Warta

Ngaji “Kilatan” Masih Diminati Santri

Sab, 30 September 2006 | 07:35 WIB

Kediri, NU Online
Sudah menjadi tradisi pada setiap bulan Ramadan, biasanya tiap pondok pesantren menggelar pengajian kitab kuning dengan sistem “kilatan” atau baca cepat. Kegiatan ini diperuntukkan bagi semua santri dari berbagai tingkatan yang tidak hanya diikuti oleh santri setempat, tapi juga dari pondok pesantren lain.

Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya di Kediri, Jawa Timur biasanya menjadi tumpuan para santri yang ingin ngaji kilatan atau tabarukan. Begitu juga tahun ini, ribuan santri dari berbagai daerah memilih tetap bertahan di sejumlah pondok pesantren untuk mendapatkan berkah (tabarukan) di bulan suci Ramadan dengan mengikuti program pengajian kitab kuning.

<>

Salah satu pondok pesantren yang biasa mengadakan program semacam ini adalah Ponpes Al Falah, Ploso, Mojo, Kediri, menurut pengurus Ponpes Al Falah, Ali Muhsin, Jumat (29/9) menyebutkan, sekitar 2.000 santri dari berbagai daerah mengikuti pengajian kitab kuning selama bulan Ramadan.

“Terhitung dari jumlah itu, sekitar 700 santri berasal dari ponpes lain di Pulau Jawa, sedang sisanya santri Ploso (Al Falah) sendiri yang memilih tidak pulang kampung, meski sebenarnya kegiatan belajar dan mengajar di bulan Ramadan ini diliburkan,” ungkapnya.

Sebagai contoh, pada Ramadan tahun ini, Ponpes Al Falah menjadwalkan satu kitab besar, yakni Tafsir Hadits Imam Muslim untuk ditamatkan dalam program pengajian kilat hingga hari ke-23 puasa Ramadan. Selain itu, masih ada sekitar 54 kitab lain yang dijadwalkan tamat dalam pertengahan bulan Ramadan, karena tingkat ketebalannya relatif lebih sedikit dibandingkan dengan Tafsir Hadits Imam Muslim.

Pengajian yang sama juga diselengarakan di Ponpes Lirboyo, Kota Kediri, terdapat sedikitnya 2.500 santri mengikuti tabarukan kitab kuning selama bulan Ramadan ini. Pengurus Ponpes Lirboyo, M Maftuh menyebutkan, dari jumlah tersebut 500 orang di antaranya adalah santri dari ponpes lain dan masyarakat umum.

“Pada Ramadan tahun ini kami mengadakan pengajian kitab besar ilmu tata Bahasa Arab karya Ibnu `Aqil yang dijadwalkan tamat pada hari ke-21 puasa,” tuturnya menjelaskan. Selain itu, tambah Maftuh, masih terdapat sekitar 50 kitab lain yang diajarkan dalam program pengajian kilat bulan Ramadan mulai pagi hingga malam hari.

Program pengajian kilat yang diselenggarakan beberapa pesantren pada bulan Ramadan ini, merupakan program ekstra-kurikuler dan bukan sebagai suatu kewajiban bagi para santri, karena tahun pelajaran yang diterapkan di lingkungan ponpes biasanya diawali pada bulan Syawal dan berakhir pada bulan Rajab. (gpa/sam)