Nasional

Sikap Eksklusif dalam Beragama Dapat Mengarah pada Perpecahan

Sel, 22 Desember 2020 | 17:00 WIB

Sikap Eksklusif dalam Beragama Dapat Mengarah pada Perpecahan

Wakil Direktur Eksekutif International Conference of Islamic Scholars (ICIS) KH Khariri Makmun. (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online
Wakil Direktur Eksekutif International Conference of Islamic Scholars (ICIS) KH Khariri Makmun mengungkapkan kemunculan kelompok yang eksklusif pada dasarnya merupakan fenomena wajar selama tidak mengganggu stabilitas dan kedamaian negara.


Menurutnya, pemicu sikap eksklusif dalam beragama beraneka ragam di antaranya dipicu oleh hal hal di luar agama itu sendiri. “Biasanya gerakan-gerakan semacam ini muncul karena faktor-faktor di luar agama itu sendiri, bisa jadi karena persoalan politik,” ujar Kiai Khariri di Jakarta, beberapa waktu lalu.


Namun begitu, mantan Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama (NU) di Jepang tahun 2004-2006 ini mengatakan bahwa fenomena semacam ini tidak bisa dibiarkan. Sebab menurutnya, jika kelak membesar, dapat bisa menimbulkan instabilitas seperti yang terjadi di negara-negara di Timur Tengah semacam Irak, Libya, Yaman ataupun Suriah.


“Itu mereka semuanya hancur karena sikap keagamaan yang eksklusif dan dibiarkan hingga tidak bisa dikendalikan oleh kelompok moderatnya sendiri. Oleh karena itu harus ada kekuatan-kekuatan moderat yang mampu meredam sikap-sikap eksklusif yang selama ini berkembang di Indonesia,” tuturnya.


Menurutnya, hasrat politik yang berlebihan yang diiringi oleh pemikiran eksklusif dalam beragama dapat menimbulkan persoalan besar. Oleh karena itu, menurutnya sangat penting untuk menjaga etika berpolitik dengan tetap mengedepankan kepentingan umum yang lebih besar seperti perdamaian dan persatuan.


“Makanya kalau hanya sekedar perbedaan politik, perbedaan cara pandang kita memilih pemimpin, atau kita tidak suka dengan kekuatan politik tertentu, itu tentunya tidak harus dengan cara kita merusak perdamaian atau kita merusak persatuan,” tuturnya.


Menjaga persatuan adalah ajaran Al-Qur’an


Di samping itu, ia melanjutkan, ajaran untuk menjaga persatuan sejatinya sudah diajarkan oleh Allah SWT. Seperti dalam ayat “wa’tasimu bihablillahi jami`an wala tafarraqu” yang artinya "Berpegangteguhlan kalian pada tali Allah, dan janganlah berpecah belah”. Ayat itu, lanjutnya, memberikan arahan pada umat Islam untuk menjaga persatuan.


“Maka kalau kita sudah bersatu di dalam NKRI, ini sebetulnya kita sudah diikat oleh tali Allah. Maka jangan sampai persatuan ini dicederai, apalagi oleh ambisi-ambisi politik,” ucap peraih Doktoral dari Averup University, Rotterdam, Belanda itu.


Ayat lain yang dikutipnya adalah dalam surat Al-Baqarah adalah saat Nabi Ibrahim berdoa “Wa-idz qaala ibrahimu rabbi ijal hadzaa albalada amina” yang artinya Nabi Ibrahim memohon “Ya Allah jadikan negara ini balada amina, negara yang aman”. Dengan ayat itu, lanjut dia, Al-Qur’an mengajarkan umat Islam agar berusaha dan berdoa untuk menjadikan negaranya, negara yang aman.


Pewarta: Ahmad Rozali
Editor: Muhammad Faizin