Wawancara

Penjelasan tentang Islam Moderat dan Islam Kaffah

Sel, 15 Oktober 2019 | 23:00 WIB

Penjelasan tentang Islam Moderat dan Islam Kaffah

Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, KH Nasaruddin Umar. (Foto: nasaruddinumar.org)

Dinamika keagamaan di Indonesia terus mengalami ujian, perbedaan pendapat terkait dengan wawasan keislaman dan kebangsaan kembali mencuat. Padahal, konsep Islam yang dijalankan masyarakat Indonesia sudah terjadi sejak Abad ke-7 masehi. Puncaknya pada abad ke-14 di mana Wali Songo menjadi tokoh utama di balik berkembangnya Islam di Pulau Jawa. 

Sejak Islam masuk ke Indonesia ratusan tahun silam, tidak ada perdebatan berkepanjangan disebabkan oleh cara beragama masyarakat. Meski terjadi selisih paham terkait keislaman di Indonesia namun dalam catatan sejarah tidak pernah menjadikan itu sebagai isu utama yang muncul ke publik. 

Tahun 1949 misalnya tokoh Negara Islam Indonesia (NII) Sekarmadji Maridjan Kartoseowirjo melakukan perlawanan kepada pemerintah dengan harapan Indonesia menjadi negara Islam. Perselisihan disebabkan oleh pemahaman agama tersebut tidak sampai mewariskan duka yang mendalam, karena tidak terjadi peperangan yang dinilai menjadi pemicu utama hancurnya sebuah negara. 

Namun, tiga tahun terakhir ada kelompok masyarakat di Indonesia yang kembali mempertentangkan relasi antara agama dan negara. Menurut kelompok itu, demokrasi produk orang kafir tidak boleh dijadikan sistem berbangsa dan bernegara di Indonesia. Termasuk Pancasila yang dibuat oleh manusia, tidak berhak atas status sebagai ideologi negara. 

Kelompok itu terus membuat resah di masyarakat, bahkan membuat propaganda-propaganda yang menjurus pada perpecahan. Kerukunan umat beragama di Indonesia-pun semakin retak terutama di tiga daerah yakni Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur. Ketiganya menjadi daerah tertinggi melakukan pelanggaran Kemerdekaan Beragama/Berkeyakinan (KKB) tahun 2018. Data Wahid Foundation tersebut menyebut KKB di DKI terjadi 32 peristiwa, di Jawa Barat 26 peristiwa dan Jawa Timur 17 peristiwa. 

Puncaknya, pergantian sistem pemerintahan dari demokrasi menjadi khilafah mereka gelorakan. Padahal dalam Islam sistem pemerintahan tersebut banyak model. Tidak saklek pada satu jenis, keinginan menjadi negara Islam seperti khilafah ini yang disebut oleh sebagian tokoh sebagai jalan dakwah Islam garis keras. 

Islam wasathiyah atau Islam moderat pun kembali digelorakan sebagai langkah mempersatukan pemahaman agama masyarakat. Bahwa Islam bukanlah agama yang mengusung arus keras, bukanlah agama yang cepat-cepat mengkafirkan, membid’ahkan. Sebaliknya, Islam moderat sebagai Islam yang rahmatan lil ‘alamin selaras dengan ajaran Islam yang diwariskan Nabi Muhammad SAW. 

Untuk menggali terkait Islam moderat dan masalah-masalah keagamaan di Indonesia tersebut wartawan NU Online Abdul Rahman Ahdori pada Ahad (13/10) mengunjungi kediaman Imam Besar Masjid Istiqlal yang juga Mufassir Indonesia, KH Nasarudin Umar di Jakarta Selatan. Berikut petikan wawancaranya:

Untuk kembali memperkuat pemahaman agama kaitannya dengan keadaan kebangsaaan dan dinamika keagamaan di Indonesia, pemerintah dan masyarakat utamanya Nahdlatul Ulama (NU) terus menggelorakan Islam Moderat atau Islam wasathiyah. Bisa dijelaskan tentang Islam moderat, Prof?

