Kesehatan

Anak Nggak Doyan Sayur? Ini 5 Cara Jitu Mengatasinya

Kam, 26 Mei 2022 | 17:44 WIB

Anak Nggak Doyan Sayur? Ini 5 Cara Jitu Mengatasinya

Anak Nggak Doyan Sayur? Ini 5 Cara Jitu Mengatasinya

Jakarta, NU Online
Akademisi Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro, Semarang, Fahmy Arif Tsani membagikan tips agar anak mau makan sayur. Sedikitnya terdapat lima tips yang ia sampaikan.


Pertama, mengenalkan rasa dan bentuk sayur sejak dini. Pengenalan sayur kepada anak, jelas Fahmy, sebaiknya dilakukan pada masa pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) atau umumnya kepada bayi setelah usia 6 bulan. 


“Tentu dengan konsistensi atau kepadatan yang bertahap, ya. Artinya, bisa diblender dan lainnya, sampai anak nanti bisa mengenal rasa sayur itu,” papar Fahmy kepada NU Online, Rabu (25/5/2022).


Kedua, membiasakan makan sayur sedini mungkin. Fahmy menilai, pengenalan sayur sebagai sumber pangan sehat bagi anak merupakan upaya paling utama. Pembiasaan makan sayur akan berjalan lancar jika sudah dikenalkan sejak dini, diiringi dengan orang tua sebagai role model-nya.


“Orang tua itu menjadi teladan yang baik bagi anaknya. Jangan harap anaknya itu akan gemar makan sayur ketika orang tuanya pun juga nggak suka sayur,” terangnya.


Ketiga, melibatkan anak dalam setiap upaya penyiapan makanan. Fahmy meyakini bahwa melibatkan anak dalam proses penyediaan makanan mulai dari menentukan menu, memasak, hingga menghidangkannya, dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab anak dengan makanannya.


Anak, sambung Fahmy, akan lebih menghargai makanan tersebut sehingga secara tak langsung anak akan dengan nyaman menyantap makanannya tanpa ada rasa paksaan.


Hal itu akan berbeda ketika anak tidak dilibatkan dalam proses penyajian, ditambah dengan adanya tekanan dari orang tua yang justru bisa menimbulkan trauma bagi anak.


“Sehingga pada saat disajikan dalam porsi makanan seolah-olah itu menjadi hasilnya dan harus dinikmati dengan nyaman tanpa ada paksaan,” papar magister lulusan Gangneung-Wonju National University, Korea Selatan itu.


Keempat, menyajikan sayur semenarik mungkin. Pria yang juga Pengurus di Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU) itu mengatakan, tampilan hidangan berbasis sayur yang menarik dan lucu bisa merangsang keinginan anak untuk makan sayur.


“Bisa  dibuat bentuk makanan yang lucu-lucu. Kalau di Jepang itu ada yang namanya ‘Bento’. Misalnya, ada bentuk wajah orang, matanya dari wortel, lalu pas lihat rambutnya dari brokoli,” jabarnya.


Hal ini diyakini dapat menggugah selera makan terhadap sayur karena anak merasa terhibur. Selain itu, dengan pola tersebut, anak akan merasa gembira. Hal ini merupakan langkah yang bisa digunakan untuk membentuk kebiasaan anak makan sayur.


Kelima, membentuk kebiasaan makan bersama. Makan bersama sekeluarga, kata Fahmy, bisa menjadi sarana dalam meningkatkan komunikasi antaranggota keluarga. Komunikasi yang terjalin di meja makan dapat membangun hubungan yang lebih erat.


Makan bersama pun bisa dilakukan di mana saja, baik di rumah maupun di restoran. Kendati demikian, Fahmy mengimbau orang tua harus bijak dalam menentukan restoran tujuan makan. Usahakan memilih restoran dengan menu yang sehat.


“Makan bersama di restoran sehat yang menyediakan menu sayur dan buah. Karena, ada restoran tertentu (yang tidak menyediakan menu sayur dan buah), kalau boleh saya menyebut itu restoran fast food. Itu minim atau bahkan tidak ada menu sayuran yang bisa kita pilih,” ungkapnya.


Kontributor: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Muhammad Faizin