ilmu falak ala Nahdlatul Ulama untuk markaz Gedung PBNU Jakarta koordinat 6º 11’ 25” LS 106º 50’ 50” BT, ketinggian hilal pada akhir Dzulqa'dah 1443 H baru mencapai + 2 derajat 11 menit 00 detik dan elongasi 5 derajat 04 menit 35 detik.


Jika menurut kriteria imkanurrukyah lama, kemungkinan hilal terlihat itu ada sehingga Idul Adha 1442 H yang tercatat pada kalender cetak bertepatan dengan Sabtu, 9 Juli 2022 M.


Namun, hilal akhir Dzulqa'dah 1443 H belum memenuhi kriteria imkanurrukyah neo MABIMS. Sebab, ketinggiannya masih di bawah 3 derajat dan elongasinya masih di bawah 6,4 derajat di seluruh Indonesia.


Hal ini juga terkonfirmasi dengan ketiadaan laporan dari perukyah yang dapat melihat hilal. Jika pun ada yang mengaku melihat hilal dalam kondisi ketinggian dan elongasi yang belum memenuhi kriteria yang telah ditetapkan, kesaksiannya bisa tertolak. Sebab, kesepakatan ini telah dikaji berdasarkan metode dan fakta-fakta ilmiah.


Sebagaimana diketahui, perhitungan hisab ilmu falak merupakan pendukung dalam penetapan awal bulan Hijriah. Keputusan yang ditetapkan harus dikonfirmasi dengan hasil rukyatul hilal.


Pewarta: Syakir NF
Editor: Kendi Setiawan