Risalah Redaksi

Memanfaatkan Teknologi untuk Berdakwah dan Pengembangan Potensi Diri

Ahad, 22 April 2018 | 04:45 WIB

Sejauh mana umat Islam memanfaatkan teknologi digital untuk berdakwah, atau dalam spektrum yang lebih kecil lagi, bagaimana komunitas santri memanfaatkan kecanggihan baru ini untuk mengembangkan potensinya? Saat ini ini teknologi telah menjadi bagian dari kehiduapan sehari-hari, tetapi kita harus bertanya pada diri kita sendiri, seberapa besar potensi kemajuan tersebut telah kita manfaatkan?

Belum ada kajian serius yang komprehensif tentang pemanfaatan teknologi di lingkungan santri atau pesantren. Tetapi jika kita melakukan pengamatan secara sepintas, tampaknya pemanfaatan teknologi masih jauh dari potensi yang ada. Tentu hal tersebut sangat disayangkan bahwa teknologi sebenarnya dapat membantu belajar secara lebih efektif atau berdakwah dengan lebih maksimal.

Ada banyak permasalahan dalam pendidkan yang menimpa kita secara umum, bukan hanya di lingkungan pesantren. Para siswa hidup di abad ke-21 dengan teknoogi digital, guru dan ustadznya hidup dan berpikir dengan pola abad ke-20, sedangkan infrastruktur pendidikan yang tersedia masih setara dengan abad ke-19. Faktor ini menyebabkan terjadinya kesenjangan yang lebar antara potensi yang hasil yang sudah dicapai. Akibatnya, potensi para siswa kurang tereksplorasi dengan baik.

Jika kita menyebut, tentu saja ada beberapa figur kiai atau institusi yang sudah akrab dengan teknologi digital, tetapi hal tersebut adalah pengecualian atau outlier yang tidak bisa menjadi standar pencapaian secara umum. Mereka adalah orang-orang istimewa yang tidak mencerminkan situasi secara keseluruhan. Tugas kita adalah bagaimana menjadikan teknologi sebagai cara pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari.

Sudah ada pemanfaatan teknologi dalam bidang keislaman. Beberapa di antaranya adalah digitalisasi kitab klasik sehingga bisa diakses dengan gampang. Lalu, ada pula aplikasi pengingat shalat, Al-Qur’an digital, doa-doa dan beragam cara penunjang ibadah ubudiyah yang bisa diakses secara praktis melalui perangkat mobile. Media sosial juga telah dimanfaatkan untuk melakukan koordinasi pengajian rutin yang dikenal dengan sebutan one day one juz (ODOJ). Kini juga telah tersedia aplikasi kalkulator zakat, pengingat shalat, aplikasi halal, dan lainnya. Sebenarnya masih banyak potensi yang belum dimanfaatkan.

Kelebihan teknologi digital adalah keberadaan fasilitas untuk memproduksi konten, bukan hanya mengkonsumsinya. Karena itu, mereka yang rajin, proaktif, dan inovatif memproduksi konten akan menguasai dunia maya dan mempengaruhi nilai-nilai generasi milenial tentang hal yang benar dan salah, baik dan buruk dalam berperilaku. Kemampuan membangun pengaruh ini tidak harus dari jumlah massa yang sangat besar, tetapi bisa dari hanya beberapa gelintir orang tetapi memiliki kreatifitas yang luar biasa. Berbagai aplikasi yang kita pakai dalam kehidupan sehari-hari seperti facebook, google, WA, instagram, dan lainnya hanya dikelola oleh sangat sedikit orang dibandingkan dengan pengaruhnya yang menjangkau seluruh dunia. 

Teknologi digital sebagian besar tidak diciptakan oleh ilmuwan dan dipasarkan oleh wirausahawan Muslim sehingga tidak ada nilai-nila keislamani yang ditanamkan dalam teknologi tersebut. Bagi para pencipta atau pengusaha tersebut, yang tumbuh dengan ideologi kapitalis, maka yang terpenting adalah bagaimana teknologi tersebut dapat digunakan oleh sebanyak mungkin orang. Dari situ, maka akan dihasilkan uang yang melimpah.

Keresahan akan dampak negatif teknologi sudah mulai banyak disuarakan. Dampak negatifnya di masyarakat sudah mulai banyak memakan korban seperti pencurian data pribadi yang belakangan marak atau penggunaan media sosial untuk menyebarkan konten-konten hoaks. Bagi umat Islam maraknya pornografi di internal menyebabkan banyak orang mengambil jarak. Kelompok-kelompok radikal juga mengampanyekan ideologinya melalu internet. Pemerintah Jerman telah mengambil tindakan tegas dengan menerbitkan UU yang akan menghukum perusahaan media sosial yang terbukti tidak mengambil tindakan yang cukup atas konten-konten hoaks. Sejumlah negara lain sedang mengambil inisiatif yang sama. 
 
Yang harus mulai kita lakukan dengan teknologi digital adalah mengisinya dengan konten-konten yang mengajak kepada kebaikan, memanfaatkannya untuk belajar, atau mempererat persaudaraan. Belajar zakat sesungguhnya sangat mudah dan efektif dengan menggunakan ilustrasi yang didesain dengan gampang. Hal yang sama juga bisa dilakukan dalam mempelajari materi lainnya, seperti belajar bahasa Arab, beragam tata cara beribadah seperti shalat, wudhu, memandikan janazah, dan lainnya. Dengan waktu yang pendek, kita bisa memperoleh pemahaman yang baik. 

Tujuan kita hidup di dunia adalah untuk mempersiapkan diri dalam kehidupan di akhirat. Sayangnya, masih ada yang beranggapan bahwa dengan melakukan ibadah ubudiyah seperti shalat dan puasa, sudah cukup menjadi bekal menuju kehidupan selanjutnya. Untuk berhasil di akhirat, kita juga harus menguasai dan mampu mengelola kehidupan di dunia dengan baik. Dan hal tesebut hanya bisa dilakukan dengan ilmu dan pengetahuan. Dalam ranah teknologi digital ini, kita masih tertinggal jauh.

Umat Islam sempat unggul dalam memproduksi ilmu pengetahuan, sayangnya dalam beberapa abad ini, kita cukup ketinggalan. Para ahli fiqih bahkan telah membahas bagaimana hukumnya shalat di luar angkasa, tetapi kita sendiri kurang belajar bagaimana agar bisa terbang ke luar angkasa. Ada banyak karut-marut persoalan yang menyebabkan umat Islam tertinggal dalam bidang teknologi. Butuh waktu yang panjang untuk mengurainya. Tetapi jika kita menjadikan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai prioritas, tentu permasalahan ini akan cepat terurai. 

Berdakwah tak dapat dimaknai dengan sekedar ceramah di hadapan hadirin di forum majelis taklim atau pengajian, tetapi juga bagaimana kita mampu menciptakan lingkungan yang kondusif agar nilai-nilai Islam dapat dijalankan dengan baik oleh masyarakat. Dan pada aspek ini yang tampaknya kita masih harus berjuang keras. Seiring dengan cepatnya laju perkembangan teknologi, kita juga harus dengan sigap turut memproduksi atau mengisinya dengan nilai-nilai yang membawa kita ke arah kebaikan. Allah telah memerintahkan kita menjadi khalifahdi muka bumi. Keberadaan teknologi harus kita arahkan ke sana, bukan untuk memperkaya para pembuatnya tetapi dengan mengorbankan kepentingan masyarakat secara umum. (Achmad Mukafi Niam)