Warta PROSESI MAULID DI NUSANTARA (4)

Keriuhan Nabur Passe Warnai Kegembiraan di Bawean

Sab, 22 Maret 2008 | 12:10 WIB

Jakarta, NU Online
Pulau Bawean terletak di tengah laut Jawa yang sangat trategis sebagai tempat transit perdagangan lintas pulau pada masa lalu sehingga bergaul dengan banyak budaya.

Perayaan Molod Bawean merupakan perwujudan akulturasi budaya Bawean dan hasil sintesa dari berbagai budaya yang datang ke Bawean maupun yang diambil masyarakat Bawean dari daerah lain. Masyarakat disana memiliki tradisi bermigrasi, sehingga terwujud karakter budaya baru yang unik dan menarik yang kini dikenal sebagai budaya Bawean.

<>

Kemeriahan dan keunikan dalam bentuk makanan dan sejumlah barang yang ditata sedemikian rupa dalam sebuah wadah dengan hiasan aneka rupa dan warna bunga rampai sebagai realisasi kecintaan masyarakat Bawean sebagai pemeluk Islam kepada Rasulullah.

Tanggal 12 Rabiul awwal menjadi tanggal peringatan yang dipusatkan di masjid dan musholla yang diawali dengan perayaan di masjid Jamik Sngkapura yang merupakan masjid pusat dakwah Maulana Umar Mas’ud sebagai penyiar agama Islam di Bawean.

Para muda mudi terlibat penuh dalam peringatan ini. Mereka bergotong royong membersihkan, merapikan dan menghiasi masjid dan musholla dengan untaian bunga mayang yang harum baunya sementara ibu-ibu menyiapkan berkat angkatan. Muasik Dikker di pagi hari mengiringi puncak kesibukan dan kemeriahan seluruh warga yang larut dalam perannya masing-masing.

Berkat angkatan yang telah ditata ibu dan gadis dibawa oleh para jejaka menuju masjid dan musholla diiringi kaum bapak yang telah memakai baju terbaik dan harum semerbak serta anak-anak yang siap mengikuti beragam permainan dan perlombaan.

Sesampai di masjid dan mushola, berkat angkatan ditata berkelompok di tempat yang mudah dilihat orang. Setiap orang yang datang menyaksikan dan saling mengomentari hiasan dan isi berkat angkatan milik warga. Pemilik berkat angkatan yang terbesar dan terindah akan diingat dan dikenang oleh seluruh warga sebagai si kaya yang dermawan.

Seperti biasa, ceramah agama menjadi bagian dari prosesi ini. Tak ketinggalan bacaan asrokolan, bazanji, dan sholawat nabi yang diiringi dengan musik rebana Dikker yang besar menggelegar sambil memohon doa agar cahaya hidup kebenaran terus bersinal di alam Bawean.

Beberapa orang kaya nabur passé (menabur uang) ke arah penonton anak-anak dan orang dewasa sebagai bentuk shodakoh si kaya diiringi suara kemerduan dan kesyahduan asrokohal. Keriuhan berebut uang terjadi diantara hadirin sedangkan babak-bapak dan itu-ibu dan para pemuda saling bertukar berkat angkatan. (mkf)