Jakarta, NU Online
Menteri Agama (Menag) Maftuh Basuni mengharapkan masyarakat bisa memahami adanya perbedaan penetapan 1 Syawal 1427 Hijriah atau Hari Raya Idul Fitri. Menurutnya, perbedaan tersebut jangan sampai menimbulkan perpecahan di antara umat.
“Kita harus pahami bahwa ada masyarakat yang punya keyakinan berbeda, seperti Muhammadiyah. Tapi, mudah-mudahan kita bisa berjiwa besar dan menahan diri. Semoga perbedaan tersebut tidak membuat perpecahan,“ kata Maftuh usai sidang itsbat di Departemen Agama, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Ahad (22/10) kemarin.
<>Pada sidang yang dihadiri para duta besar negara sahabat dan ulama/pemimpin ormas-ormas Islam itu, pemerintah, dalam hal ini Menag telah memutuskan 1 Syawal 1427 H jatuh pada hari Selasa, 24 Oktober 2006.
Keputusan itu diambil setelah hasil rukyat (melihat hilal/bulan) dari Badan Hisab dan Rukyat (BHR) Depag menyatakan tidak berhasil melihat hilal sehingga usia bulan Ramadan di-istikmal-kan (disempurnakan) menjadi 30 hari. Sementara, Muhammadiyah tetap berkeyakinan bahwa 1 Syawal 1427 H jatuh pada hari ini, Senin, 23 Oktober 2006.
Sebelumnya, dalam penyampaian pandangan, Jamaluddin dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menyatakan, Muhammadiyah, Persatuan Islam (Persis) dan Nahdlatul Ulama (NU) dalam menentukan almanak 1 Syawal selalu berbeda. Untuk mempersatukan pendapat yang berbeda itu, ia mengusulkan agar semua ormas Islam menyatukan pendapat dalam penentuan kriteria 1 Syawal.
“Karena tahun 2007, perbedaan ini akan terjadi lagi, kalau kriterianya tetap seperti sekarang. Oleh karena itu, Menteri Agama harus memfasilitasi pertemuan tersebut,” pinta Jamaluddin.
Menanggapi usulan tersebut, Maftuh menyatakan dukungannya dan menyetujui serta bersedia memfasilitasi. “Cuma harus tolong diingatkan agar saya tidak lupa. Tahun lalu saya sudah janji. Semoga tidak janji palsu,” katanya. (rif)