Rais Aam PBNU: Jangan Salah Alamat saat Meminta Sesuatu, Bisa Gagal
NU Online · Kamis, 5 Juni 2025 | 13:00 WIB

Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar saat ngaji kitab Syarah Al-Hikam, Kamis (5/6/2025) (Foto: tangkapan layar kanal YouTube Multimedia KH Miftachul Akhyar)
A. Syamsul Arifin
Penulis
Surabaya, NU Online
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar mengingatkan bahwa kepastian jawaban atas segala keinginan atau permintaan (doa) manusia hanya ditentukan oleh Allah. Dia adalah pemilik, yang berkuasa untuk semua yang diciptakan, termasuk mengabulkan dan tidaknya kebutuhan yang diinginkan makhluk-Nya.
Karena itu, saat manusia harus meminta, jangan sampai salah alamat. "Kita minta perlindungan kepada Allah misalkan permintaan kita kepada Allah (sudah) keliru alamat. Harusnya kita minta kepada Allah, lha kok ke pohon-pohon besar dan lain sebagainya," katanya saat ngaji kitab Syarah Al-Hikam diakses NU Online melalui kanal YouTube Multimedia KH Miftachul Akhyar, Kamis (5/6/2025).
Menurut pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya, Jawa Timur ini, meminta kepada selain Allah berakibat pada rusaknya tatanan keimanan. Selain itu, potensi tidak tercapainya permintaan tersebut lebih besar.
"Bisa gagal. Sudah gagal, kurang ajar lagi kepada Allah. Harusnya minta kepada Allah kok ini minta ke selain Allah. Kan kurang ajar," terangnya.
Manusia memang makhluk yang tidak bisa lepas dari aneka kebutuhan. Beragam cara harus ditempuh untuk memenuhinya. Kendati pun demikian, Kiai Miftachul Akhyar menegaskan bahwa jalur yang ditempuh harus sesuai dengan aturan-aturan syariat dan menggantungkannya hanya kepada Allah.
"Kalau memang kita tidak bisa lepas, artinya tetap butuh, minta ke Allah. Wong yang buat butuh itu ya Allah," terangnya.
Allah maha mengetahui terhadap semua kebutuhan manusia. Tidak semua keinginan harus disebutkan dan diminta. Apalagi memaksa agar semuanya diijabahi. Tentu, hal itu bukan maqamnya.
Kiai Miftach menekankan bahwa yang menjadi prioritas dalam permintaan seorang hamba kepada Allah adalah hal-hal yang membuat dirinya makin dekat dengan-Nya.
"Lha apa yang perlu kita minta dari Allah? Yaitu yang telah diperintahkan. Termasuk istiqamah, shalat istiqamah, ngaji istiqamah. Itu yang kita minta. Itu saja yang diminta, nanti semuanya katut (ikut). Karena Allah maha tahu. Butuh apa, Allah maha tahu," ucapnya.
Ulama yang lebih akrab dengan panggilan Kiai Miftach ini kemudian menukil potongan Hadits Qudsi yang berbunyi:
مَا تَقَـرَّبَ إِلَيَّ عَبْـدِي بِـشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْـتَرَضْتُ عَلَيْهِ.
Artinya, "Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan suatu (amal saleh) yang lebih Aku cintai dari pada amal-amal yang Aku wajibkan kepadanya." (HR Bukhari).
"Karena itu kalau kita mencari, meminta, minta yang sudah diperintahkan oleh Allah. Pasti! Bukan hanya di akhirat diberikan balasan, tapi juga di dunia dipercepat cipratan-cipratannya," jelasnya.
Terpopuler
1
Niat Puasa Arafah untuk Kamis, 5 Juni 2025, Raih Keutamaan Dihapus Dosa
2
Panduan Shalat Idul Adha: dari Niat, Bacaan di Antara Takbir, hingga Salam
3
Menggabungkan Qadha Ramadhan dengan Puasa Tarwiyah dan Arafah, Bolehkah?
4
Takbiran Idul Adha 1446 H Disunnahkan pada 5-9 Juni 2025, Berikut Lafal Lengkapnya
5
Khutbah Idul Adha 2025: Teladan Keluarga Nabi Ibrahim, Membangun Generasi Tangguh di Era Modern
6
Khutbah Idul Adha: Mencari Keteladanan Nabi Ibrahim dan Ismail dalam Diri Manusia
Terkini
Lihat Semua