Istilah Islam moderat, dalam Bahasa Arab itu ada tsulatsi ada ruba’i ada khumasi, jadi kalau salima yaslamu itu tsulasi membentuk nanti masdarnya salaamun, kalau aslama itu ruba’i, aslama-yuslimu-islamun. Ada lagi khumasi istaslama-yastaslimu-istislaamunNah, yang dikatakan dalam Al-Qur’an itu Innaddiina Indallah al-Islam, agama yang diakui dalam Qur’an itu Al-Islam bukan Assalam bukan juga Al-Istislam, jadi ruba'i sudah istilah tawasuthiyah, moderat nah, kalau kita katakan Islam tawasuthiyah itu sebenarnya redondeds, mubazir kata-kata tapi bisa juga disebut Islam wasathiyah kalau itu berfungsi sebagai muqoyad dari pada aslama menjadi Islam tadi, jadi poin yang ingin saya sampaikan tadi bahwa Islam itu agama yang sangat moderat sesuai dengan namanya sendiri

Jadi kalau ada orang yang mengatasnamakan agama lalu melakukan kekerasan, at-tasadud maka itu sesungguhnya tidak bisa disebut dengan perjuangan Islam atau juga melongar-longgarkan assalam yang penting nationnya bagus tapi tidak ada hablu minallah-nya itu juga tidak tepat, karena Innaddina indaallahi-l-Islam bukan as-salam atau istislam, as-salam itu standarnya yang penting baik kepada orang, nilai tanpai norma kalau as-salam. Tapi kalau al-Islam nilainya ada, normanya ada, tapi kalau al-istislam, khumasi itu perfect, tidak boleh ada cacat sedikit pun.

Nah Allah Maha Tahu kalau manusia itu memiliki kelemahan makanya tidak dikatakan innaddina indaallah al-istislam tapi Innaddina indallah al-islam, nah kaitan dengan masyarakat kita akhir-akhir ini sering kali dikagetkan dengan kekerasan-kekerasan yang terjadi dalam agama. 

Terkait cara pandang tekstual dalam memahami Al-Qur’an dan Hadits, termasuk memaknai jihad dan sistem pemerintahan, bagaimana menurut Profesor?

Saya kira itu satu bukti kedangkalan agama kita di kalangan masyarakat kita sendiri, berarti ada sesuatu yang perlu kita benahi di dalam proses pembelajaran islam selama ini, nah ada yang harus kita lakukan kalau menurut pendapat saya. 

Pertama, kita perlu meninjau kurikulum, kurikulum kita selama ini kita tidak bisa menganggap bahwa kurikulum kita itu semuanya oke. Jujur kita harus menyisir bahwa kurikulum kita  masih ada yang membuka peluang untuk melakukan kekerasan, terutama dalam menafsirkan beberapa ayat dan hadits.

Kitab-kitab fiqih kita-pun tidak luput dari persoalan-persoalan tertentu yang perlu kita revisi sebetulnya, contohnya kita tentang fiqhus siyasah, fiqih siyasah dalam kitab-kitab kuning kita itu masih membagi polanya, ada namanya darus silmi atau darus salam, negara  Islam negara dengan mayoritas Islam menggunakan hukum Qur’an di situ disebut darus silmi. Adalagi darul harb, kebalikannya, negara yang bukan mayoritas islam bahkan negara yang memusuhi Islam, nah harus kita lakukan dengan fiqih tertentu, namanya saja darul harb, negara musuh iya kan? Islam itu dianjurkan untuk melakukan tindakan tegas, darul harb. Itu yang perlu kita benahi. 

Kemudian, ada juga yang sebetulnya bukan negara muslim tapi menjalin kerjasama dengan kita yang disebut dengan Darul Ahdi, negara yang didukung oleh sebuah perjanjian, contohnya banyak lah. Nah yang ingin saya sampaikan bahwa pembagian negara seperti ini berlangsung pada masa dahulu kala saat terjadi perang salib, ketika, saat itu sedang terjadi penjajahan terhadap negara-negara Islam ya, mungkin cocok diterapkan. Tapi kan sekarang sudah tidak negara islam lagi yang terjajah, sekarang yang kita tuntut ini bagaimana menciptakan suatu kondisi yang stabil satu sama lain, karena kan sudah tidak ada lagi penjajahan di muka bumi ini, secara resmi bahwa jangan dikaitkan lagi dengan penjajahan ekonomi.

Jadi poin yang ingin saya sampaikan sekali lagi bahwa stigma atau cara pandang yang menganggap ada musuh di sekitar kita itu saya rasa harus dirubah menjadi bahwa disekitar kita itu adanya kawan kalau ada yang berbeda pendapat bagaimana menyambungkan perbedaan pendapat itu supaya tidak muncul menjadi sebuah konflik. Nah itu yang kita harapkan.

