Daerah

Menilik Keseriusan MA Nuris Jember Cetak Penghafal Nadzam Alfiyah

Kam, 27 Oktober 2022 | 09:30 WIB

Menilik Keseriusan MA Nuris Jember Cetak Penghafal Nadzam Alfiyah

Sejumlah upaya serius dilakukan MA Nurul Islam Jember, Jatim dalam melahirkan penghafal nadzam Alfiyah. (Foto: NUO/Aryudi AR)

Jember, NU Online
Madrasah Aliyah (MA) Unggulan Nuris Antirogo, Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember, Jawa Timur, layak dibanggakan. Madrasah yang satu ini menjadi lembaga pencetak kader Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) yang mumpuni melalui pendalaman kitab kuning.


Siswa-siswi MA Unggulan Nuris, tidak sekadar dibimbing untuk bisa membaca kitab kuning, tapi juga menghafal sejumlah kitab penunjang seperti Alfiyah Ibnu Malik dan Imrithi. Setiap tahun rata-rata ada 10 siswa penghafal kitab Alfiyah yang berisi nadzaman 1.002 bait itu. Namun yang spektakuler, pertengahan tahun ini terdapat 24 siswa-siswi sukses menghafal 1.002 bait Alfiyah dalam waktu kurang dari setahun pelajaran.


“Menariknya, 24 siswa itu adalah kelas X semua di MA Unggulan Nuris Program Keagamaan 1,” ujar Kepala Biro Pendidikan Diniyah Pondok Pesantren Nuris Jember, Birril Musthofa, Kamis (27/10/2022).


Yang dinyatakan hafal 1.002 bait kitab Alfiyah, dipastikan hafal di luar kepala. Sebab ujian hafalannya cukup ketat dan berlapis. Dan di akhir tahun mereka yang sudah hafal itu diwisuda bersama dengan santri yang hafal kitab lain dan Al-Qur’an.


“Wisuda sebagai penghargaan kepada mereka agar tetap semangat menekuni kitab kuning,” terang Ustadz Birril, sapaan akrabnya.


Menurutnya, murid yang sudah hafal kitab Alfiyah, tetap dibina agar hafalannya tidak luntur. Setidaknya, ada 3 program untuk itu. Pertama  asrama kitab. Semua murid calon penghafal Alfiyah maupun yang sudah hafal diasramakan jadi satu, dengan dikawal pendamping khusus yang kompeten di bidangnya. 


“Jadi, setelah pembelajaran pokok baik di lembaga formal maupun diniyah, mereka diharuskan ikut kegiatan ini,” ungkapnya.


Kedua, murajaah. Mereka yang tengah menghafal Alfiyah maupun yang sudah hafal, diberi waktu dua kali tatap muka dalam seminggu untuk ‘menyetor’ hafalannya kepada pembimbing.


“Ketiga hifdzun nadzam. Yaitu lomba membaca dan menghafal kitab yang digelar 4 kali dalam setahun. Ini berlaku untuk semua kitab yang dipelajari, di antaranya adalah Alfiyah dan Imrithi,” ungkap dia.


Ustdaz Birril mengungkapkan semua santri di Pondok Pesantren Nuris Jember, wajib paham dan hafal kitab Tarbiyatus Shibyan dan Aqidatul Awam. Dua kitab ini adalah kitab dasar yang mesti dipahami oleh pelajar.


“Ini untuk semua santri murid SMP dan SMA. Karena mereka memang fokus ke pelajaran umum sehingga hanya dua kitab yang wajib dihafal,” ucapnya.


Sedangkan untuk murid tsanawiyah diwajibkan menghafal kitab Imfrithi, dan murid MA wajib hafal kitab Alfiyah. Kewajiban hafal itu  akan ditagih di akhir tahapan pendidikan  saat mau lulus.


“Untuk tahun ini, hafal kitab itu menjadi syarat kelulusan,” kata Ustadz Birril.


Dengan sistem pendidikan seperti itu, tidak heran jika MA Unggulan Nuris setiap tahun melahirkan penghafal-penghafal 1.002 bait kitab Alfiyah. Hal ini tentu tak lepas dari dari program pendampingan yang tersistematis sebagai upaya mewujudkan visinya mencetak generasi ulama Aswaja  yang alim.


“Visi kami di sini adalah mencetak pejuang Aswaja yang paham kitab kuning dan mampu mengamalkannya. Lebih-lebih saat ini banyak aliran yang menyimpang dari sunnah Rasulullah. Di pendidikan formal, kami juga memasukkan pelajaran retorika Aswaja sebagai nilai lebih,” timpal Kepala MA Unggulan Nuris, Ning Balqis Al-Humairo. 

 

Kontributor: Aryudi A Razaq
Editor: Syaifullah Ibnu Nawawi