Nasional

Rais Aam PBNU: Pesantren Harus Ciptakan Generasi Berkemampuan Spiritual, Intelektual, Inovasi

Sel, 15 November 2022 | 08:00 WIB

Rais Aam PBNU: Pesantren Harus Ciptakan Generasi Berkemampuan Spiritual, Intelektual, Inovasi

Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar saat memberikan mauidhah hasanah pada tasyakur Harlah Ke-59 Pondok Pesantren Al Huda, Boyolali, Jawa Tengah, Ahad (13/11/2022). (Foto: istimewa)

Boyolali, NU Online

Takdir manusia menjadi khalifah di bumi bukan sesuatu yang kebetulan. Karenanya, tugas manusia sebagai makhluk yang diberi mandat memimpin di bumi harus bisa menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan serta keadilan. 


Menjadi pemakmur bumi tentunya harus memiliki beberapa persyaratan. Di antaranya memiliki kecerdasan, baik kecerdasan spiritual maupun kecerdasan intelektual, serta memiliki kemampuan berinovasi. 


"Nah, di sinilah pesantren yang mempunyai karakter sebagai wadah pencetak generasi yang memiliki kemampuan spiritual dan intelektual, serta kemampuan berinovasi agar adaptif dengan kebutuhan zaman," kata Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar saat tasyakuran Harlah Ke-59 tahun Pondok Pesantren Al Huda Doglo Boyolali, Jawa Tengah, Ahad (13/11/2022).


Senada, Katib Aam PBNU KH Akhmad Said Asrori menyampaikan bahwa lembaga pendidikan pesantren merupakan metode pendidikan khas Nusantara yang sudah teruji keberhasilan pendidikannya.


Adapun pendidikan pesantren minimalnya mempunyai tiga hal yang menjadi prasyarat pesantren. Ketiganya adalah adanya kiai atau pengasuh yang mengajarkan ilmu; adanya santri sebagai anak asuh yang menempuh pendidikan di pesantren; dan adanya ilmu atau kitab yang diajarkan.


"Maka kalau ada pesantren, bahkan membangun gedung yang megah tetapi tidak ada kiainya, atau tidak ada santrinya (yang mukim) dan apalagi tidak pembelajaran kitab di dalamnya maka sejatinya bukanlah pesantren," kata Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thullab, Tempuran, Magelang, Jawa Tengah itu.

 

Sementara itu, Pengasuh Pondok Pesantren Al Huda KH Habib Ihsanuddin mengatakan bahwa 59 tahun merupakan masa yang panjang. Ia ingat 59 tahun yang lalu setelah pulang dari pondok tidak ada apa-apa. Jangankan gedung, papan tulis dan kapur saja tidak punya.


"Saya mengajar dengan kardus bekas sebagai papan tulis dan arang sebagai kapurnya. Alhamdulillah berkah pertolongan Allah, bimbingan Alm KH Thoha Mu'id guru saya, support dari istri saya dan anak-anak saya, khidmah para guru dan bantuan dari segenap, Al Huda bisa berkembang hingga seperti ini. Alhamdulillah," katanya.


Ia juga menegaskan, pondok pesantren adalah benteng terakhir Ahlusunnah Wal Jamaa'ah. "Oleh karena itu tugas kita semua adalah berusaha mempersiapkan kader-kader Ahlusunnah wal jamaah," ujarnya.


Kegiatan Harlah Ke-59 Pondok Pesantren Al Huda ini dimulai dari tanggal 11-13 November 2022. Dimulai dengan tahlil kubro untuk mendoakan para guru dan tokoh-tokoh yang telah berjasa kepada pondok, wisuda pembelajaran nahwu metode Ibtida'i dan metode Al Miftah, pembagian 1.000 paket sembako kepada masyarakat, hingga jalan sehat bersama Kapolres Boyolali AKBP Asep Mauludin dan Dandim Boyolali Letkol Arm Ronald F Siwabessy.


Ada pula Majelis Shalawat bersama Habib Ali bin Yahya Al Habsy, seni budaya tari rodad, silaturahim nasional alumni dan ditutup dengan Pengajian Akbar bersama Rais 'Aam PBNU KH Miftachul Akhyar.


Selain para alumni dan wali santri, turut hadir pada acara puncak Harlah Ke-59 ini beberapa kiai dan tokoh, Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah KH Ubaidillah Shodaqoh, Ketua PWNU Jawa Tengah KH Muzammil, KH Zubaduzzaman Pengasuh Pesantren Al Ishlah Kediri, Bupati Boyolali H Said Hidayat, Stafsus Menteri Agama H Wibowo Prasetyo, Kakanwil Kemenag Jawa Tengah H Musta'in Ahmad, para Ketua PCNU Se-Solo Raya, Ketua GP Ansor se-Solo Raya, para tokoh agama lain, dan beberapa pejabat.


Pewarta: Syakir NF
Editor: Kendi Setiawan