Daerah

GP Ansor Pamekasan Sikapi Perayaan Valentine Day

Sab, 15 Februari 2020 | 00:00 WIB

GP Ansor Pamekasan Sikapi Perayaan Valentine Day

Ketua GP Ansor Pamekasan, Syafiuddin. (Foto: NU Online/Sulaiman)

Pamekasan, NU Online

Anak muda yang seringkali merayakan Valentine Day harus melakukan intropeksi diri. Merayakan momen yang jatuh pada tanggal 14 Februari harus diganti dengan sesuatu yang bernuansa islami atau sesuai dengan ajaran Islam.

 

Demikian dijelaskan Ketua Pimpinan Cabang (PC) Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Pamekasan, Syafiuddin saat ditemui NU Online di Kantor GP Ansor Pamekasan, Kamis (14/2).

 

"Jangan larang mereka merayakan hari Valentine, tapi arahkan saja biar dirayakan dengan sesuatu yang bermanfaat dan bernuansa islami, seperti bedah buku dan santunan anak yatim. Terkadang jika dilarang atau ditolak, malah makin marak dilakukan," kata Syafiuddin.

 

Seperti yang dilakukan para wali terdahulu, berdakwah tanpa menghilangkan tradisi. Itu sebagai cara untuk dakwahnya bisa diterima meskipun terkadang ditanggapi negatif oleh pihak-pihak tertentu.

 

"Biarkan bungkusnya Valentine Day, tapi isinya hal-hal yang tidak dilarang agama. Seperti dakwah yang dilakukan Sunan Bonang dulu," jelas Wakil Pimpinan DPRD Kabupaten Pamekasan tersebut.

 

Namun, menurut Syafiuddin, di tanggal 14 Februari bagi pemuda NU ada peringatan yang lebih spesial untuk dirayakan. Yaitu, merayakan hari lahir Pendiri Jam'iyah Nahdlatul Ulama (NU), Kiai Hasyim Asy'ari.

 

"Tapi bagi pemuda NU, biasanya tidak mengenal Valentine Day, yang mereka tahu di tanggal 14 Februari adalah hanya hari kelahiran Mbah Hasyim Asy'ari, Pendiri Nahdlatul Ulama," tambahnya.

 

Pihaknya berharap, warga nahdliyin bisa meniru kegigihan kakek dari Gus Dur itu dalam menyebarkan agama Islam dan semangat juang memerdekakan Indonesia.

 

"Beliau sosok yang sangat gigih menyebar Islam rahmatan lil ‘alamin dan berjuang melawan penjajah demi kemerdekaan bangsa Indonesia," papar mantan aktivis PMII Kabupaten Pamekasan itu.

 

Sifat toleransi yang dimilikinya, perlu diteladani. Ulama yang lahir pada tahun 1871 itu adalah sosok yang tidak gampang menyalahkan orang lain.

 

"Kiai Hasyim Asya'ari, sosok yang tidak mudah menyalahkan orang lain. Selalu mendahulukan tabayyun dalam menilai atau menyelesaikan persoalan," tukas Syafiudin.

 

Kontributor: Sulaiman

Editor: Aryudi AR