Diusulkan, Rukyatul Hilal Gunakan Kamera Video
NU Online · Senin, 23 Oktober 2006 | 19:49 WIB
Hiroshima, NU Online
Dua versi berbeda tentang penetapan 1 Syawal 1427 H antara Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan Pengurus Wilayah (PW) NU Jawa Timur, Ahad (22/10) lalu, rupanya menyita perhatian warga nahdliyyin (sebutan untuk warga NU) di luar negeri. Setidaknya, hal itu terjadi pada kalangan nahdliyyin yang berada di Jepang.
Rais Syuriah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Jepang, Agus Zainal Arifin, mengusulkan agar ke depan, proses rukyatul hilal (observasi/pengamatan bulan) bisa menggunakan kamera video yang memungkinkan untuk merekam hasil dari rukyat. Menurutnya, hal itu dilakukan supaya apapun hasilnya dapat dibuktikan secara nyata.
<>“Dengan di-shooting dan difoto, berarti gambar yang bisa disaksikan langsung oleh mata telanjang, dan bukan teleskop, bisa di-print (dicetak-red). Insya Allah dengan dukungan otentik ini, orang yang disumpah tidak perlu grogi atau mungkin ada alasan-alasan lain yang sebetulnya tidak perlu,“ terang Agus kepada NU Online di Hiroshima, Jepang, Senin (23/10) kemarin.
Sebagaimana diberitakan situs ini, PBNU menetapkan 1 Syawal 1427 H jatuh pada Selasa, 24 Oktober. Keputusan itu diambil setelah proses rukyatul hilal tidak berhasil, sehingga usia bulan Ramadan disempurnakan (istikmal) menjadi 30 hari. Sementara, PWNU Jatim menyatakan melihat hilal di Pantai Gebang, Bangkalan, Madura dan kemudian mengumumkan Idul Fitri tahun ini jatuh pada Senin, 23 Oktober.
Diduga kuat, perbedaan ketetapan tersebut hanya disebabkan persoalan komunikasi dan keabsahan hasil rukyat dari PWNU Jatim. Hasil dari pada rukyat PWNU Jatim yang semestinya dilaporkan ke Pengurus Pusat (PP) Lajnah Falakiyah (LF) NU, selaku yang bertanggung jawab, ternyata tidak dilakukan. Sementara, saksi pe-rukyat yang menyatakan berhasil melihat hilal pun konon tak bisa mempertanggung jawabkan.
“Menurut informasi, penyebab mengapa hasil rukyat di Surabaya dan Bangkalan sampai tidak di-refer oleh PBNU di Jakarta, sepertinya karena kesalahpahaman informasi. Misalnya, akibat tidak bisanya dikonfirmasi si pe-rukyat oleh Lajnah Falakiyah NU. Juga adanya informasi oleh seseorang bahwa Bangkalan, saat itu sedang mendung,“ ungkap Agus.
Agus mengecewakan kejadian tersebut. Pasalnya, kecanggihan teknologi yang sebetulnya dapat mendukung proses ibadah, ternyata tak digunakan. “Teknologi foto, saat ini di tanah air termasuk di Surabaya, bertebaran klub fotografi yang mewadahi mereka yang hobi memotret. Insya Allah mereka bisa diminta berperan,“ ujarnya.
Diceritakan Agus, tahun lalu, NHK (stasiun televisi Jepang), menyiarkan aktivitas rukyatul hilal yang dilakukan oleh kaum muslim di berbagai kota di Jepang. Juga proses itsbat-nya di Tokyo, hingga penginformasian ke seantero Jepang. “Bisa disaksikan rekamannya di http://islamcenter. or.jp/ramadan. Rmvb.” Demikian pula untuk tahun ini. “Tadi malam mereka meliput. Liputan itu tentu saja dalam format video,” ungkapnya. (aza/rif)
Terpopuler
1
Tanggapan Rais Syuriyah PCNU Pemalang atas Bentrok FPI dengan PWI-LS
2
Ini Doa Memasuki Bulan Shafar, Lengkap dengan Transliterasi dan Terjemahnya
3
Mustasyar PBNU Serukan Pentingnya Nahdliyin Jaga Pemahaman Islam Moderat di Masyarakat
4
PBNU Akan Luncurkan Penulisan Sejarah NU Jilid Pertama pada Peringatan Satu Abad Masehi 31 Januari 2026
5
Salah Kaprah Memaknai Uang Haram sebagai Rezeki
6
RMINU Jabar Dorong Pemprov Tindak Lanjuti Evaluasi Hibah Pesantren
Terkini
Lihat Semua