Nasional

Tugas Santri Menebar Nilai Moderasi dan Toleransi di Dunia

Rab, 11 November 2020 | 23:30 WIB

Tugas Santri Menebar Nilai Moderasi dan Toleransi di Dunia

Santri memiliki tugas menebar Islam ramah ke penjuru dunia. (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online

Santri memiliki tanggung jawab besar dalam upaya menebar Islam moderat di manapun berada. Dengan pemahaman keagamaan yang dimiliki, demikian pula jaringan yang telah ada, maka niatan tersebut hendaknya semakin digaungkan.

 

Sejumlah hal ini mengemuka dalam diskusi virtual yang digelar Yayasan Santri Mengglobal Nusantara bekerja sama dengan Farabi Institute, Komunitas Muslimah for Change, Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) the United Kingdom dan PCINU Belanda. Kegiatan bertajuk Dakwah Santri: Ikhtiar Mewujudkan Moderasi tersebut berlangsung Selasa (10/11).

 

Dito Alif Pratama, penanggung jawab acara sekaligus pendiri dari Yayasan Santri Mengglobal Nusantara menyampaikan bahwa tujuan diselenggarakannya program ini sebagai ikhtiar reflektif kaum santri di seluruh dunia untuk memaknai hari pahlawan.

 

“Sebagaimana para pahlawan telah berjuang untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia, tugas santri sebagai penerus bangsa adalah dengan merawat dan meruwat Tanah Air. Dan salah satu bentuk ikhtiarnya adalah dengan menyemai nilai moderasi dan toleransi yang diajarkan di pesantren di banyak masyarakat di dunia,” katanya.

 

Waryono selaku Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Kementerian Agama Republik Indonesia mengapresiasi terselenggaranya acara ini. Apalagi secara teknis, juga sejalan dengan cita-cita Kementerian Agama RI dalam mewujudkan moderasi beragama di Indonesia.

 

“Kami berharap agar para santri di manapun berada mampu tampil kontributif baik dalam ranah lokal dan global dan senantiasa berjuang untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” katanya.

 

KH Ahmad Nurul Huda dalam paparannya menjelaskan landasan dakwah santri di luar negeri yang harus didasari oleh dua hal penting.

 

“Pertama adalah semangat belajar dan mengajar. Kedua, semangat berdakwah di banyak wilayah untuk mencari keridhaan Allah,” ungkap Pengasuh Pondok Pesantren Motivasi Indonesia tersebut.

 

Dirinya mengajak peserta diskusi online untuk meneladani semangat perjuangan pahlawan dalam memperjuangkan dan merebut kemerdekaan. Dan semangat ini pula yang harus santri Indonesia teladani dalam momentum hari pahlawan.

 

Muhammad Ramdhani selaku pemateri menegaskan tidak ada agama yang perlu dimoderasi, karena ruh dari agama adalah mengajarkan moderasi. Yang perlu ditanamkan saat ini adalah semangat dan ruh moderasi adalah pemeluk agamanya, termasuk para santri.

 

Sedangkan Siti Kholisoh menjelaskan apa saja yang menjadi faktor penting dalam mewujudkan perdamaian dan moderasi beragama di Indonesia, khususnya santri perempuan. Hal tersebut berdasarkan pengalaman riset dan aktivitasnya di Wahid Foundation dan Komunitas Muslimah for Change.

 

“Saat ini santri perempuan harus juga tampil di masyarakat, berkiprah, dan berkomunikasi dengan banyak komunitas," ajaknya.

 

Zaimatus Sa’diyah mengisahkan pengalaman dalam berdakwah bagi masyarakat Belanda, khususnya komunitas Muslim Indonesia di sana. Bahwa di antara kesulitan terbesar dalam mendakwahkan Islam khas Indonesia adalah persoalan bahasa. Karena masih banyak warga keturunan Indonesia di Belanda yang lebih fasih berbahasa Belanda.

 

“Dan dakwah santri Indonesia adalah hal yang sangat penting dalam mengikis benih-benih islamofobia,” ungkapnya.

 

Sedangkan Munawir Aziz banyak menyoroti pentingnya kolaborasi santri Indonesia untuk merespons isu kontemprorer dan mewujudkan agenda strategis di kancah global.

 

"Santri itu sebenarnya dilahirkan sebagai masyarakat global yang harus dibanggakan pun mempunyai tanggungjawab global," katanya.

 

Pengurus NU yang tengah menempuh studi di Inggris tersebut berpesan agar santri bisa fokus kepada apa yang menjadi minat, keterampilan, dan kemampuan.

 

"Kalau bisa fokus kepada keterampilan yang kita minati, maka bisa saja menjadi master dalam bidang masing-masing dan akan lebih bisa punya pengaruh di kemudian hari," ungkapnya.

 

Diskusi diakhiri dengan peluncuran program International Islamic Comparative Study (IICS) yang akan melaksanakan kegiatan di Malaysia, Singapura dan Thailand tahun 2021 dan program Muslim Youth Leader Summit (MYLS) di Istanbul Turki 2021. Acara diselenggarakan oleh Yayasan Santri Mengglobal Nusantara.

 

Kedua program secara khusus akan mengajak santri Indonesia untuk mendiskusikan agenda strategis berkaitan dengan dakwah Islam ramah serta kiprah dam kontribusinya di masa kini dan mendatang.

 

Editor: Ibnu Nawawi