Kalau misalkan dalam Islam ada pembagian jenis negara seperti dijelaskan (di atas) tadi, negara mana yang disebut darul harb?

Siapa yang disebut darul harb, misalnya Amerika, Amerika itu kan sekarang agama yang paling cepat berkembang di Amerika kata Hilary Clinton adalah Islam, Islam is the fastest growing in the world including in America, Agama Islam adalah yang paling cepat berkembang di dunia temasuk di amerika kata Menlu Amerika waktu itu calon presiden Amerika, Hillary Clinton. 

Kalau menganggap Amerika sebagai musuh umat islam di Amerika banyak sekali muslim di Amerika sudah hampir 40.000-an, apakah kita akan memusuhi mereka sebagai Darul Harb?, saya kira sekarang ini, hampir-hampir kita tidak bisa menemukan darul Harb seperti dulu. 

Jadi Pola relasi antar satu negara dengan negara yang lain, jangan lagi kita pakai negara-negara harb, darusalam, atau darusilmi tapi bagaimana kita mengedepankan persahabatan satu negara dengan negara yang lain karena tidak ada lagi di kolong bumi ini yang melarang umat islam untuk melakukan peribadatannya.

Ada sih satu dua orang, satu dua negara tapi itu kan pada aslinya dipicu oleh konflik-konflik non agama sebetulnya tapi merembet ke konflik-konflik masalah agama seperti di Myanmar, di China, umat Islam di Uighur itu juga kan terkoombinasi antara gagasan keinginan komunitas penduduk untuk mandiri sebutlah bahasa politik merdeka, tentu China tidak ingin ada sejengkal tanahnya yang meninggalkan China daratannya sama juga kita tidak ingin kehilangan dari negeri kita sendiri. 

Jadi wajar kalau misalkan ada orang memberikan penekanan-penekanan terhadap kelompok yang separatis tapi kita kadang-kadang mencampur urusan separatisme dan agama kalau seandainya komunitas Uighur itu tidak dicurigai sebagai sebuah komunitas yang akan menuntut kemerdekaan, dia beragama secara apa adanya seperti halnya kita di Indonesia ada agama Kristen, ada Agama Budha melakukan ajara agama dan tidak berharap untuk minta suatu negara minta suatu pulau untuk menjadi negara khusus untuk mereka tidak ada masalah.

Jadi persoalannya kadang-kadang kita melihat satu sisi saja bahwa ini ada penindasan China terhadap umat Islam di Xinjiang, menurut kita mungkin ia tapi menurut China perspektifnya lain, kami tidak menindas agama, kami  tidak menindas orang-orang yang melakukan separatisme, jadi cara pandang seperti ini kan haknya orang, kita kan tidak boleh melarang berpendapat seperti itu tapi tentu kita mengimbau bahwa  jangan mendzolimi orang-orang islam di China karena itu kan bertentangan dengan HAM. 

Jadi  poin saya tidak boleh melakukan kekerasan atas nama apapun atas nama separatisme kah? atas nama Agama kah, atas nama apapun jangan menggunakan cara-cara kekerasan karena kekerasan tidak akan menyelesaikan persoalan secara tuntas mungkin persoalan selesai tapi persoalan baru akan muncul, itu saya kira point yang saya sampaikan. 

Kelompok masyarakat yang menginginkan Khilafah di Indonesia kerap menyebut bahwa Islam moderat itu tidak kaffah, karena setengah-setengah. Bagaimana sesungguhnya penjabaran Islam Kaffah?

Apa yang dimaksud dengan Islam kaffah dan apa yang dimaksud Islam moderat sebetulnya, saya kok menganggap Islam kaffah itu contohnya siapa yang bisa disebut orang yang beragama Islam Kaffah itu apakah Saudi Arabia, apakah Mesir?

