Pustaka

Pengalaman Misteri dan Kengerian dalam Buku Samex Sawarga Malapetaka

Ahad, 18 Februari 2024 | 10:00 WIB

Pengalaman Misteri dan Kengerian dalam Buku Samex Sawarga Malapetaka

Sampul buku horor berjudul Samex Sawarga Malapetaka ditulis oleh Risa Saraswati. (Foto: istimewa)

Buku horor berjudul Samex Sawarga Malapetaka ditulis oleh Risa Saraswati. Bagi yang sering nonton kanal Youtuber Jurnal Risa, tentu tidak asing lagi dengan sosok makhluk halus bernama Samex. Ia muncul dalam beberapa episode, ketika namanya disebut atau dibicarakan oleh para punggawa Jurnal Risa, maka ia akan langsung datang.


Sosok hantu di buku ini digambarkan menakutkan, berambut panjang, dengan lidah yang menjulur panjang. Samex, bukan nama sebenarnya, merujuk pada Satirah dan Imas. Kedua nama ini masih memiliki hubungan keluarga dengan Risa Saraswati, di mana semasa hidup, keduanya merupakan sahabat dari neneknya Risa.


Siapa Samex?

Awalnya, Risa mengira bahwa Samex yang menghantuinya Risa dan sepupunya adalah Samex yang juga menghantui para orang tua mereka. Meskipun tampilannya mirip, tetapi ternyata merupakan sosok yang berbeda. Samex yang meneror generasi pertama merujuk pada Satirah, sementara Samex yang meneror generasi berikutnya merujuk pada Imas.


Satirah dan Imas semasa hidup ternyata keduanya bersahabatan dengan Endah (Kakak Nenek Risa) dan Enok (Nenek Risa).


Dalam bab pertamanya, Risa menceritakan tentang persahabatan tiga sekawan di Rancah yang dikenal dengan nama Tiga Roda Becak yakni Endah, Satirah, dan Imas. Mereka ke mana-mana selalu bersama. Selain itu, adik Endah yang bernama Enok selalu ikut bersama mereka.


Persahabatan mereka retak, lebih tepatnya persahabatan antara Imas dengan Endah dan Satirah. Imas merasa iri dengan Endah yang bisa pindah dari Rancah, suatu hal yang sebenarnya dicita-citakan oleh Imas. Lalu Imas pun kabur ke Jakarta, ia putus komunikasi dengan Endah dan Satirah.


Sementara itu, hubungan persahabatan antara Endah dan Satirah tetap terjaga hingga tua. Nah, Satirah ini suka bersilaturahim, mengunjungi orang-orang yang dulu tinggal di Rancah dan kini tinggal di luar kota, membawakan oleh-oleh. Meskipun Satirah ini hubungan dengan manusianya baik, tetapi hubungan dengan Tuhan tidak baik, ia meninggalkan shalat.


Sebagai seorang sahabat, Endah dan Enok berusaha untuk mengingatkan, hablumminannas juga harus diimbangi hablumminallah. Namun, Satirah bergeming dengan hal itu. Mereka, bahkan menghadiahkan mukenah dan sajadah.


Nasib Imas

Beberapa tahun berlalu, tak ada satu pun warga Rancah yang mendengar kabar dari Imas atau keluarganya yang pindah tanpa berpamitan. Kondisi rumahnya jadi menyeramkan. Halamannya dipenuhi rumput ilalang dan pepohonan rindang di belakang rumah.


Hingga suatu hari, Imas ditemukan meninggal dunia di belakang rumahnya yang kosong. Kepulangannya ke Rancah tidak diketahui oleh siapa pun, tak ada orang yang tahu alasan ia kembali ke Rancah, dan tak ada yang melihatnya kembali ke Rancah. Ia ditemukan meninggal di pohon mangga belakang rumahnya.


Imas ditemukan dalam kondisi mata yang melotot dan lidah menjulur keluar. Penyelidikan polisi menyatakan, ia melakukan tindakan bunuh diri. Ternyata kehidupan Imas di ibu kota tidak berjalan sesuai kehendaknya. Ia mendapatkan suami yang kasar, gemar berjudi, dan selingkuh. Hubungan Imas dengan bapak dan ibunya pun tidak baik.


Teror Samex dari generasi ke generasi

Teror Samex pertama terjadi di generasi orang tuanya si penulis. Diceritakan, Satirah meninggal dengan wajar. Namun ia menghantui orang-orang yang dikenalnya. Ia menjadi sosok yang menyeramkan dengan kebaya yang lusuh dan rambut berantakan. Satirah meneror keluarga kakek dan nenek Risa. Teror tersebut berhasil diatasi oleh kakek Risa yang memiliki kemampuan supranatural.


Nah, teror tersebut kembali datang. Kali ini menghantui Risa dan sepupunya yang lain. Ternyata Samex yang menghantui Risa itu berbeda dengan Samex yang menghantui generasi sebelumnya, tetapi masih memiliki keterkaitan.


"Samex yang dulu kita kenal sudah tidak ada, dia sudah tenang di sana. Doa-doa kita semua sampai kepadanya. Dan dia sudah tidak lagi muncul menghantui manusia," jelas kakek kepada Risa. (Halaman 203)


Namun, tak ada ubahnya dengan sosok Samex terdahulu. Kakek menganggap bahwa sosok hantu Imas yang belakangan muncul di kehidupan kami pun sama persis seperti sosok mendiang kerabat Nenek kami yang kami sebut dengan panggilan Samex. Sosoknya sangat mirip, caranya menghantui sama persis, seolah dia sedang meniru sahabatnya dulu. (Halaman 203).


Alur

Alur dalam buku ini tidak runtut, dengan kata lain campuran. Pembaca seperti diajak untuk merangkai kepingan-kepingan puzzle, menjadi satu rangkaian cerita yang utuh. Jadi untuk memahami cerita dalam buku ini, pembaca harus membaca ceritanya sampai selesai.


Pesan moral

Meskipun buku ini bergenre horor, tetapi terdapat pesan moral di dalamnya yakni bahwa hubungan manusia dengan sesama manusia (hablunminannas) harus diimbangi juga dengan hubungan dengan Allah (hablumminallah). Kemudian bunuh diri bukanlah solusi untuk mengatasi permasalahan


Arti Samex

Bab terakhir buku ini berjudul Swarga Malapetaka (Samex). Penulis asal Bandung ini menjelaskan apa yang dimaksud dengan istilah tersebut, yakni Surganya Malapetaka.


“Sawarga Malapetaka, surganya malapetaka, adalah arti mendalam di balik nama itu. Disematkan pada siapa pun yang berakhir seperti Samex-Samex yang singgah di dalam hidupku, dalam hidup keluarga besarku. Nama bagi mereka yang bergelut dengan kehidupan bahkan setelah kehidupan berakhir, mereka yang mendatangi banyak orang, memohon untuk diselamatkan padahal hanya diri mereka sendiri yang mampu menyelamatkan diri dari segala urusan setelah kematian.” (Halaman 203 & 204).

 

Identitas Buku 

Judul: Samex Sawarga Malapetaka
Penulis: Risa Saraswati
Penerbit: Bukune
Tahun Terbit: Cetakan II, Oktober 2022
Tebal: 206 halaman
ISBN: 9786022204473