Humor

Saat Gus Dur Dikejar-kejar Polisi

Kam, 18 Juni 2020 | 07:15 WIB

Saat Gus Dur Dikejar-kejar Polisi

Ilustrasi Gus Dur dan Polisi. (Sumber foto: buku Gus Durku, Gus Dur Anda, Gus Dur Kita karya Muhammad AS Hikam)

Di akhir zamannya Pak Harto, para cendekiawan kritis banyak yang dihalang-halangi untuk bersuara. Terutama Gus Dur yang sejak awal menentang model kepemimpinan yang dinilainya tidak demokratis, penuh dengan KKN, dan cenderung membungkam rakyat.


Di tengah larangan-larangan tersebut, Gus Dur tetap berupaya keras menghidupkan demokrasi dengan hadir di acara-acara diskusi, seminar, dan forum-forum lain. Saat itu Gus Dur diundang oleh anak-anak GMNI di Jember, Jawa Timur.

 

 

Tentu saja aparat kepolisian dikerahkan supaya acara gagal atau minimal kurang lancar. Namun, tetap saja ceramah Gus Dur didengar banyak aktivis GMNI dan lain-lain. Untuk menghindarkan suatu yang tidak diinginkan, Gus Dur diarahkan untuk secepatnya meninggalkan lokasi acara.


Masih di dalam kota, mobil yang membawa Gus Dur sudah dibuntuti dua motor gede putih milik Polisi. Dua moge polisi tersebut berhasil menyalip mobil Gus Dur. Polisi sengaja mengambil jarak agak jauh di depan mobil Gus Dur agar dapat memberhentikannya.


“Ada apa?!” Gus Dur bertanya kepada polisi yang mencegatnya.


“Assalamu’alikum, kiai,” ucap salah seorang oknum polisi.


“Wa’alaikumussalam. Ini ada apa, kan saya sudah pergi. Sana pergi kalian,” Gus Dur mencoba mereka makin mendekat.


“Begini kiai,” kata oknum polisi sampai di kaca jendela. (sedangkan orang-orang di mobil Gus Dur sudah merasa khawatir)


“Begini kiai, mohon maad, saya tadi belum sempat salaman sama njenengan, jadi terpaksa saya mengikuti kiai. Tolong kiai, saya ingin salaman,” kata Polisi. Keduanya lalu salaman sembari mencium tangan Gus Dur.


“Matur nuwun kiai. Selamat jalan ya,” kata dua polisi tadi sambil cengengesan puas karena sukses bisa salaman dengan Gus Dur.


Kata Gus Dur: “Begitu lah orang NU. Tadinya mereka (polisi) sudah repot-repot disuruh menjaga supaya ceramah saya tidak suskes, eeh...ujung-ujungnya pengen salaman.” (Fathoni)


*) Disarikan dari buku Gus Durku, Gus Dur Anda, Gus Dur Kita karya Muhammad AS Hikam (2013).