Kesehatan

Thibbun Nabawi untuk Kesehatan dan Kecantikan Ibu Pascamelahirkan

Rab, 1 November 2023 | 09:00 WIB

Thibbun Nabawi untuk Kesehatan dan Kecantikan Ibu Pascamelahirkan

Ilustrasi. (Foto: NU Online/Freepik)

Perjuangan terbesar kaum ibu adalah saat melahirkan anaknya. Kondisi yang sulit dan berat sering dialami oleh wanita ketika proses persalinan. Bahkan, tidak sedikit wanita yang sakit dan menemui syahidnya ketika menghadirkan seorang anak ke dunia ini. Karena begitu besarnya risiko ibu dalam proses melahirkan, Allah memberikan pahala yang besar atas pengorbanannya.

 

Tidak hanya itu, ketika bayi telah lahir dalam keadaan selamat, seorang ibu masih harus berjuang untuk menyehatkan dirinya. Pendarahan dan kondisi badan yang berubah seringkali membuat kesehatan seorang ibu menjadi lemah dan berkurang. Oleh karena itu, perawatan tubuh ibu pascamelahirkan sangat penting untuk mengembalikan kesehatan dan kebugaran tubuhnya.

 

Banyak perubahan fisik maupun mental yang perlu diketahui agar dapat diatasi oleh kaum wanita pascamelahirkan. Fase baru dalam kehidupannya menjadi seorang ibu harus diatasi dengan adaptif seiring tanggungjawabnya yang bertambah. Selanjutnya, adakah rekomendasi bahan-bahan alami untuk perawatan pascamelahirkan dari sudut pandang thibbun nabawi yang mudah ditemui di Nusantara? Bagaimana penggunaan dan apa saja khasiatnya yang perlu diketahui?

 

Satu bahan yang sangat mudah ditemui di Indonesia dan berguna untuk perawatan pascamelahirkan adalah beras. Bahkan beras direkomendasikan oleh Sayyidina ‘Ali secara marfu’ sebagai bahan herbal bermanfaat untuk berbagai gangguan kesehatan. Hal ini disebutkan oleh al-Hafiz Adz-Dzahabi dalam kitabnya At-Thibbun Nabawi.
Beras memiliki daya penyembuhan dan tidak mengandung penyakit di dalamnya” (Al-Hafiz Adz-Dzahabi, At-Thibbun Nabawi, [Beirut, Dar Ihyaul Ulum: 1990 M], halaman 73)

 

Penggunaan beras secara tradisional dalam bentuk minuman di Nusantara adalah dalam bentuk jamu kombinasi beras kencur. Penelitian yang dilakukan oleh Mentari dan Pramono di Sleman mengungkapkan bahwa ramuan beras kencur bermanfaat untuk menghilangkan rasa nyeri ibu pada masa nifas (Mentari dan Pramono, 2014, Kajian Hubungan Komposisi dan Khasiat Ramuan Obat Tradisional yang Digunakan oleh Ibu-ibu pada Masa Nifas di Kabupaten Sleman Bagian Barat, UGM Yogyakarta: halaman 1).

 

Selain diminum, beras juga dapat digunakan sebagai obat luar yang dioleskan dalam bentuk bedak param dan pilis bersama dengan bahan lainnya. Ramuan itu merupakan obat luar yang dioleskan pada bagian kulit ibu pascamelahirkan. Manfaat yang dirasakan adalah menghangatkan badan, mencerahkan warna kulit, menghilangkan flek-flek hitam selama kehamilan, mengurangi kerutan, menyegarkan badan, menghilangkan rasa sakit dan lelah pada otot badan, memberikan aroma segar pada badan dan berfungsi untuk menghilangkan bau badan.

 

Jenis tumbuhan yang menjadi kombinasi pada ramuan param adalah campuran beras dan rempah-rempah seperti kunyit, jahe, kulit jeruk purut, kencur, dan beberapa jenis bunga. Bedak param diracik secara sederhana dengan merendam beras lalu digiling halus dan dicampur dengan kombinasi rempah lainnya (Zumaidar dkk, 2019, Tumbuhan sebagai Obat Tradisional Pascamelahirkan oleh Suku Aceh di Kabupaten Pidie, Al-Kauniyah Jurnal Biologi 12(2): halaman 157-163).