Tunjukan satu contoh agama Islam kaffah, kalau Indonesia disebut negara moderat lantas dianalogikan bahwa itu negaranya beragama tidak Kaffah nah saya masih ragu, ya pimpinan-pimpinan pondok pesantren santri-santri kita itu terutama yang di bawah Nahdlatul Ulama sangat-sangat Islam, bagaimana tidak mengatakan Islam, tahajjudnya, iya kan, kemudian puasa Senin-Kamisnya, pengabdian sosialnya, loyalitas terhadap negaranya, nah apa yang kurang terhadap negara ini? Apakah kita menganggap bahwa mereka itu muslim-musliminnya tidak kaffah nah jangan-jangan kita yang menuding dia tidak Islam kaffah kalah Islamnya dibanding mereka 

Nah jadi kalau menurut hemat saya tidak bijaksana kalau menggunakan merek tertentu yang cenderung negatif kepada orang lain yang hanya karena perbedaan pendapat atau keinginan mereka karena kita tidak sama pendapatnya dengan NU jangan menuding NU itu bahwa Islamnya itu abangan Islamnya itu tidak kaffah Islamnya itu tidak maksimalis ya minimalis banget gitu hanya karena kita berbeda pendapat dengan NU. 

Tapi coba masuk coba menyelami NU di dalam Pondok Pesantren itulah NU jangan menggambar lautan hanya berdiri di pantai lantas menyimpulkan bahwa laut ini seperti ini tapi ya masuklah kedalam laut jangan hanya berdiri di pantai kalau ingin merasakan kalau ingin menggambarkan laut itu seperti apa mana yang bisa menuntaskan definisi berdiri di pantai mendefinisikan laut atau terjun ke dasar laut melihat perkembangan di laut merasakan asinya laut nah itulah yang valid menurut saya 

Jadi jangan mengukur NU jangan mengukur kelas moderat itu hanya seperti orang berdiri di pantai jangan sampai itu kesalahan intelektualnya kan jangan sampai kesadaran religiusnya seperti itu ya jadi kita tidak bisa dengan gampang orang itu tidak kaffah, yang termasuk Islam kaffah apakah harus marah-marah apakah yang harus ngusir-ngusir orang apakah yang harus mensyirikan membidahkan malah justru Islam kaffah itu menurut pendapat saya malah seperti islam yang dibawa oleh nabi seperti yang dibawa oleh para wali songo tidak pernah punya musuh Islam itu diterima sebagai seuatu yang positif dalam lingkungan mereka.
 
Wali Songo dibentangkan Karpet merah oleh kerajaan-kerajaan lokal, kenapa? Karena tidak pernah dianggap wali songo itu akan menyaingi kerajaan tidak pernah dipandang sebagai suatu nanti akan merampas kedudukan para sultan atau para raja nah akan berobah sampai nanti Islam akan tampil lebih eksklusif akan menyerang posisi kedudukan pemerintahan dan negara, maka pasti akan berhadapan pasti mereka berhadapan dengan islam dan Negara pada satu sisi. 

Jadi sekali  lagi ya umat Islam jangan dapat terpancing pada saat menuding orang itu Islamnya tidak kaffah lantaran perbedaan pendapat. Apa yang dimaksud kaffah? Kaffah itu artinya holistik, Islam kaffah artinya Islam yang diamalkan secara komprehensif dalam bermasyarakat dan bernegara. 

Nah bagi saya definisi Islam kaffah itu ya seperti masyarakat NU memberi rangkulan kepada orang lain untuk hidup dibawah bayang-bayang NKRI ini kan, bukan islam kaffah kalau kita akan memonpoli negara Indonesia ini umat islam kita mentang-mentang mayoritas maka minoritas ini tidak boleh layak diatas negara mayoritas muslim, itu bukan Islam Kaffah. Islam kaffah itu walaupun kita mayoritas kita memberikan hak untuk eksis di negeri mayorits ini itu islam yang saya anggap paling ideal tanpa menggunakan istilah Islam kaffah. 

Dan ini dilakukan Nabi, coba berapa lama nabi berkuasa di Madinah tidak pernah hapus yang namanya agama Yahudi di situ, tidak pernah hapus agama Kristen disana bahkan aliran kepercayaan pun ada semua di Madinah itu kenapa nabi tidak pernah menghapuskan bahkan sebaliknya nabi pernah membantu pembangunan gereja yang tidak pernah selesain bantu itu dari uang hibah tapi jangan dari uang wakaf uang zakat.
 
