Internasional

Aksi Teror Bersenjata di Universitas Kabul, 22 Orang Meninggal

Rab, 4 November 2020 | 06:00 WIB

Aksi Teror Bersenjata di Universitas Kabul, 22 Orang Meninggal

Seorang petugas keamanan Afganistan tiba di lokasi penyerangan di Universitas Kabul (Foto:Rahmat Gul/AP Photo)

Kabul, NU Online
Sedikitnya 22 orang tewas dan 22 lainnya luka-luka ketika beberapa orang bersenjata menyerbu Universitas Kabul pada Senin (2/11). Dalam aksi brutal yang berlangsung lebih dari satu jam tersebut beberapa mahasiswa tertinggal di dalam ruang kelas mereka dengan darah tercecer di mana-mana. 

 

Kejadian ini menjadi yang kedua kalinya dalam waktu kurang dari dua minggu yang menjadikan lembaga pendidikan di ibu kota Afganistan sebagai targetnya.

 

Dikutip dari Aljazeera, para saksi mata menggambarkan pemandangan mengerikan setelah insiden yang terjadi sekitar pukul 11 pagi waktu setempat, ketika seorang pembom bunuh diri meledakkan dirinya di dalam kampus. Dua pria bersenjata kemudian mulai menembak, kata para pejabat, menyebabkan ratusan siswa melarikan diri dan bergegas melewati tembok pembatas.

 

Fraidoon Ahmadi (23), seorang mahasiswa, mengatakan bahwa dia berada di kelas saat baku tembak terjadi. "Kami sangat ketakutan dan kami pikir ini bisa menjadi hari terakhir dalam hidup kami. Anak laki-laki dan perempuan berteriak, berdoa dan menangis minta tolong," kata Ahmadi mengisahkan saat dikepung selama lebih dari dua jam sebelum diselamatkan.

Mahasiswa memanjat tembok kampus untuk menyelamatkan diri. (Foto: Twitter/@AhMuhtar)

 

Wakil Presiden Amrullah Saleh menuduh dan menyalahkan Milisi Taliban sebagai pelakunya. Saleh mengatakan kepada media lokal bahwa ada banyak bukti untuk membuktikan klaimnya tersebut.

 

Namun, tuduhan ini dibantah juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid yang mengatakan bahwa tuduhan tersebut adalah upaya Saleh mencemarkan nama baik kelompok bersenjata tersebut, yang telah menandatangani perjanjian dengan AS pada Februari.

 

Sementara Presiden Ashraf Ghani menyebut serangan itu merupakan tindakan teror tercela dan mengumumkan hari berkabung nasional untuk menghormati para korban.

 

Hamid Obaidi, juru bicara Kementerian Pendidikan Tinggi, mengatakan bahwa serangan itu dimulai ketika para pejabat pemerintah tiba untuk pembukaan pameran buku Iran yang diselenggarakan di kampus. Pameran buku tersebut dihadiri oleh beberapa pejabat pada saat penembakan tersebut.

 

Dalam pameran tersebut Duta Besar Iran Bahador Aminian dan atase budaya Mojtaba Noroozi dijadwalkan meresmikan pameran yang menghadirkan sekitar 40 penerbit Iran.

 

Seorang pengamat konflik keamanan dan perdamaian Mushtaq Rahim mengatakan bahwa insiden tersebut kemungkinan akan berdampak negatif pada perundingan damai yang selama ini terus menghadapi tantangan.

 

"Orang-orang mulai mempertanyakan seluruh proses bahkan pada saat mereka negosiator hampir mendekati kesepakatan damai," katanya.

 

"Melihat serangan keji terhadap warga sipil dan instalasi sipil ini menjadikan rasa sedih dan pesimis publik. Pemerintah juga harus kembali mengambil pendekatan serius untuk meyakinkan harapan masyarakat," tambahnya.

 

Selama bertahun-tahun, kelompok bersenjata menjadikan beberapa lembaga dan pusat pendidikan sebagai target serangan. Tahun lalu, sebuah bom di luar gerbang kampus Universitas Kabul menewaskan delapan orang. Pada 2016, 13 orang tewas ketika orang-orang bersenjata menyerang Universitas Amerika di Kabul.

 

Setidaknya 24 siswa meninggal bulan lalu ketika pejuang ISIS melakukan pemboman bunuh diri di sebuah pusat pendidikan di lingkungan ibu kota yang mayoritas Syiah, di Dashte Barchi.

 

Kekerasan telah melanda Afghanistan sementara pemerintah dan negosiator Taliban telah bertemu di Qatar untuk mencoba menengahi kesepakatan damai yang akan memungkinkan Amerika Serikat untuk menarik pasukannya dan mengakhiri perang berkepanjangan ini.

 

Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan