Kesehatan

Konsumsi Daging Bakar Picu Kanker? Ini Tips Pencegahannya

Jum, 6 Januari 2023 | 02:00 WIB

Konsumsi Daging Bakar Picu Kanker? Ini Tips Pencegahannya

Ilustrasi: Masyarakat bisa tetap menikmati makanan yang dibakar dengan aman, dengan menyiasati cara memasaknya agar meminimalkan risiko kanker. (Foto: Freepik)

Sumenep, NU Online 
Pada banyak momentum seperti pergantian tahun, satu hal yang terbesit di pikiran masyarakat adalah mengadakan acara bakar-bakar bersama keluarga. Acara tersebut menjadi ajang berkumpul bersama keluarga yang hal itu akan jadi ladang amal, sedekah, membersihkan hati, dan membahagiakan istri, anak, ponakan, dan anggota keluarga lainnya.


Secara historis, bakar-bakar juga menjadi kegiatan favorit untuk memperkuat ukhuwah.


Di balik keseruan bakar-bakar, dr H Slamet Riadi, anggota Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU) Sumenep mengatakan, terkadang muncul isu makanan yang dibakar tidak baik untuk kesehatan. Seperti jika sering mengonsumsi dagig bakar bisa menyebabkan kanker.


Dokter Slamet Riadi menjelaskan, sebuah kajian menemukan bahwa dua jenis senyawa penyebab kanker dapat terbentuk selama pembakaran, yaitu hidrokarbon polisiklik aromatic (PAH) dan amines heterosiklik (HCA). PAH terbentuk di dalam asap yang nantinya menempel pada permukaan daging dan sulit dihilangkan.


Sedangkan menurut Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia Prof dr Aru Wisaksono Sudoyo, sambungnya, zat amines heterosiklik (HCA) akan terbentuk pada daging merah yang dimasak terlalu panas dengan menggunakan arang. Saat dibakar dengan arang, akan muncul hitam-hitam pada daging merah. 


"Itu berarti daging tersebut dipanaskan dalam suhu yang tinggi. Saat proses pemanasan itulah muncul HCA yang menjadi penyebab kanker. Jadi, bukan arangnya yang memicu kanker. Mengonsumsi makanan yang dibakar terlalu sering bisa meningkatkan risiko terkena kanker pankreas hingga 60 persen," terangnya kepada NU Online, Selasa (3/1/2023).


Menurutnya, bagi pecinta makanan bakar tak perlu khawatir. Masyarakat masih bisa tetap menikmati makanan yang dibakar dengan aman, yaitu dengan cara menyiasati cara memasaknya agar meminimalkan risiko kanker.


Dirinya memberikan tips yakni memilih daging yang tidak terlalu berlemak untuk dibakar. Daging yang berlemak saat dibakar akan meneteskan lemak, sehingga api akan menimbulkan asap yang berlebihan yang memicu terbentuknya zat karsinogen. Setelah itu rendam daging di dalam bumbu terlebih dahulu. 


"The American Institute for Cancer Research mengungkapkan bahwa merendam daging dalam bumbu selama 30 menit dapat mengurangi pembentukan zat karsinogen. Namun, kita juga tidak dianjurkan untuk menggunakan sembarang bahan bumbu. Pilihlah bumbu tradisional dan alami yang bisa menurunkan kadar HCA di dalam bakaran daging. Masak dulu daging dengan cara direbus sebelum dipanggang," ujarnya.


Dengan cara tersebut, lanjutnya, tidak perlu membakar daging terlalu lama, dan lemak pada daging juga bisa dihilangkan. Hal terpenting, kata dia, hindari memasak daging di atas temperatur yang tinggi dalam waktu yang terlalu lama, karena daging yang terpapar terlalu lama juga akan memberikan kesempatan pembentukan zat karsinogen.


"Agar tidak butuh waktu lama untuk matang, kita bisa mengiris daging tipis-tipis. Sering-sering membolak-balik makanan yang dipanggang atau dibakar," imbau Ketua LK Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Gapura ini.


dr Slamet mengutarakan, tidak hanya daging merah saja yang bisa memicu kanker. Daging olehan seperti sosis, bacon, dan ayam yang dibakar terlalu lama juga dapat meningkatkan risiko kanker. Oleh karenanya, sebaiknya batasi mengonsumsi daging olahan yang dibakar.


"Hindari memasak langsung di atas arang. Hilangkan bagian yang hitam di permukaan daging sebelum dikonsumsi," saran anggota Perhimpunan Dokter Nahdlatul Ulama (PDNU) Sumenep ini.


Kontributor: Firdausi
Editor: Kendi Setiawan