Nabi dalam ceritanya juga ada non-muslim, Salman Al-Farisi itu masuk islam last minutes kan, tapi sekian lama bergabung dengan nabi menjadi arsitektur perang nabi non muslim  itu hadisnya sangat kuat jadi jangan sampai nanti kita terjebak islam kaffah ialah islam yang konsisten mempertahankan keutuhan ajaran islam tidak peduli yang lain mau hidup ke mau mati ke mau terusik itu urusan Anda. 

Allah menegaskan dalam Al-Qur’an, Allah memuliakan anak cucu Adam apapun agamanyan orang itu apapun etniknya apapun warga negaranya wajib hukumnya kita memuliakan anak cucu adam nah itu ya.

Saya agak kesal juga saya ini umat Islam di Indonesia kita sudah dikenal sebagai negara yang sangat menjunjung tinggi toleransi tapi akhir-akhir ini terusik coba kita lihat apa yang terjadi di TV soal Pak Wiranto, apa yang terjadi? Pengeboman beberapa tempat terjadi beberapa bulan yang lalu, itu satu bukti bahwa masih ada kekerasan dalam memahami agama masih ada kekerasan atas nama agama, cuma sikap kita bagaimana menghadapi mereka meskikah kita melakukan kekerasan untuk menumpas kekerasan? Itu juga tidak benar. 

saya juga tidak setuju misalnya  oleh densus 88 main tembak aja ya tanpa melakukan pendalaman penelitian jadi saya kira densus juga tidak sama dulu mungkin sekarang kan zaman sudah canggih ya karena intelejen sangat lengkap ada BNPT yang sangat profesional jadi tidak lagi polisi tidak akan bersifat gegabah jadi polisi salah juga kalau mengatakan polisi itu tendensius memusuhi umat islam belum tentu kalau pun ada itu oknum tapi saya tau persis Polisi dan BNPT itu tidak mungkin lah umat Islam juga kok disitu tidak ada yang patut dimusuhi polisi BNPT jangan jangan lebih taat beragama daripada kita sendiri yang penting jangan memandang enteng bahwa seolah-olah berhadapan dengan kelompok garis keras itu adalah nonmuslim enggak anak-anak kita juga, beragama Islam juga  saya kira itu. 

Bagaimana implementasi moderasi beragama di Indonesia? Apakah memang kegiatan keagamaan yang kita lakukan kita hari ini termasuk Islam moderat?

Sebagai orang NU tentu saya akan mengataan contoh penggambar islam washatiyah itu ya NU, apa yang dilakukan oleh para Kiai kita kan, apa yang dilakukan Gus Dur, apa yang dilakukan oleh Masyaikh kita apa yang dilakukan pimpinan Pondok Pesantren kita subhanallah mau agama apapun juga diterima dikasih makan sama sama mencium tangan kiai sama dengan santri yang lain, kalau diundang kelompok mereka kiainya datang jadi saya kira Islam wasathiyah itu seperti yang diamanatkan oleh NU.
 
Atas berbagai dinamika yang telah terjadi, apa harapan dan pesan Profesor untuk masyarakat Indonesia terutama kalangan generasi muda?

Saya mengimbau sebagai ungkapan terakhir saya pada kesempatan kali ini mulai hari ini kita mawas diri keadaan berubah sekarang sudah banyak media banyak HP dimana-mana ada teknologi canggih tentu kita harus bicara seperlunya dan jangan sampai terlalu melampaui batas walaupun diklarifksi belakangan tapi sudah terlanjur haknya orang untuk mengutip separo tidak mengutip separo. 

Kedua juga saya mengimbau kepada insan media mari kita arif dalam mengelola media ini janganlah menciptakan satu kondisi hanya karena mengejar target mengejar rating sampai mengejar news kita berani motong seorang tokoh sehingga muncullah kontroversi  terlalu picik kita mencari rizki kalau menjual sesuatu yang tidak jujur terhadap masyarakat

Terkakhir saya mengimbau kepada generasi muda NU yah mari ktia mencontoh kepala orang tua kita para ulama kita begitu arifnya dan begitu sntunya jangan membiasakan diri kita ngomong kasar entah itu ngomong melalui media atau ngomong melalui langsung ya sound system saya kira tidak ada gunanya kita mencela satu sama lain. Mari kita lebih baik mencari titik temu dari pada mencari titik perbedaan. Mari kita menjadikan agama ini sebagai faktor sense tegral bukan sebagai sense tunggal yang mengedapnkan pemecah belah satu sama lain, saya kira itu. (*)