Nasional

Tangisan Ribuan Santri Tebuireng Atas Kepergian Gus Sholah

Sen, 3 Februari 2020 | 01:30 WIB

Tangisan Ribuan Santri Tebuireng Atas Kepergian Gus Sholah

Foto: Dokumen Gus Hans

Jombang, NU Online
Semenjak mendengar kabar wafatnya Pengasuh Pesantren Tebireng, Jombang, Jawa Timur, KH Salahidun Wahid (Gus Sholah) pada Ahad (2/2) malam, ribuan santri Pesantren Tebuireng terus melantunkan tahlil dan bacaan Al-Qur'an untuk dihadiahkan kepada almarhum KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah).
 
Sejak pukul 21.00 WIB santri putra Tebuireng langsung beramai-ramai ke masjid untuk membaca tahlil. Tidak hanya di masjid, di setiap sudut asrama Pesantren Tebuireng juga dilantunkan bacaan Al-Qur'an dan tahlil. Suara kalimat toyyibah ini saling bersahutan satu dengan yang lain.
 
Menurut salah satu santri Tebuireng, Umar Ali kegiatan ini dilakukan secara otomatis dan akan berlangsung hingga waktu yang belum ditentukan. "Ada santri yang baca tahlil dan Al-Qur'an, ada juga yang bagian bersih-bersih," ungkapnya.
 
Pantauan NU Online di lapangan terlihat para santri hilir mudik membersihkan masjid dan ndalem kesepuhan. Beberapa santri pun tampak menggelar karpet dan memberikan suguhan pada tamu. Pengurus pesantren juga terlihat berseliweran menyalami tamu dari unsur alumni, pemerintah atau simpatik yang ingin mendoakana Gus Sholah.
 
Di depan pesantren tampak anggota Banser mengatur lalu lintas yang mulai padat. Para jurnalis dari berbagai media pun sudah tampak mendatangi Tebuireng.
 
Kepergian Gus Sholah meninggalkan duka mendalam bagi para santri. Ribuan suara santri yang membaca tahlil terdengar sesegukkan dan terputus-putus. Di sudut masjid pesantren tampak beberapa santri berlinang air mata. Wajah mereka menggambarkan ketidakpercayaan atas wafatnya pengasuh Tebuireng.
 
Sementara itu, pintu peziarah makam Gus Dur tetap dibuka oleh pengurus makam meskipun lokasi makam penuh orang mendoakan Gus Sholah. Puluhan santri terlihat membersihkan lokasi makam yang akan digunakan untuk istirahat terakhir jasad Gus Sholah. Lokasi makamnya berada di samping Gus Dur atau kakaknya.
 
Jenazah Gus Sholah diagendakan akan dikebumikan sekitar pukul 15.00
-16.00 WIB dan berada satu lokasi dengan ayahnya KH Wachid Hasyim dan kakeknya KH M Hasyim Asyari.
 
"Saya mahasiswa Mahad Aly, kuliah kita libur besok," tandasnya.
 
Penasehat Pimpinan Wilayah (PW) Ansor Jawa Timur Zahrul Azhar Hans mengatakan, dirinya sangat mengagumi sosok KH Salahudin Wahid (Gus Sholah). Sehingga kabar wafatnya Gus Sholah membuat ia kehilangan sosok panutan dalam menjalani hidup.
 
"Selamat jalan kiai, rasanya belum selesai diri ini menimba ilmu kesahajaan yang njenengan miliki tapi Allah sudah lebih dahulu memanggil. Inalillahi Wa Inailaihi rojiun," ucapnya.
 
Pria yang akrab disapa Gus Hans ini menceritakan, suatu hari ia hendak mengadakan tasyakuran kecil-kecilan di kediaman pribadinya. Saat itu lagi hangat-hangatnya aplikasi BBM dan belum ada aplikasi WhatsApp. Acara kecil tersebut mengundang beberapa orang dekat lewat BBM
 
"Saya mencoba membuat undangan tanpa kertas, saya "membroadcast" cukup melalui media BBM dan salah satu yang saya share adalah Gus Sholah. Pikir saya saat itu yang penting doanya dari apa yang saya maksudkan itu sudah alhamdulillah, tapi ternyata di luar dugaan beliau berkenan hadir kerumah bersama istrinya," jelas Gus Hans, Ahad (2/2) malam.
 
Tidak hanya hadir, dalam kesempatan itu Gus Sholah pun bercerita panjang lebar tentang pesantren terutama Pesantren Tebuireng yang ia asuh. Saat itu Gus Sholah sudah mulai menyampaikan tentang rencana regenerasi di Tebuireng tentang siapa dan kapan. 
 
"Sosok Kiai Sholah adalah pribadi yang enak diajak berdiskusi karena tidak memposisikan diri "tinggi" dengan yang lain. Setiap kata memiliki makna karena apa yang diucapkan itu adalah yang dilakukan," jelas Pengasuh Pesantren Queen Al-Azhar Darul Ulum Rejoso ini.
 
Hal menarik lainnya adalah cara Gus Sholah memandang terhadap bangsa yang jauh dari hal-hal yang sifatnya pragmatis. Kehebatan lainnya sosok Gus Sholah bisa diterima di Islam sayap kanan dan kiai juga bisa bergaul di Islam sayap kiri.
"Cara pandangnya terhadap NU tampak nothing to loose," tegasnya.
 
Semua kehebatan Gus Sholah ini menurut Hans dikarenakan suami dari Nyai Farida ini adalah pribadi yang sudah selesai dengan hidupnya. Sehingga merasa tidak ada beban untuk berbeda dengan yang lain jika hal itu ia yakini benar.
 
"Gus Sholah berkali-kali menyampaikan syukurnya atas capaian usia yang melampaui kakaknya (Gus Dur) dan saya yakin beliau kini bersuka cita karena kini sudah bisa bersama-sama di alam sana," tandasnya.
 
Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Abdul Muiz