Daerah

Sambil Napak Tilas, NU Garut Gelar Halal Bihalal di Maqbarah Leluhur

Ahad, 14 Mei 2023 | 09:00 WIB

Sambil Napak Tilas, NU Garut Gelar Halal Bihalal di Maqbarah Leluhur

Rais PCNU Kabupaten Garut KH Rd Amin Muhyiddin Maolani saat memberikan sambutan dalam kegiatan halal bihalal di area maqbarah Mbah Khotib Cipancar, Kecamatan BL Limbangan, Garut, Jawa Barat, Sabtu (13/5/2023). (Foto: Tangkapan layar Youtube NU Garut Online)

Garut, NU Online
Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Garut menggelar kegiatan Halal Bihalal di area maqbarah salah satu tokoh penyebar agama Islam, ulama sufi ahli tafsir, ahli qiraat dan leluhur masyarakat Garut, Mbah Khotib Kecamatan BL Limbangan, Garut, Jawa Barat, Sabtu (13/5/2023).


Ketua PCNU Garut KH Atjeng Abdul Wahid menjelaskan, di antara alasan dipilihnya lokasi tersebut sebagai tempat Halal Bihalal adalah dalam rangka napak tilas sekaligus ngalap berkah. Hal ini sesuai arahan Rais Syuriah PCNU Garut, KH Rd Amin Muhyiddin Maolani.


“Sangat mengharapkan barokah dari pendahulu bagi warga, keturunan, muslimin Limbangan dan Kabupaten Garut,” jelasnya dalam tayangan YouTube NU Garut Online, Sabtu (13/4/2023).


Pengasuh Pesantren Salaman Fauzan III itu meyakini, berkah itu akan turun karena dalam kegiatan Halal Bihalal tersebut digelar sejumlah kegiatan, yaitu silaturahim, ziarah, dan mauidhah hasanah.


“Pulang dari sini Insyaallah akan menambah pegangan, yaitu pegangan Ahlussunah Wal Jamaah, itu pegangan sampai mati,” ujarnya.


Dalam kesempatan tersebut, Kiai Aceng mengingatkan bahwa Pemilu 2024 sudah di depan mata. Untuk itu, ia mengajak kepada masyarakat untuk selalu menjaga dan merawat persatuan dan kesatuan bangsa.


Sementara itu, Rais Syuriah PCNU Kabupaten Garut menjelaskan bahwa Mbah Khotib alias Mbah Ketib alias Syekh Abdul Qohhar bin Syekh Abdul Jabbar adalah kakek dari Syekh Ja’far Sidiq atau Sunan Haruman Cibiuk. Sunan Haruman dikenal sebagai salah seorang waliyullah di Garut yang makamnya banyak dikunjungi para peziarah dari berbagai daerah.


“Di antara putranya Mbah Khotib yang perempuan adalah Nyimas Syu’batul Alam. Ia dinikahi oleh Kiai Mas’ud atau Raden Dipa Kusumah, punya anak antara lain Syekh Ja’far Sidiq,” jelasnya.


Mengharap berkah
Pengasuh Pesantren As-Sa’adah Limbangan ini juga menegaskan bahwa PCNU Garut memilih maqbarah Mbah Khotib sebagai lokasi Halal Bihalal dalam rangka tabarruk atau mengharapkan berkah. Menurutnya, para ulama shalihin memiliki atsar, di antaranya adalah barokah itu sendiri.


“Kalau di NU kan ada tabarruk, ngalap berkah. Ingin kita diberkahi,” sambungnya.


Ia juga menjelaskan bahwa Kabupaten Garut cukup luas yang terbagi menjadi 42 kecamatan. Ribuan jamaah yang hadir dalam kegiatan ini merupakan perwakilan warga NU yang ada di wilayah Garut utara.


“Kita punya 42 MWCNU, yang hadir ini adalah sampel dari beberapa perwakilan MWCNU Garut di zona utara,” terangnya.


Lebih lanjut Kiai Amin menjelaskan, mayoritas ulama di Garut, khususnya wilayah Limbangan dan sekitarnya masih punya ikatan darah satu sama lain.


Kiai Amin mengutip sebuah bait dalam kitab Alfiyah: waulqatun hasilatun bitabi, kaulqotin binafsil ismil waqi'i. Bait tersebut ia tafsirkan bahwa para keturunan akan mendapatkan kesinambungan dengan para leluhurnya.


Sementara itu, KH Imadudin Utsman yang hadir dan mengisi mauidhah hasanah mengajak kepada seluruh masyarakat untuk selalu menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Menurutnya, di antara syarat terbentuknya persatuan dan kesatuan bangsa di Indonesia adalah adanya kesetaraan antar suku bangsa.


Satu suku bangsa, kata dia, tidak boleh merasa lebih tinggi derajatnya dari suku lain. Sebaliknya, satu suku bangsa juga tidak boleh merasa diri lebih rendah dari suku lainnya karena semuanya sama dan yang membedakan adalah ilmu dan ketaqwaan.


“Orang Jawa Barat tidak boleh merasa lebih baik dari Jawa Timur, kita adalah sama,” tegasnya.


Ia juga mengajak masyarakat untuk selalu taat kepada Allah, Rasul, dan ulil amri, yaitu orang -orang yang punya tanggung jawab dalam memegang urusan masyarakat.


“Walaupun dia bukan keturunan raden, kalau dia memegang urusanmu, dia menjadi ketua RT, ketua RW, lurah, camat, bupati, gubernur, presiden, ketua organisasi. Maka dalam lingkup yang menjadi urusan-urusan yang menjadi tanggung jawabnya, kita sebagai rakyatnya, kita sebagai anggotanya wajib untuk mentaati mereka,” bebernya.


Turut hadir dalam kesempatan tersebut para pengurus PCNU Garut, MWCNU zona Garut Utara, Ketua MUI Garut, Kapolres, para pejabat daerah, dan KHR Imaduddin Utsman al-Bantani selaku pimpinan Ponpes Nahdlatul Ulum sekaligus ketua RMI PWNU Provinsi Banten yang didaulat mengisi mau’izhah hasanah.


Pewarta: Aiz Luthfi
Editor: Musthofa Asrori