Nasional

3 Cara Mendidik Anak Sesuai Sunnah menurut Ning Imaz

Sab, 23 September 2023 | 19:15 WIB

3 Cara Mendidik Anak Sesuai Sunnah menurut Ning Imaz

Ning Imaz menyebut ada 3 parenting sunnah (mendidik anak) yang diajarkan dan dipraktikkan oleh Nabi Muhammad Saw (Foto: Tangkapan layar Youtube NU Online)

Jakarta, NU Online 
Ustadzah Imaz Fatimatuz Zahra atau yang akrab disapa Ning Imaz dari Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur) menyebut ada 3 parenting sunnah (mendidik anak) yang diajarkan dan dipraktikkan oleh Nabi Muhammad Saw.

 

Pertama menurutnya, Nabi Muhammad tidak pernah yang meninggikan suara kepada anak, bahkan kepada siapapun. Nabi Muhammad selalu bertutur kata dengan lembut kepada anak karena berdasarkan penelitian, ketika seorang anak mendengarkan suara yang keras dari orang tuanya, maka bisa merusak struktur otaknya.


“Perilaku Nabi ataupun sunnah itu sangat luar biasa sekali hikmahnya. Jadi hanya sekedar meninggikan suara saja itu mampu memberikan efek buruk kepada anak maka Nabi di sini mencontohkan beliau tidak pernah meninggikan suara kepada anak-anaknya,” jelasnya dalam tayangan video yang diunggah di Kanal Youtube NU Online, Sabtu (23/9/2023).


Kedua, ketika Nabi muhammad mendidik para sahabat, ia tidak melakukannya setiap saat. Nabi juga terkadang berinteraksi seperti biasa dengan para sahabatnya dengan tidak selalu menasihati, tidak selalu memberi tahu, dan tidak selalu melarang.


"Tetapi beliau mengambil waktu-waktu yang tepat dalam memberikan nasihat kepada para sahabatnya," ungkapnya,


Pola ini menurut Ning Imaz bisa diterapkan dalam ilmu parenting yakni tidak selalu menasihati terlebih menghardik anak. "Nasihat itu baik, nasihat itu perlu, nasihat itu wajib, tetapi tidak dilakukan setiap saat," imbuhnya.

 

Mengutip Imam Ghazali, ketika seorang anak terus-menerus diberi nasihat, maka dia akan kebal dengan nasihat, sehingga penting sekali untuk memilih dan memilah waktu yang efektif untuk memberikan nasihat kepada anak.


Orang tua, lanjut Ning Imaz, juga tidak boleh melakukan hal-hal yang destruktif seperti cara-cara yang bisa menghancurkan harga diri seorang anak dengan memarahinya di depan umum dan menyebut anak sendiri bodoh atau nakal. 


Tindakan ini menurutnya Justru bisa membentuk persepsi dan konsep diri terhadap anak-anak. "Penting sekali untuk berhati-hati dalam berkata terhadap anak-anak kita," ia mengingatkan.


Ketiga, tidak membanding-bandingkan seorang anak dan orang tua harus memanggil anak dengan panggilan yang mulia. Hal ini jelasnya, bukan bertujuan untuk meninggikan hati anak akan tetapi untuk membentuk persepsi dan konsep diri yang positif.


Hal ini telah dicontohkan Rasulullah dengan memanggil Sayyidina Hasan dan Husein sebagai pemimpin para pemuda di surga. Ini adalah hal yang baik dengan bukti ilmu psikologi saat ini menyebut bahwa salah satu penunjang terbesar kesuksesan seorang anak adalah harapan orang tuanya.

 

"Ketika dunia ini meragukannya (anak), tetapi ketika orang tuanya itu yakin bahwa dirinya (anak) bisa, maka sang anak itu akan yakin bahwa dia bisa," pungkasnya.