 

Khusus pada bagian perut, wanita yang telah melahirkan biasanya mengeluhkan kondisi kulit yang mengendur. Selain dipijat, ada bahan alami yang juga bisa digunakan sebagai tapel. Tapel adalah obat luar atau oles yang digunakan pada bagian perut. Khasiat dari tapel dikenal secara tradisional bisa untuk mengecilkan dan meratakan perut yang semula kendur. Selain itu aroma dari bahan-bahan yang digunakan bisa melancarkan pengeluaran darah nifas. Ada banyak bahan yang dapat digunakan untuk keperluan ini, tetapi biasanya tapel mengandung jeruk nipis, kapur sirih, dan jahe-jahean.

 

Tahap berikutnya dalam fase perawatan ibu pascamelahirkan adalah pemulihan organ-organ vital. Pada fase ini biasanya ada ramuan tradisional yang berasal dari berbagai rempah-rempah untuk diseduh dan diminum. Berbagai suku di Indonesia mengenal ramuan ini dengan varian bahan herbal yang berbeda. Salah satu rempah yang dicampurkan dalam obat minum seduhan adalah bawang putih.

 

Uniknya, bawang putih telah disebutkan oleh al-Hafiz Adz-Dzahabi dalam kitab Thibbun Nabawi sebagai peluruh darah sisa pada masa nifas.

 

Mengonsumsi bawang putih baik untuk mengeluarkan darah sisa pascamelahirkan” (Al-Hafiz Adz-Dzahabi, At-Thibbun Nabawi, [Beirut, Dar Ihyaul Ulum: 1990 M], halaman 93)

 

Aspek lain yang tidak kalah pentingnya adalah menjaga kesehatan mental wanita pascamelahirkan. Faktor kelelahan pada ibu melahirkan ditambah dengan masa-masa awal menyusui bisa menguras energi. Apabila tidak diimbangi dengan istirahat yang cukup tentu akan mempengaruhi kondisi mental wanita. Salah satu metode terapi untuk relaksasi sekaligus memulihkan energi sehingga baik untuk menjaga stabilitas mental adalah dengan aromaterapi.

 

Sauna tradisional atau menguapi badan dengan ramuan herbal sangat terkenal di Nusantara. Salah satu daerah yang memiliki tradisi ini adalah wanita di kepulauan Maluku. Mereka merebus berbagai bahan seperti cengkih, daun pala, serai, jahe dan ditambah minyak kayu putih. Uapnya mereka hirup dalam balutan sarung atau kain yang menutupi seluruh tubuh mereka.

 

Selain menghirup aromaterapi, uap yang mengenai tubuh bermanfaat untuk menjaga kebersihan badan. Uap rempah-rempah bisa menghilangkan pengotor pada berbagai organ, termasuk untuk menjaga hygiene pada daerah kewanitaan. Oleh karena itu, ibu akan terhindar dari berbagai macam infeksi jamur yang gejalanya seperti keputihan dan gatal-gatal.

 

Kandungan aromaterapi dalam bahan-bahan yang disebutkan dapat meningkatkan mood dan memulihkan kondisi mental dari kelelahan. Tradisi ini dikenal dengan nama Ba’ukup dan dikerjakan oleh masyarakat muslim di Maluku (Asrina dkk, 2023, Health Behaviour and Social Support in Postpartum Mothers Treatment in Ba’ukup Tradition in Maluku, Pharmacogn J 15 (3): halaman 438-442)

 

Berbagai upaya untuk kesehatan wanita setelah melahirkan yang disebutkan di atas dapat dioptimalkan dengan status gizi yang baik. Oleh karena itu, perawatan ibu pascamelahirkan juga tidak lepas dari aspek nutrisi. Menjaga diet tidak hanya pada saat setelah melahirkan, tetapi juga hendaknya dilakukan sejak persiapan kehamilan dan selama mengandung.

 

Apabila ibu melahirkan mendapatkan perawatan yang baik, maka dapat diharapkan kesehatannya akan semakin meningkat. Energi yang telah pulih sangat bermanfaat untuk kegiatan pengasuhan anak dan menjalani kewajiban rumah tangga maupun aktivitas lainnya. Wallahu a’lam.

 

Yuhansyah Nurfauzi, pakar farmasi, pemerhati sejarah kedokteran dan sejarah peradaban Islam.