Nasional

PBNU Berharap Pemerintah Segera Lakukan Vaksinasi Covid-19 di Pesantren

Kam, 18 Februari 2021 | 12:00 WIB

PBNU Berharap Pemerintah Segera Lakukan Vaksinasi Covid-19 di Pesantren

Ketua PBNU Bidang Kesehatan dr Syahrizal Syarif. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Kesehatan dr Syahrizal Syarif berharap, pemerintah segera melakukan prioritas pemberian vaksin Covid-19 kepada kelompok lanjut usia di atas 60 tahun di pesantren.


Sebab menurutnya, para kiai dan nyai sepuh di pesantren masuk ke dalam kategori pelayan publik. Dengan demikian, jika mereka mendapat prioritas vaksin maka tidak hanya warga pesantren yang terjaga, tetapi warga sekitar juga sama-sama terjaga.


“Saya yakin kalau (vaksin) itu diberikan kepada para kiai, nyai, guru-guru, dan pengasuh pesantren berusia lanjut maka akan terjadi penurunan angka kematian atau kasus Covid-19 berat atau kritis yang ada di pesantren,” ujar Syahrizal, kepada NU Online, Kamis (18/2) siang.


Selain itu, ia juga meminta kepada para pengasuh pesantren agar tidak menolak untuk divaksin. Sebab proses vaksin sejak awal sudah berbasis ilmiah. Selain dinyatakan aman oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan, vaksin produksi Sinovac pun sudah dinyatakan halal oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). 


“Proteksi (vaksin) juga jelas. Ini juga bukan hanya untuk melindungi warga pesantren tetapi juga untuk melindungi masyarakat di lingkungan sekitar pesantren. Vaksin Sinovac tidak diragukan,” tegas Ahli Epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) ini.


Menurut Syahrizal, saat ini angka kematian di kalangan nyai, kiai, dan warga pesantren sangat tinggi jika dibandingkan dengan angka normal kematian sebelum Covid-19. Karena itu, ia berharap kepada pemerintah untuk memberikan perhatian khusus untuk vaksinasi kelompok lansia di pesantren.


“Tentu melalui Rabithah Maahid Islamiyah (RMI) NU, semoga bisa disegerakan dan dipersiapkan pelaksanaan vaksinasi Covid-19 untuk kalangan lansia di pesantren,” tutur Syahrizal.


Kemudian, ia pun berpesan kepada para kiai dan nyai di pesantren yang berusia di atas 60 tahun untuk tidak ragu terhadap vaksinasi. Khusus lansia, jarak antara vaksinasi pertama dengan kedua adalah 28 hari. 


“Itu berdasarkan hasil riset, untuk hasil maksimal intervalnya agak diperpanjang. Kalau untuk kelompok berusia di atas 70 tahun itu sampai 28 hari. Kalau yang berusia 18-59 tahun hanya 14 hari,” jelasnya.


Terakhir, Syahrizal sangat berharap agar program vaksinasi yang dilakukan oleh pemerintah dapat dilaksanakan secara luas dan merata. Lebih dari itu, ia mendorong agar pelaksanaan vaksinasi di Indonesia dilakukan dalam waktu yang cepat. 


“Kalau kita mau menghitung jumlah vaksin, kemarin ada 3 juta untuk nakes. Berarti ada sisa itu (untuk lansia di pesantren). Nanti ada lebih dari 27 juta yang akan mendapat vaksin dari produksi Bio Farma,” jelasnya.


“Itu (vaksin produksi Bio Farma) pun jelas dan bahan dasarnya sama. Hanya packaging (kemasannya) dari Bio Farma. Tapi sama baiknya dengan vaksin Sinovac yang sudah diberikan kepada tenaga kesehatan. Tidak ada perbedaan,” imbuh Syahrizal.


Sebelumnya, Ketua Satgas NU Peduli Covid-19 PBNU dr Makky Zamzami juga menyatakan hal senada. Ia mendorong juga kepada pemerintah untuk segera dilakukan vaksinasi kepada para kiai dan nyai di pesantren, terutama yang masuk ke dalam kategori lanjut usia, di atas 60 tahun. 


“Perlu diprioritaskan karena yang menjadi masalah bersama saat ini sudah lebih dari 300 kiai dan bu nyai yang sudah meninggal karena Covid-19. Nah kami berharap, posisi mereka bisa sama dengan tenaga kesehatan,” ungkapnya.


“Kami juga berharap dengan kuota yang sisa ini, para kiai bisa sesegera mungkin atau secepatnya masuk ke dalam gelombang pertama yang menjadi prioritas,” lanjut dr Makky.


Ia pun mendorong pemerintah agar para kiai dan nyai sepuh di pesantren dimasukkan ke dalam gelombang pertama vaksinasi yang sudah diadakan saat ini. Artinya, mengambil porsi vaksin yang ada untuk kiai dan nyai yang berkategori lansia. 


“Jadi porsi untuk para kiai dan nyai itu bisa saja disisipkan ke kuota tenaga kesehatan, berjalan beriringan. Jalan keluarnya adalah bisa disisipkan dalam 1,3 juta nakes atau segera ditambahkan dosisnya dalam waktu dekat untuk porsi para tokoh agama,” tegas Makky. 


Lebih lanjut ia mengatakan, sekalipun saat ini sudah datang vaksin Pfizer tapi masih harus menunggu proses keluarnya izin penggunaan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Dengan demikian, ia berharap agar para kiai dan nyai sepuh di pesantren bisa segera divaksin dengan menggunakan dosis Sinovac yang sudah ada.


“Sehingga Februari ini bisa terlaksana proses vaksinasi untuk para kiai dan nyai. Karena sebenarnya sejak awal kami memang sudah mendorong untuk segera dilakukan vaksinasi kepada para kiai dan nyai yang berusia di atas 60 tahun,” harapnya.


Pewarta: Aru Lego Triono

Editor: Fathoni Ahmad