Nasional PEDULI COVID-19

Satkor RMI PBNU: Pesantren Miliki Risiko Tinggi Tertular Covid-19

Sab, 10 Oktober 2020 | 09:00 WIB

Satkor RMI PBNU: Pesantren Miliki Risiko Tinggi Tertular Covid-19

Suasana pengajian di sebuah pesantren. (Foto: Dok. NU Online)

Jakarta, NU Online
Ketua Satkor Covid-19 PP RMI PBNU H Ulun Nuha mengungkapkan, pesantren hari ini sedang berada dalam kondisi yang berisiko tinggi terhadap penularan Covid-19. Terutama melihat kondisi pesantren yang penuh dengan santri.


“Secara medis diakui, tidak ada satu pun tempat yang bersih dari ancaman paparan virus ini. Apalagi keadaan pesantren,” ujarnya saat berbicara dalam Muktamar Pemikiran Santri, Rabu (7/10). 


Kegiatan yang mengusung tema ‘Santri Sehat Indonesia Kuat’ ini diinisiasi Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren) Ditjen Pendis Kemenag bekerja sama dengan Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M).
 

Ia mengungkapkan, pandemi memberikan ancaman dari segi kesehatan, ekonomi, serta pendidikan yang ada. Namun demikian, menurut dia, pesantren berbeda-beda dalam menanggapi pandemi.


“Ada yang tidak percaya karena melihat potongan-potongan video di media sosial yang membuat kepercayaan orang mengenai pandemi menjadi tidak utuh dan mengabaikan protokol kesehatan,” jelasnya.


“Ada juga yang percaya dan tahu mengenai fakta-fakta tentang kesehatan dan pandemi yang terjadi. Namun, ini masih sangat minim. Meskipun demikian masih banyak yang kebobolan karena faktor pandemi yang sangat mudah menular,” sambungnya.


Ia menambahkan, ada pula yang percaya dengan pandemi yang terjadi. Namun, kemampuannya terbatas. Sehingga dalam menjalankan protokol kesehatan tidak maksimal.


Melihat cara pandang pesantren yang berbeda, menurut survei pesantren yang berafiliasi dengan RMI dan mengikuti training yang diadakan Satgas, ditemukan 65% pesantren hanya melakukan sebagian penerapkan protokol kesehatan. Sedangkan yang sudah melakukan keseluruhan hanya 32%.


“Ini terjadi karena sebagian besar pesantren belum mendapatkan pelatihan dan sosialisasi mengenai Covid-19. Sumber info menjadi terbatas bagi sebagian pesantren,” ungkapnya.


Menurut dia, alasan pesantren belum menerapkan protokol kesehatan yang baik karena belum memiliki sumber daya yang cukup, fasilitas yang ada sangat terbatas, serta pengetahuan yang minim.


Ia menyebutkan, ada sekitar 58 pesantren yang terpapar Covid-19. Dalam catatan seminggu terakhir, ada tambahan sekitar enam pesantren yang terpapar. Ini terlihat juga dari temuan fakta-fakta yang ada.


Screening santri yang masih sangat lemah, warga pesantren keluar masuk area tanpa dibatasi. Kemudian orang luar masuk ke pesantren, seperti wali santri dan tamu. Ini juga yang mengakibatkan terus bertambahnya pesantren yang terpapar,” tandasnya.


Kasus positif Covid-19 di pesantren, lanjut dia, cenderung tertutup. Karena stigma bahwa itu menjadi aib, menghindari kegaduhan wali santri dan umat, kiai terlanjur dikenal sebagai tokoh yang tidak percaya dengan pandemi, kemudian tidak tahu harus berbuat apa.


Menanggapi permasalahan yang terjadi di pesantren agar tidak terjadi penularan, ia menyebutkan, RMI telah berikhtiar dalam mengedukasi pesantren mengenai Covid-19. Selain itu, juga melakukan pelatihan Satgas Covid-19 untuk lebih dari 600 pesantren.


“Ada juga swab gratis dengan kuota tertentu. Deteksi dini juga. RMI membuat aplikasi kesehatan yang nanti akan diluncurkan pada Hari Santri,” ungkapnya.


Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori