Risalah Redaksi

Mari Bermuktamar dengan Riang Gembira!

Ahad, 28 November 2021 | 16:30 WIB

Mari Bermuktamar dengan Riang Gembira!

Salah satu sudut kemeriahan muktamar ke-33 NU tahun 2015. (Foto ilustrasi: NU Online)

Muktamar NU ibarat pesta besar seluruh komunitas NU, dari pengurus, kiai, aktivis, hingga warga NU. Masing-masing punya agenda tersendiri. Para kiai fokus dalam sidang-sidang bahtsul masail, para pengurus berdiskusi soal organisasi, program, dan rekomendasi, sebagian aktivis sibuk menggolkan calon ketua umum yang didukung, sementara warga NU menikmati berbagai gelaran yang mengiringi muktamar mulai dari bazar, pameran, atau pertunjukan.

 

Banyak warga NU yang sudah bersiap-siap untuk datang berombongan ke lokasi muktamar ke-34 di Lampung, terutama untuk menghadiri pembukaan. Apalagi setelah adanya tol Trans-Jawa yang mempermudah akses serta peningkatan kesejahteraan warga NU, semakin banyak orang yang berminat menghadiri perhelatan lima tahunan ini, termasuk dari kantong-kantong NU seperti di Jatim dan Jateng, dan Jabar.

 

 

Terdapat divisi dalam kepanitiaan dari muktamar ke muktamar yang secara khusus membidangi bazar dan hiburan. Ada bazar murah yang selalu ramai pengunjung, ada pengajian dari dai-dai ternama yang zaman dahulu hanya bisa didengar di radio atau ditonton di TV, ada pula konser musik yang menghadirkan musisi papan atas, dan segenap acara menarik lainnya. Jika tidak ada rintangan, dalam muktamar kali ini, konsep seperti itu akan tetap berjalan.

 

Para pedagang pun tak ingin kehilangan momen dengan berkumpulnya banyak orang. Segala macam suvenir terkait NU dijual dengan berbagai ragam model dan kualitas. Ada yang di stan bazar yang resmi dikelola oleh panitia, tapi banyak pula yang asal menggelar dagangan di sembarang tempat yang ramai. Mereka merupakan pelaku usaha kecil yang ulet, yang tahu bagaimana menarik pelanggan. Paling banyak yang dijual adalah baju, kaos, dan segala barang dengan gambar logo muktamar. Para muktamirin atau pengunjung pasti mengincar oleh-oleh itu sebagai kenangan.

 

Muktamar juga menjadi agenda untuk menggelar reuni atau kumpul-kumpul. Entah sesama alumni pesantren tertentu, jejaring aktivis yang sebelumnya hanya bisa terhubung via medsos atau jalur komunikasi lain, atau para pegiat NU dari berbagai bidang-bidang seperti pemerhati lingkungan, seni budaya, politik, dan lainnya. Di luar momen seperti muktamar, susah untuk membuat acara kumpul-kumpul seperti ini secara santai. Semua kegiatan itu di luar jadwal yang dirancang oleh panitia. Mereka juga tidak meminta panitia memfasilitasi kegiatan-kegiatan tersebut.

 

Covid-19 menjadikan jadwal muktamar ke-34 NU yang sejatinya diselenggarakan pada Oktober 2020 tertunda. Pembatasan-pembatasan dalam muktamar membuat agenda tersebut kemungkinan tidak akan bisa berjalan meriah sebagaimana sebelumnya. Namun, kita tak perlu menyesali situasi seperti ini. Toh, perubahan adalah sebuah kemestian. Situasi baru menghasilkan kesempatan baru, sejauh kita terbuka untuk kreativitas dan inovasi baru. Bahkan ada hal-hal baru yang jauh lebih keren dari sebelumnya karena adanya inovasi baru tersebut.

 

Yang pasti, muktamar ke-34 NU kali ini mensyaratkan kepatuhan terhadap protokol kesehatan seperti menjaga jarak, penggunaan masker, dan lainnya yang dikenal dengan 5M. Acara-acara resmi yang dikelola oleh panitia dapat diatur memenuhi protokol kesehatan. Untuk acara yang di luar agenda resmi, panitia tidak dapat mengatur tingkat kepatuhannya. Namun, semuanya akan berdampak pada citra NU jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, seperti klaster Covid-19. Ini yang menjadi kekhawatiran panitia, bagaimana menyelenggarakan acara yang berlangsung secara meriah tetapi juga tetap menjaga protokol kesehatan.

 

Hal lain yang turut mempengaruhi psikologi warga NU adalah soal dukung-mendukung kandidat. Siapa pun yang didukung dan dicalonkan menjadi ketua umum, kita yakini mereka orang-orang hebat dan mumpuni. Martabat NU dan para pemimpin NU mesti kita jaga dengan baik dengan membangun narasi positif kepada para tokoh yang dicalonkan karena NU adalah organisasi Islam yang sangat memperhatikan nilai etika dan akhlak.

 

Godaan untuk berkomentar di media atau media sosial memang kuat, apalagi media juga berkepentingan mendapatkan traffic kunjungan dari orang-orang yang penasaran terkait dengan perkembangan muktamar. Media membuat judul dan konten yang provokatif untuk menarik pembaca, yang kemudian dapat menimbulkan kesalahpahaman bagi banyak orang. Komentar yang dibalas dengan komentar lain membuat suasana jelang muktamar menjadi riuh.

 

Sebagai ormas Islam terbesar di Indonesia, gelaran muktamar menarik perhatian banyak orang. Ada ilmuwan atau peneliti yang dari waktu ke waktu mengamati perkembangan NU. Pikiran dan pengamatan mereka dapat menjadi sumbangan yang berharga bagi NU, namun ada pula pengamat sosial politik amatiran yang ingin menunggangi momentum muktamar ini untuk mencari popularitas. Yang tak suka atau bahkan membenci NU, mungkin sedang menunggu momentum untuk menyerang.

 

Jika belum ada kata sepakat terhadap beberapa hal terkait pelaksanaan muktamar, kita pasrahkan kepada para pengurus untuk bermusyawarah. Mereka adalah para kiai dan ulama bijak yang akan mencari solusi terbaik bagi permasalahan NU. Komentar-komentar yang tak tepat akan membuat kegaduhan yang tidak perlu.

 

Kita semua berharap muktamar terselenggara dengan tenang dan lancar supaya kita dapat merasakannya dengan riang gembira dan pulang dengan kenangan indah yang tak terlupakan. (Achmad Mukafi Niam)