Warta

Iran-Saudi Sepakat Redakan Konflik Sunni-Syiah

Sen, 5 Maret 2007 | 00:31 WIB

Riyadh, NU Online
Dua negara yang menjadi basis terbesar kelompok Sunni dan Syiah, Arab Saudi dan Iran, sepakat untuk memerangi meluasnya perselisihan antar dua kelompok Islam tersebut sebagai dampak dari konflik yang terjadi di Irak. Raja Abdullah telah mengadakan pembicaraan dengan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad yang sedang dalam kunjungan resmi pertamanya ke Arab Saudi pekan lalu.

Sebelumnya kerajaan Muslim Sunni itu meminta bantuan Iran yang Syiah untuk meredakan ketegangan sektarian di Irak yang dikhawatirkan meledak menjadi perang saudara ledakan-penuh.

<>

Pembunuhan oleh regu kematian Sunni dan Syiah di Irak serta krisis politik di Libanon yang membagi partai Sunni dan Syiah telah menimbulkan kekhawatiran akan konflik sektarian di Timur Tengah. Arab Saudi yang Sunni dan Iran yang Syiah termasuk di antara negara yang paling berpengaruh atas cabang Islam mereka masing-masing.

"Kedua belah pihak sepakat untuk menghentikan tiap upaya yang ditujukan untuk memperluas perselisihan sektarian di kawasan ini," kata Menlu Saudi Pangeran Saud al-Faisal kepada wartawan di Riyadh, Ahad (4/3).

Arab Saudi telah memimpin upaya diplomatik dalam beberapa bulan belakangan ini untuk mengimbangi apa yang dianggap sebagai pengaruh Iran yang meningkat di Irak, Libanon dan wilayah Palestina.

Yang menarik, Arab Saudi adalah sekutu penting AS di Timur Tengah, Iran adalah penentang sengit pengaruh Barat di kawasan itu. AS telah mendesak PBB untuk menjatuhkan sanksi lebih keras pada Iran karena penolakannya untuk menangguhkan pengayaan uranium, proses yang dapat membuat bahan bakar untuk bom atom atau pembangkit listrik tenaga nuklir.

Para pengamat menduga, pemerintah-pemerintah Arab yang bersekutu dengan AS juga takut Iran akan memperoleh pengaruh di Libanon, wilayah Palestina dan Irak, tempat Arab Saudi menyalahkan milisi Syiah dukungan-Iran karena pembunuhan sektarian. (nur/ant)