Warta

KH Said Asrori Minta Penulis “Mantan Kiai NU Menggugat” Dipolisikan

Ahad, 24 Februari 2008 | 05:11 WIB

Magelang, NU Online
Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Magelang KH Said Asrori meminta Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur melaporkan H Mahrus Ali, penulis buku “Mantan Kiai NU Menggugat Shalawat dan Dzikir Syirik”, ke pihak kepolisian. Pasalnya, buku yang ditulisnya dengan judul bombastis itu mengandung unsur kebohongan publik.

Selain itu, buku tersebut dinilai melecehkan amal ibadah yang selama ini dijalani warga NU. Apalagi saat ini sudah terbit buku kedua berjudul “Mantan Kiai NU Menggugat Tahlilan, Istighosah dan Ziarah Wali” yang lebih tebal dan lebih luks.<>

Dikatakan Kiai Said Asrori, berdasarkan pengakuan pengurus Ranting NU Sidomukti, Kebomas, Gresik yang menjadi tempat kelahiran penulisnya, H Mahrus bukanlah orang NU. Pengakuan serupa diberikan oleh pengurus MWC NU Waru, Sidoarjo, tempat H Mahrus saat ini tinggal. Keduanya memberikan kesaksian lengkap dengan kop dan stempel jam’iyah.

“Bukan orang NU mengaku sebagai mantan kiai NU, itu kan jelas-jelas kebohongan publik,” kata Kiai Said di Magelang, Ahad (24/2).

Putra KH Asrori Ahmad itu mengaku sudah menyampaikan keluhannya itu pada Ketua PWNU Jawa Timur Dr H Ali Maschan Moesa, MSi secara khusus. Namun sayang, ia belum mendapatkan jawaban yang menggembirakan. Tampaknya Pak Ali belum melihat hal itu sebagai persoalan yang serius dan perlu ditangani dengan segera.

Munculnya ide untuk membawa persoalan itu ke meja hijau, menurut pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thullab Wonosari, Tempuran, Magelang itu karena semata-mata demi kebaikan bersama dan pesoalannya tidak semakin membesar.

“Daripada warga NU yang marah mengamuk sendiri-sendiri,” tuturnya memberikan alasan. Di sisi lain, untuk memberikan pelajaran kepada penulis lain agar tidak melakukan hal yang sama di masa mendatang. “Kalau yang seperti itu dibiarkan, bukan tidak mungkin akan muncul buku yang lebih parah di waktu mendatang,” keluh alumnus Pondok Pesantren Lirboyo Kediri itu.

Ia mengaku bersyukur dengan munculnya buku bantahan yang disusun oleh LBM PCNU Jember. Buku yang diberi judul "Membongkar Kebohongan Buku Mantan Kiai NU Menggugat Shalawat dan Dzikir Syirik" itu sangat membantu dirinya untuk menenangkan warga NU di daerahnya. Dengan adanya buku itu, ia tidak perlu susah-susah lagi menjelaskan satu persatu persoalan yang sedang dihadapi.

Namun, dikatakannya, kebohongan publik dan pelecehan tidak cukup hanya diselesaikan dengan menerbitkan buku bantahan sebagai penyeimbang. “Sebaiknya persoalan itu dibawa ke polisi, agar menjadi pelajaran bagi semuanya. Melecehkan orang itu ada risikonya,” tegas sepupu Gus Mus itu. (sbh)