Nasional

PBNU dan Kemenag Bekerja Sama Tingkatkan Literasi dan Inklusi Wakaf

Sel, 12 Maret 2024 | 13:00 WIB

PBNU dan Kemenag Bekerja Sama Tingkatkan Literasi dan Inklusi Wakaf

Literasi dan Inklusi Wakaf kerja sama LWP PBNU dan Kemenag di Karawang Jawa Barat, Kamis (7/3/2024) (Foto: LWP PBNU)

Jakarta, NU Online
Lembaga Wakaf dan Pertanahan (LWP) PBNU dan Kementerian Agama (Kemenag) bekerja sama dalam meningkatkan literasi dan inklusi wakaf. Kerja sama diwujudkan dengan kegiatan secara simultan sepanjang Ramadhan ini pada 7 Maret-2 April 2029 


Kerja sama berlangsung dalam bentuk kegiatan di 9 kabupaten di beberapa provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Lampung.


Kegiatan pertama di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, yang berlangsung secara hybrid dan diikuti 150 peserta dari kader NU dan masyarakat umum pada Kamis (7/3/2024). Berikutnya pada Sabtu (9/3/2024), kegiatan serupa berlangsung di Kota Sukabumi.


Ketua LWP PBNU, Mardini menyampaikan, aset wakaf yang dimiliki NU sangat besar. Berdasarkan SIWAKNU, tercatat ada 9,6 juta M2 tanah wakaf milik NU. Namun, saat ini belum semuanya dikelola secara produktif, padahal potensinya sangat besar.


“Jika ada 100 juta Nahdliyin yang setiap bulan berwakaf uang minimal Rp10.000, maka dana yang terkumpul mencapai 1 triliun per bulan,” paparnya dikonfirmasi NU Online, Selasa (12/3/2024).


Mardini mengakui potensi yang besar ini belum terealisasi sepenuhnya. Untuk itu, perlu dilakukan penguatan literasi wakaf secara masif untuk warga NU agar potensi yang ada dapat tercapai.


“Kami terus menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, salah satunya dengan Kementerian Agama yang memiliki visi dan misi yang sama untuk pengembangan wakaf di Indonesia,” tandasnya.


4 Upaya
Sementara itu, Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Waryono Abdul Ghafur mengatakan, sinergi Kemenag dengan LWP PBNU menjadi bagian dari ikhtiar meningkatkan literasi wakaf, khususnya kepada pengurus NU. 


Waryono mengatakan ada 4 hal yang ingin dicapai dari kegiatan ini. Pertama, wakaf menjadi gaya hidup para pengurus NU dari mulai PBNU hingga anak ranting serta pengurus lembaga dan badan otonomnya.  


Menurut Wayono, jika wakaf-wakaf NU dikelola secara produktif, akan dapat membiayai operasional gerakannya yang membutuhkan energi dan biaya yang besar.


Kedua,.menargetkan 30 ribu sertifikasi tanah wakaf. Waryono menguraikan pada tahun 2024 Kemenag memiliki target bersama Badan Pertanahan Nasional (BPN) untuk mensertifikasi 30 ribu tanah wakaf yang ada di Indonesia. 


“Kami mohon kepada PBNU jika masih ada tanah wakaf yang belum bersertifikat, untuk segera didata dan disampaikan kepada Kementerian Agama agar segera diusulkan untuk mendapatkan sertifikasi tanah wakafnya tentu melalui Akta Ikrar Wakaf (AIW) dulu,” sebut Waryono yang hadir secara daring pada hari pertama kegiatan.


Ketiga, profiling nazhir-nazhir yang ada. Waryono mengusulkan agar LWP PBNU segera melakukan profiling nazhir-nazhir yang ada sebab wakaf produktif sangat tergantung kepada nazhir


“Jika nazhir tidak profesional maka akan sulit untuk bisa mengembangkan tanah wakafnya secara produktif,” ujarnya.


Untuk itu, Kemenag akan melakukan pelatihan atau sekolah untuk meningkatkan profesionalisme para nazhir.


Keempat, pemaksimalan potensi wakaf uang. Kata Waryono, potensi wakaf uang di Indonesia mencapai Rp180 triliun, tetapi realisasinya baru mencapai Rp2,3 triliun. Hal ini menjadi tugas bersama untuk mengoptimalkan pengumpulan potensi wakaf uang di Indonesia. 


“Kegiatan literasi wakaf diharapkan mampu meningkatkan pengumpulan wakaf uang di Indonesia,” tegasnya.


Waryono mengajak LWP PBNU untuk bersama-sama menjadikan wakaf sebagai kerja-kerja profesional dan produktif. 


“Semoga sinergi antara Kemenag dengan LWP PBNU memberikan dampak positif terhadap literasi wakaf di Indonesia,” harapnya.