Nasional MUKTAMAR KE-34 NU

Muktamar NU Canangkan Pusat Studi Perdamaian Dunia 

Ahad, 26 Desember 2021 | 08:00 WIB

Muktamar NU Canangkan Pusat Studi Perdamaian Dunia 

Sekretaris Komisi Program Muktamar ke-34 NU, Rumadi Ahmad. (Foto: NU Online/Suwitno)

Bandarlampung, NU Online
Komisi Program Muktamar NU Lampung mencanangkan pembentukan Pusat Studi Perdamaian Dunia yang terlibat dalam forum-forum internasional dan penyelesaian berbagai konflik internasional.


Sekretaris Komisi Program Muktamar ke-34 NU, Rumadi Ahmad, dalam Sidang Komisi Program yang berlokasi di Graha Bintang Universitas Malahayati, Lampung, Kamis (23/12/20210) mengatakan, peran NU dalam mendorong perdamaian, termasuk penyelesaian konflik di berbagai belahan dunia perlu terus ditingkatkan.


“NU harus mengambil peran juru damai terhadap konflik-konflik kawasan agar tercipta hubungan antarnegara yang harmoni, misalnya konflik di Asia Selatan dan Timur Tengah,” katanya saat memimpin persidangan.


Selain kontribusi penyelesaian konflik, diterangkan, komitmen NU dalam membangun perdamaian dunia adalah  melalui Komite Hijaz sebagai bentuk diplomasi aktif NU kepada Pemerintah Arab Saudi agar situs-situs spiritual Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya tidak dihancurkan.


Upaya lainnya, kata Rumadi, dilakukan lewat relasi dan jaringan dengan berbagai kalangan dunia internasional yang mempunyai kesamaan visi perdamaian dengan NU.


“Menuju 100 tahun NU harus terus menjadi inspirasi dalam mendorong perdamaian dan penciptaan tata dunia yang berkeadilan,” harap Ketua Lembaga Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) PBNU ini.


NU, lanjut Rumadi, juga harus berperan untuk menciptakan Tatanan Hubungan Internasional di bidang politik dan ekonomi secara bermartabat dan saling membutuhkan, karena tidak ada satupun suatu negara yang mampu memenuhi kebutuhannya sendiri (self suffiency).


“Politik internasional ditandai dengan selalu mencari, menambah, dan mempertahankan kekuasaan yang harus dijalankan secara dinamis,” jelas pria asal Jepara Jawa Tengah ini.


Lebih lanjut, ia mengungkapkan, sejatinya wacana pembentukan pusat studi perdamaian ini merujuk pada lambang NU yang menggunakan simbol bola dunia, tanda bahwa para kiai pesantren waktu itu juga berpikiran global. Sehingga, tidak aneh jika hari ini NU punya visi global tentang perdamaian umat manusia.


“Kita perhatikan saja lambang NU. Di situ tergambar dengan jelas visi global NU menciptakan perdamaian dunia lewat kader-kader NU yang mempunyai kemampuan diplomasi dan resolusi konflik,” ungkapnya.


Jejak Langkah NU atasi Konflik Global
Tercatat, NU, berkontribusi dalam proses perdamaian di Afghanistan yang masih berlangsung hingga kini. Beberapa kiai NU datang ke Afghanistan untuk berdialog, silaturahim, hingga saling memberi pengertian pentingnya perdamaian. Dari dialog itu, muncul inisiasi damai antar-kabilah atau suku di negara itu yang dimoderasi oleh kiai-kiai pesantren.


Di situ, NU memberi tawaran ide serta mekanisme untuk mendamaikan agama dan negara, sebagai bagian dari kehidupan keislaman-kebangsaan. Proses tersebut berlangsung hingga kini, dengan terbentuknya NU Afghanistan, yang menjadi pelopor perdamaian serta rumah bersama antarmuslim di sana. Upaya ini berlangsung dengan dukungan pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri.


Di wilayah konflik Timur Tengah, sejak lama, NU menyiapkan upaya-upaya strategis untuk membangun perdamaian di antara negara-negara yang berkonflik, khususnya Israel-Palestina. Sejak kepemimpinan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), NU telah menginisiasi dialog-dialog untuk mendukung perdamaian Israel-Palestina.


Hal itu dilakukan, karena konflik Israel-Palestina berpengaruh pada konstelasi politik Timur Tengah, dan bahkan peta diplomasi dunia. Membangun perdamaian di Timur Tengah tidak bisa lepas dari penanganan konflik panjang antara Israel dan Palestina.


Kini, diplomasi perdamaian itu dilanjutkan oleh kader Gus Dur, KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), dengan memberi tawaran-tawaran perdamaian untuk Israel-Palestina.


Selain itu, di beberapa kawasan krisis, semisal krisis Suriah, Yaman, atau Uighur di China, NU mendorong perdamaian, baik dengan mengirimkan delegasi maupun memberi dukungan moral untuk perdamaian di level internasional.


Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Musthofa Asrori