Nasional

Sekjen PBNU: NU akan Terus Membangun Kemandirian Ekonomi

Rab, 19 Agustus 2020 | 12:30 WIB

Sekjen PBNU: NU akan Terus Membangun Kemandirian Ekonomi

Sekjen PBNU H Ahmad Helmy Faishal Zaini. (Foto: dok. istimewa)

Jakarta, NU Online

Nahdlatul Ulama (NU) dari dulu, saat ini, dan seterusnya memiliki tugas untuk membangun kemandirian ekonomi. Hal tersebut bisa terus diupayakan jika NU berkomitmen untuk senantiasa hadir di tengah masyarakat dalam menghadapi berbagai tantangan. 


Demikian diutarakan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H Ahmad Helmy Faishal Zaini dalam acara Tahlil Muassis Kemerdekaan RI dan Doa Keselamatan Bangsa yang dilangsungkan secara virtual, pada Selasa (18/8) kemarin.


Ia kemudian mengutip Al-Qur’an yang termaktub dalam surat Al-Quraisy ayat paling terakhir. Bahwa tugas agama sesungguhnya adalah melakukan transformasi dalam upaya membebaskan umat dari dua keterjajahan.


“Pertama, membebaskan dari rasa lapar. Kedua, membebaskan dari rasa cemas dan ketakutan,” jelas pria kelahiran Cirebon ini.


Karena itu, menurutnya, para ulama NU terdahulu selalu berupaya membangun organisasi dari kemandirian. Salah satunya dengan konsep oleh ulama, dari ulama, dan untuk umat. Hal ini merupakan barang mewah yang harus dipertahankan.


“Maka kata kuncinya adalah membangun kemandirian, terutama di tengah menghadapi kemerdekaan tahun ini. Kemandirian inilah yang menjadi tugas estafet yang harus kita transformasikan dalam kehidupan kebangsaan kita,” jelas Kang Helmy, demikian ia akrab disapa.


Ia menuturkan, bahwa hingga saat ini berbagai pondok pesantren di Indonesia telah memulai untuk membangun kemandirian. Mulai dari pengembangan pendidikan keagamaan, memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, dan membangun basis-basis ekonomi keumatan. 


“Salah satu pesantren yang sekarang bisa kita jadikan contoh membangun kemandirian adalah Pesantren Sidogiri. Pesantren ini berhasil menghasilkan satu model bisnis dengan memberdayakan berbagai potensi perekonomian yang dimiliki pesantren. Sehingga hal ini bisa dicontoh oleh berbagai pesantren di seluruh Indonesia,” tutur Kang Helmy.


Selain itu, ia menambahkan bahwa amanat Muktamar ke-33 NU di Jombang pada 2015 lalu, telah memasyarakatkan soal tugas yang harus diemban oleh NU. Yaitu mengenai posisi NU yang harus selalu hadir untuk memberikan berbagai pelayanan kepada masyarakat.


“Alhamdulillah di tengah pandemi ini, melalui NU Peduli Covid-19, sekitar Rp270 miliar telah didistribusikan kepada 60 juta penerima bantuan langsung. Inilah peran NU dalam upaya menghadapi pandemi dan membebaskan umat dari keterjajahan rasa lapar dan kecemasan,” jelasnya.


Pewarta: Aru Lego Triono

Editor: Fathoni Ahamd