Nasional MUKTAMAR KE-34 NU

Sembilan Destinasi Ziarah Makam Ulama Lampung saat Muktamar

Sel, 21 Desember 2021 | 16:15 WIB

Sembilan Destinasi Ziarah Makam Ulama Lampung saat Muktamar

Komplek makam KH Gholib. (Foto: Istimewa)

Bandarlampung, NU Online
Ziarah ke makam para wali dan ulama menjadi tradisi yang tidak bisa lepas dari warga NU. Termasuk saat warga NU hadir di sebuah daerah untuk sebuah kunjungan, mereka akan menyempatkan diri untuk melakukan ziarah ke makam para kiai dan ulama setempat.

 

Begitu juga pada momentum Muktamar Ke-34 Nahdlatul Ulama, muktamirin (peserta muktamar) maupun muhibbin (pecinta muktamar) bisa melakukan ziarah ke makam para ulama yang berada di kabupaten dan kota di Provinsi lampung.


Berikut ini NU Online rangkumkan sembilan destinasi ziarah ulama Lampung yang bisa menjadi alternatif kunjungan ziarah para muktamirin dan muhibbin yang sebagian terlampir dalam buku panduan Muktamar NU di Lampung yang digelar mulai 22-23 Desember 2021.


1. KH Muhammad Busthomil Karim (Lampung Tengah)
Makam kiai yang terkenal dengan panggilan Mbah Busthom ini terletak di komplek Pesantren Roudlotus Sholihin Purwosari, Kecamatan padang Ratu, Lampung Tengah. Ulama kharismatik penyebar agama Islam ini merupakan seorang mursyid thariqah kelahiran Kebumen Jawa Tengah pada tahun 1890. Pertama kalinya, Mbah Busthom hijrah ke Lampung pada 1952 dan menetap di daerah Kecamatan Gisting, Tanggamus kemudian berpindah ke Lampung Tengah sampai akhir hayat beliau. Sampai saat ini, ribuan murid thariqah selalu hadir pada acara haul yang dilaksanakan di pesantren peninggalannya.


2. KH Ahmad Shodiq (Lampung Timur)
Makam KH Ahmad Shodiq berada di komplek pemakaman Pondok Pesantren Darussalamah Brajadewa, Kecamatan Way Jepara, Lampung Timur. Mbah Shodiq merupakan Mursyid Thariqah Qadiriyah wa Naqsabandiyah yang terkenal memiliki kedekatan khusus dengan Almarhum KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Ulama kharismatik Lampung ini mendirikan pesantren yang saat ini dilanjutkan oleh putra-putranya dengan ribuan santri dan alumni yang berasal dan tersebar bukan hanya dari Lampung namun juga di tanah Jawa.


3. KH Khusnan Musthofa Ghufron (Metro)
Makam Kiai Khusnan terletak di Komplek Pondok Pesantren Darul A’mal Kota Metro. Kiai Khusnan merupakan seorang kiai yang sangat tegas dalam memegang prinsip hidup dan berdakwah. Ketegasan inilah yang menjadikannya diberi julukan “Singa Putih Penjaga Rimba Ulama” selain beliau juga sering mengenakan pakaian putih semasa hidupnya. Kiai Khusnan bukan hanya aktif berdakwah secara kultural. Namun di struktur NU pun beliau sangat aktif sehingga pernah menjadi Ketua Pengurus Wilayah nahdlatul Ulama (PWNU) Provinsi Lampung.


4. Habib Abu Abdillah bin Alwi Assegaf (Lampung Selatan)
Makam Habib Abu Abdillah berada di komplek Pondok Pesantren Darul Maarif Banjar Negeri Kecamatan Natar, Lampung Selatan. Beliau merupakan ulama penyebar agama Islam dan juga seorang mursyid thariqah. Perjuangan beliau sampai saat ini tetap diteruskan oleh para anak dan cucunya di antaranya oleh Habib Asadullah Assegaf yang saat ini merupakan Mudir (ketua) Jamiyyah Ahlit Thariqah al Mu’barah an-Nahdliyyah (JATMAN) Provinsi Lampung.


