Nasional

Menghidupkan Ruh Pendidikan saat Pandemi Berdasarkan Petunjuk Al-Qur’an

Sen, 2 November 2020 | 12:00 WIB

Menghidupkan Ruh Pendidikan saat Pandemi Berdasarkan Petunjuk Al-Qur’an

Kurikulum menjadi pemicu hadirnya ruh pendidikan. Dengan begitu, target pembelajaran oleh guru berhasil dilaksanakan. 

Jakarta, NU Online

Ruh pendidikan yang seharusnya diterapkan dan diawasi oleh pemerintah dipertanyakan banyak kalangan termasuk oleh pengajar di perguruan tinggi. Hal itu terlihat dari banyaknya keluhan yang disampaikan masyarakat merespons kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang diterapkan sejak Maret lalu. 

 

Ketua Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Islam Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur'an (PTIQ) Jakarta, Ahmad Shunhaji mengatakan semua pihak harus mendalami bagaimana keterlibatan ruh pendidikan selama pandemi Covid-19. 

 

"Selama pandemi seolah hilang ruh pembelajaran. Ruh itu kan tidak bisa separuh-separuh, kalau ruhnya separuh mungkin pendidikan kita ngigau. Tapi apakah ruhnya masih ada, saya kira sebagian," kata Ahmad Shunhaji saat menjadi narasumber di Webinar bertajuk Respons Qur'ani terhadap Pola Pembelajaran di Tengah Pandemi. Webinar diselenggarakan Universitas Medan Area (UMA) Sumatera Utara bekerja sama dengan Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur’an (PTIQ) Jakarta, Senin (2/11). 

 

Shunhaji menilai, lembaga pendidikan terutama tingkat sekolah menengah sampai sekolah dasar cenderung abai terhadap kurikulum yang telah diatur pemerintah. Tenaga pendidik, ucapnya, belum maksimal  mengarahkan siswa-siswinya terhadap target yang ingin dicapai. 

 

Belum lagi masalah kurikulum nasional yang idealnya mengakomodir kondisi geografis seluruh daerah Indonesia dari ujung barat sampai ujung timur, ini tidak disiasati. Intinya, dalam kondisi ini, kata dia, pemerintah sebaiknya memperkuat kurikulum yang ada. Bagi dia, kurikulum tersebut menjadi pemicu hadirnya ruh pendidikan. Dengan begitu, target pembelajaran oleh guru berhasil dilaksanakan. 

 

"Kalau pemerintah menyediakan kurikulum terendah (pada kurikulum nasional) ketika Covid mungkin itu sedikit dapat dikendalikan. Ini tiba-tiba, bagi lembaga pendidikan itu kebingungan, dan malah membuat kurikulum khusus pandemi. Artinya memang kurikulum yang disiapkan belum dapat terjangkau," katanya. 


Optimalisasi kurikulum pendidikan berdasarkan Al-Qur'an

Dosen yang mengambil konsentrasi Pendidikan Berbasis Al-Qur'an ini menjelaskan, masalah kurikulum diuraikan dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 31. Wa 'allama ādamal-asmā`a kullahā ṡumma 'araḍahum 'alal-malā`ikati fa qāla ambi`ụnī bi`asmā`i hā`ulā`i ing kuntum ṣādiqīn.

 

Artinya, "Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar.'"

 

Dalam kajian tafsir, ayat ini mengandung makna mendalam kaitannya dengan kurikulum. Ayat itu, kata dia, maksudnya setiap kurikulum harus berdasarkan empat hal yakni kognitif, afektif, psikomotorik, dan akidah.  

 

"Ini yang terlupakan sehingga sebagian dari pendidik memberikan pembelajaran tanpa mempertimbangkan apa tujuan yang akan diraih," tuturnya.

 

Hal lain mengapa tidak ada ruh pendidikan saat PJJ berlangsung karena sikap orang tua yang tidak peduli dengan tingkat pemahaman pelajaran yang dibahas. Orang tua cenderung berfikir bagaimana agar anaknya mendapatkan nilai yang bagus dari sekolah. 

 

"Ada juga orang tua yang merasa tertekan, akhirnya problem yang muncul ketika Covid-19 hadir misalnya jaringan internet, telepon genggam yang tak memadai, dan lain-lain," ungkapnya.

 

Pewarta: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Kendi Setiawan