Nasional

Ning Imaz Jelaskan Upaya Perempuan Menuju Keseimbangan Spiritual dan Peran dalam Masyarakat

Sel, 2 Januari 2024 | 22:00 WIB

Ning Imaz Jelaskan Upaya Perempuan Menuju Keseimbangan Spiritual dan Peran dalam Masyarakat

Ning Imaz Lirboyo. (Foto: instagram Ning Imaz)

Jakarta, NU Online

Ustadzah Imaz Fatimatuz Zahra atau yang akrab disapa Ning Imaz dari Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Jawa Timur menjelaskan bahwa tujuan hakiki manusia adalah beribadah kepada Allah. Ia juga menjelaskan upaya perempuan menuju keseimbangan spiritual dan peran dalam masyarakat. 


"Tujuan manusia diciptakan, yakni hanya untuk beribadah kepada Allah," jelas Ning Imaz dalam webinar daring Pengurus Cabang Istimewa (PCI) Fatayat NU Jepang bertajuk Wanita yang Dirindukan Surga, dikutip NU Online, pada Selasa (2/1/2023).


Ia menguraikan konsep wasathiyah, yakni menemukan keseimbangan antara sifat keshalihah dan Maqasid Syariah oleh Imam Al Ghazali. Ning Imaz kemudian mengambil contoh teladan dari Ummul Mukminin dan Sahabiyah, perempuan yang menjadi panutan dalam berbagai peran.


Di zaman ini, kata Ning Imaz, perempuan dituntut untuk mengemban peran yang beragam, di mana shalihah diartikan sebagai kemampuan menjaga izzah (martabat) dan iffah (kesucian) dalam menjalankan perannya.


"Pada zaman ini, perempuan memiliki peran-peran yang beragam, sehingga definisi shalihah adalah yang mampu menjaga izzah dan iffah-nya dalam menjalani perannya," jelas Ning Imaz. 


Pemikiran bahwa perempuan yang dirindukan surga adalah hasil dari proses panjang yang berakhir saat manusia menutup mata. Dalam perjalanan ini, tambahnya, penting untuk memahami konsep keseimbangan antara rasa takut dan harapan kepada Allah.


Sebagai informasi, PCI Fatayat NU Jepang menggelar webinar daring yang membahas tema Wanita yang Dirindukan Surga pada Rabu (27/12/2023).


Ketua Panitia Reni Sangadatul Mukharomah menyampaikan webinar ini ditujukan agar Muslimah mampu memanfaatkan berbagai situasi dan kondisi untuk beribadah, khususnya bagi mereka yang tinggal di negeri minoritas Muslim, seperti Jepang.   


Ketua PCI Fatayat NU Nafilatul Laily mengungkapkan, menjadi Muslimah di luar negeri yang menjalani berbagai tuntutan dan peran yang tidak mudah. Melalui webinar ini, Nafilatul berharap Muslimah dapat bersama-sama merefleksikan diri, bukan hanya ingin masuk surga tetapi juga menjadi wanita yang dirindukan surga.


Hadir dalam kesempatan itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Fatayat NU Margaret Aliyatul Maimunah. Ia menyampaikan dukungan atas terselenggaranya kegiatan-kegiatan yang bertujuan meningkatkan kapasitas dan kompetensi Muslimah, utamanya di Jepang.


“Perbaikan diri adalah kewajiban mutlak bagi Muslimah, sehingga dapat menjadi perempuan tangguh untuk menguatkan khidmah di Nahdlatul Ulama,” tutur Margaret.