5. Raden Intan II (Lampung Selatan)
Makam Raden Intan II yang merupakan keturunan Raden Fatahillah ini berada di Desa Gedung Harta atau Benteng Cempaka Lampung Selatan. Raden Intan II merupakan sosok yang terkenal dengan kegigihannya menentang penjajahan Belanda. Perjuangannya masih bisa terlihat dari bekas peninggalannya di Gunung Rajabasa berupa benteng dan kubu pertahanan perang. Kepahlawanan Raden Intan II inilah yang kemudian namanya disematkan sebagai nama bandar udara terbesar di Lampung yakni Bandar Udara Raden Intan II di kawasan Branti.


6. Tubagus Yahya (Bandarlampung)
Makam Kiai asal tanah Jawa ini berada di jalan Banten, Kuripan, Teluk Betung Barat, Kota Bandarlampung. Sebelum menuju tanah Lampung, Tubagus Yahya juga sempat tinggal di Bogor Jawa Barat setelah kemudian berhijrah ke Lampung. Selain berdakwah, ulama yang wafat pada 1930 ini sering membantu kesembuhan masyarakat yang sedang sakit melalui wasilah air putih. Atas izin Allah swt, banyak masyarakat yang kembali sehat setelah meminum air putih yang ia doakan.


7. KH Ghalib (Pringsewu)
Makam KH Ghalib terletak di Pemakam Kuncup Pringsewu Barat, Kabupaten Pringsewu. KH Ghalib adalah ulama kharismatik Pringsewu yang juga merupakan murid dari pendiri Nahdlatul Ulama KH Hasyim Asy’ari. KH Ghalib lahir di Mojosantren, Krian, Jawa Timur pada 1899 dan hijrah ke Lampung pada 1927. KH Ghalib merupakan tokoh penting dari terusirnya penjajah Jepang dan Belanda dari tanah Bambu Seribu. Untuk mengenang jasanya, namanya saat ini diabadikan menjadi nama masjid, jalan, dan sekolah yang berada di dekat lokasi makam. Setiap saat makam KH Gholib selalu didatangi peziarah yang bukan hanya dari seputar Lampung namun juga dari berbagai penjuru Indonesia.

 

8. KH Raden Rahmat Djoyo Ulomo (Lampung Timur)
Makam ulama kharismatik Lampung ini berada di komplek Pondok Pesantren Tri Bhakti At-Taqwa Lampung Timur. Mbah Djoyo Ulomo yang wafat pada usia 114 tahun ini merupakan tokoh dunia pesantren dan seorang mursyid thariqah. Dalam belajar ilmu agama, Mbah Djoyo Ulomo tercatat pernah menimba ilmu diberbagai pondok pesantren di Jawa Timur, di antaranya Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Pesantren Kedung Lo, Pesantren Bandar Kidul dan di tempat Kiai Fattah Tulung Agung Jawa Timur. Mbah Djoyo Ulomo adalah kiai yang sangat aktif dalam kegiatan masyarakat baik sosial maupun keagamaannya. Pada tahun 1970-an beliau menjadi salah satu syuriah di NU Lampung Tengah.


9. KH Ahmad Abrori Akwan
Makam KH Ahmad Abrori Akwan (Buya Abrori) berada di kompleks Pondok Pesantren Al-Hidayat Gerning, Kecamatan Tegineneng, Kabupaten Pesawaran. Di lingkungan NU Lampung, ulama yang terkenal dengan ketegasannya ini bukanlah nama yang asing. Beliau sangat aktif berjuang di NU dan dikenal sebagai orator ulung atau “Macan Podium”. Ia juga tercatat menjadi A’wan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama pada masa kepemimpinan KH Hasyim Muzadi. Buya Abrori lahir di Bindu, Peninjauan, OKU, Sumatra Selatan pada tahun 1947 dan merupakan alumni Pesantren An-Nur Lasem, Rembang Jawa Tengah. Ia juga merupakan alumni Pesantren Al-Hidayat Soditan Lasem, Rembang, Jawa Tengah yang kemudian mendirikan pesantren di Pesawaran dengan nama yang sama.


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan