Obituari

Penghormatan Akhir Mochtar Pabottingi; Ilmuwan Politik, Sastrawan, Pribadi yang Hangat

Ahad, 4 Juni 2023 | 19:30 WIB

Penghormatan Akhir Mochtar Pabottingi; Ilmuwan Politik, Sastrawan, Pribadi yang Hangat

Sastrawan Mochtar Pabottingi. (Foto: Facebook Rita Zubir)

Jakarta, NU Online
Penulis sekaligus ilmuwan politik Mochtar Pabottingi, tutup usia di usia 77 tahun. Pria kelahiran Bulukumba, Sulawesi Selatan, itu tak hanya dikenal karena gagasan-gagasannya tentang politik kebangsaan, tetapi juga sosoknya yang hangat pada semua kalangan.


Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Amin Mudzakkir menuturkan selain sebagai seorang ilmuwan politik yang kritis. Mochtar dikenal pribadi yang hangat terhadap siapa pun termasuk para pejabat dan politisi yang dikritiknya. 


"Beliau melakukan kritik sangat tulus bukan karena ingin sesuatu. Benar-benar karena dasar rasionalitas dan etika politik beliau yang ingin menegakkan demokrasi yang beradab. Tidak heran kalau Pak Mochtar disayangi banyak orang termasuk mereka yang dikritiknya," kata Amin kepada NU Online, Ahad (4/6/2023).


Mochtar adalah seorang Peneliti Utama bidang Perkembangan Politik Nasional di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sejak tahun 1990-an hingga era Reformasi. Dia juga dikenal sebagai kritikus di masa Orde Baru.

 

"Sejak awal (Mochtar) seorang kritikus Orde Baru yang kuat. Jejaknya dalam menuangkan kritik yang sangat argumentatif terhadap otoriter Orde Baru dapat dibaca dari beberapa tulisannya di media populer dan karya akademik dan ilmiahnya," tutur Amin.


Amin mengungkapkan selain sebagai seorang ilmuwan politik yang kritis, Mochtar adalah juga seorang sastrawan. Tahun 1973 ia menamatkan kuliahnya di Jurusan Sastra Inggris Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada (UGM).


"Dia pernah aktif di Teater Kesenian UGM. Aktif menghasilkan karya sastra. Saya pernah resensi buku beliau secara khusus berjudul Konsierto, kumpulan puisi beliau ketika residensi di Kyoto. Jadi sangat sastrawan makanya tulisan beliau sangat enak dibaca," ujarnya.


Menurut Amin, Mochtar juga mampu menggabungkan antara ketajaman analisis dan keindahan estetis. "Ini jarang dan sulit didapatkan dari ilmuan politik biasa," imbuhnya.

 

Amin menceritakan momen ketika diminta meresensi dua buku karya Mochtar yakni Burung-burung Cakrawala, sebuah otobiografi yang dibentuk novel dan Konsierto di Kyoto.

 

"Saya tahu persis beliau seorang yang punya kemampuan dalam menulis indah dan itu juga tak hanya dituangkan dalam tulisan tapi juga ucapan. Kalau beliau ceramah tertata, intonasinya terjaga, diksinya rapi kadang menemukan kata-kata yang belum pernah didengar tapi enak," kenang Amin.


Selain itu, Mochtar menurut Amin juga seorang yang paham bahasa Inggris. "Saya masih ingat meresensi satu puisi beliau menggambarkan salju atau gumpalan es menggunakan 'avalansa'. Saya waktu itu enggak ngeh dia menggunakan bahasa Inggris diserap dengan bahasa Indonesia Avalanche jadi 'avalansa', sehingga menimbulkan rasa bahasa yang unik, indah. Hanya beliau yang bisa melakukan itu," tandasnya.


Mochtar wafat pada Ahad (4/6/2023) pukul 00.30 WIB di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Seobroto. Jenazah disemayamkan di rumah duka di bilangan Kayu Putih, Kecamatan Pulo Gadung, Jakarta Timur.


Sebelum wafat, Mochtar Pabottingi sempat dikabarkan terbaring koma di Rumah Sakit EMC Pulomas, Jakarta Timur karena serangan jantung pada Sabtu, 22 April 2023. Mochtar koma, dan harus menjalani operasi pembuatan lubang pada dinding anterior trakea untuk membantu pernapasan.


Kontributor: Suci Amaliyah
Editor: Kendi Setiawan