Pustaka HARI SANTRI 2023

4 Kitab Kumpulan Syair tentang Ilmu Tajwid yang Dipelajari dan Dihafal Santri

Rab, 4 Oktober 2023 | 06:00 WIB

4 Kitab Kumpulan Syair tentang Ilmu Tajwid yang Dipelajari dan Dihafal Santri

Ilustrasi kitab. (Foto: NU Online/Suwitno)

Metode pembelajaran hafalan masih menjadi salah satu metode dalam pendidikan pesantren. Di antaranya, santri diwajibkan untuk menghafal sejumlah syair yang terkumpul dalam kitab-kitab tertentu. Syair tersebut memuat berbagai macam bidang keilmuan, mulai dari tata bahasa Arab, fiqih, ushul fiqih, manthiq, aqidah, hingga tajwid.


Syair-syair yang dihafal itu menunjang pembelajaran para santri agar dapat lebih mudah untuk memahami konsep pelajaran. Dengan hafal syair tersebut, santri dapat mengerti dan mampu memberikan penjelasan atas konsep materi yang dikandungnya.


Setidaknya, ada empat kitab kumpulan syair yang dipelajari dan dihafal para santri saat mendalami pengetahuan mereka mengenai kebenaran dalam membaca atau melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an ini.


1. Hidayat ash-Shibyan

Kitab ini memuat 40 bait syair yang berisi tentang pelajaran tajwid. Bahasanya yang ringkas dengan sejumlah muatan kalimat singkatan untuk menyebut huruf dalam golongan tertentu semakin memudahkan para santri untuk memahami tajwid. Misalnya, qatbu jadin untuk menyebut huruf qolqolah, yaitu qaf, tha, ba, jim, dan dal. Atau khussha dlaghthin qidh untuk menyebut huruf isti'la, yaitu kha, shad, dlad, ghain, tha, qaf, dan dha.


Kitab ini ditulis oleh Syekh Sa’id bin Sa’ad Nabhan al-Hadrami, seorang ulama yang berasal dari Hadramaut, Yaman. Sebagaimana namanya, Hidayatus Shibyan yang berarti petunjuk bagi anak kecil, kitab ini memang didesain oleh penulisnya bagi para pemula yang baru mempelajari ilmu tajwid. Karenanya, pengetahuan tajwid dalam kitab ini sangat elementer, mendasar. Karenanya, kitab ini biasa dipakai sebagai rujukan bagi anak-anak di tingkat ibtidaiyah atau sekolah dasar.


Biasanya, para santri dan pelajar tingkat ibtidaiyah mempelajari kitab ini melalui terjemahan berbahasa Jawa yang ditulis oleh KH Muthahhar bin Abdurrahman yang diberi judul Syifaul Jinan yang memiliki arti obat penawar untuk hati.


2. Tuhfatul Athfal

Kitab Tajwid ini sebetulnya tidak jauh berbeda dengan kitab di atas. Namun, tentu saja kitab tersebut memiliki distingsi tersendiri. Kitab ini ditulis oleh Syekh Sulaiman al-Jamzuri, memuat 61 bait syair. 


Kitab ini memiliki sejumlah pembahasan yang tidak terdapat dalam Hidayatush Shibyan. Di antaranya, kitab ini memuat pembahasan idgham yang lebih rinci, meliputi idgham mutaqaribain, mutajanisain, mitsli, hingga kabir. Pun ada juga pembahasan lam, bukan saja pada isim yang berupa syamsiyah dan qamariyah, tetapi ada lam mutlak yang terdapat pada fiil.


Karena ada sejumlah pembahasan yang tidak diulas dalam kitab Hidayatus Shibyan, biasanya kitab Tuhfatul Athfal ini dipelajari dan dihafal oleh santri yang sudah menamatkan kitab tersebut. Namun, sebagaimana namanya, Tuhfatul Athfal yang berarti sesuatu yang berharga bagi anak kecil, kitab ini juga masih diperuntukkan bagi para santri pemula, mubtadiin.


3. Jazariyah

Kitab ini ditulis oleh seorang ulama ahli Al-Qur’an yang sangat masyhur, yakni Syekh Syamsuddin Abul Khair Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Yusuf al-Jazari. Kitab ini memuat 109 bait syair tentang ilmu tajwid. 


Tentu saja kitab ini menjadi rujukan tingkat menengah bagi para santri dan pembelajar ilmu tajwid. Jumlah syairnya yang banyak juga menunjukkan bahwa kitab ini memberikan penjelasan yang lebih dalam dan luas dari kitab-kitab sebelumnya. Di antara pembahasannya soal makhraj atau tempat keluar huruf yang dijelaskan secara terperinci di dalamnya.


4. Matan Syathibiyah

Kitab ini merupakan karya Imam Abul Qasim bin Fairah al-Syathibi. Sang penulis menamainya Hirzul Amani wa Wajhut Tahani. Namun, kitab ini lebih dikenal dengan namanya, asy-Syathibiyah. Kitab ini memuat 1173 bait syair tentang ilmu membaca Al-Qur’an dengan tujuh macam bacaan atau dikenal dengan istilah Qiraah Sab’ah.


Kitab ini menjadi rujukan bagi para santri dan pembelajar tingkat tinggi. Karena bukan saja tajwid dari satu macam bacaan saja, tetapi tujuh macam bacaan Al-Qur’an, lengkap dengan perbedaan huruf pada seluruh ayat Al-Qur’an. Pembagian bab juga didasarkan pada pembahasannya yang di dalamnya memuat sejumlah perbedaan cara baca atas tema yang diulas di dalamnya, seperti pembahasan idgham kabir, idgham huruf yang berdekatan secara makhrajnya dalam satu dan dua kalimat, ha’ kinayah atau ha’ dhamir, hamzah dalam satu kalimat, hamzah dalam dua kalimat, hamzah Tunggal, dan sebagainya.


Bukan saja keluasan pembahasannya, kitab ini juga memiliki perbedaan bentuk syair dengan kitab-kitab lainnya. Jika kitab-kitab sebelumnya ditulis dengan bahr rajaz, kitab asy-Syathibiyah ini ditulis dengan bahr thawil dengan berima la di setiap akhir syairnya. Hal ini menjadi satu hal yang luar biasa mengingat lebih dari seribu bait ditulis dengan akhiran bacaan yang sama.