Nasional

Peringati Hari Santri, RMI PBNU Gelar Konferensi Internasional Santri Diaspora

Sab, 22 Oktober 2022 | 11:00 WIB

Peringati Hari Santri, RMI PBNU Gelar Konferensi Internasional Santri Diaspora

Foto ilustrasi santri. (Foto: dok. NU Online)

Jakarta, NU Online  

Rabithah Ma’ahid Islamiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (RMI PBNU) menggelar festival santri diaspora bertajuk Pesantren Bersama Santri Diaspora Membangun Peradaban Global dalam rangka Hari Santri 2022. 


Festival ini dimaksud mengamplifikasi rekam jejak santri diaspora dari perjalanan, khidmah, dan kiprah serta prestasinya. Selain itu kegiatan ini dalam rangka memberikan apresiasi pada santri diaspora sekaligus menginspirasi santri lainnya untuk mengikuti jejak sukses mereka.


Kegiatan ini dikemas dalam dua agenda yakni muhibah santri diaspora dan konferensi internasional dimulai pada 23 Oktober hingga 1 November 2022 diikuti oleh PCINU dan seluruh santri nusantara secara online. 


Ketua Pelaksana Ulun Nuha mengatakan, Muhibah santri diaspora digelar untuk mengenalkan jejak langkah santri diaspora di masing-masing negara seperti Eropa, Australia-NZ, Malaysia, Jepang, Korea, Mesir dan lainnya untuk mempromosikan kesempatan belajar, berkarier sekaligus berkhidmah di negara tersebut. 


“Muhibah santri diaspora ini format acaranya sepenuhnya online selama 8 hari berturut-turut mulai 23 Oktober 2022. Dan diikuti semua PCINU yang terbagi menjadi beberapa cluster,” kata Gus Ulun Nuha kepada NU Online, Sabtu (22/10/2022).


Konferensi internasional santri diaspora

Gus Ulun Nuha menjelaskan, konferensi internasional mengangkat tema Abad Kebangkitan II NU: Santri Beradab, Mencipta Perdamaian Dunia dengan pembicara kunci Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf. Selain itu pembicara lain yang akan mengisi konferensi di antaranya Dubes  Arab Saudi KH Abdul Aziz, PCINU Amerika Prof Etin Anwar, dan Persatuan Migran Indonesia Hongkong. 


Agenda ini secara spesifik membahas visi NU sesuai mandat Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf bahwa faktor paling mendasar yang melatarbelakangi berdirinya NU adalah visi global NU untuk menjawab tantangan peradaban.


“Ketika kekhalifahan Turki Utsmani runtuh pada 1924, praktis simbol politik peradaban Islam juga runtuh. Wajah dunia Islam pun berubah secara total. Dua tahun setelah itu, NU didirikan. Sekeunsi ini menyiratkan visi NU untuk berkontribusi aktif membangun peradaban dunia. Dalam bahasa Gus Yahya NU lahir dengan membawa mandate peradaban,” terangnya.


Mandat peradaban dan visi kosmopolit berwawasan global para muasis NU tersebut diterjemahkan dengan sangat baik oleh Kiai Ridwan Abdullah dalam bentuk logo NU bergambar tali dunia dengan bintang Sembilan.


“Hari ini, satu abad dari titik nol sejarah jamiyah kita tercinta, kita menyaksikan santri-santri Mbah Hasyim mendunia baik secara fisik maupun prestasi. Tentu pada saat yang sama kita juga melihat banyak peluang dan kesempatan menguatkan resonansi visi bola dunia NU,” tandasnya.


Kontributor: Suci Amaliyah

Editor: Fathoni Ahmad