Nasional

5 Hal yang Perlu Diketahui Soal Cacar Monyet

Rab, 24 Agustus 2022 | 20:45 WIB

Jakarta, NU Online
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah mengkonfirmasi temuan kasus perdana cacar monyet atau monkeypox di Indonesia. Pasien tersebut merupakan pria berusia 27 tahun asal Jakarta.


Ia dikabarkan mengalami gejala infeksi cacar monyet usai melakukan perjalanan ke luar negeri. Berikut 5 hal terkait cacar monyet yang perlu Anda ketahui:


1. Gejala cacar monyet mirip cacar air 
Melansir laman resmi Kemenkes, penyakit cacar monyet memiliki tanda atau gejala mirip cacar air. Gejala tersebut meliputi demam akut lebih dari 38,5 derajat celcius, kelelahan (asthenia), sakit kepala, nyeri otot, ruam bintik-bintik berisi cairan sakit punggung, dan kelelahan.


Perbedaan utama antara gejala cacar air dan cacar monyet adalah cacar monyet bisa menyebabkan pembengkakan pada kelenjar getah bening (limfadenopati) sedangkan cacar air tidak. Masa inkubasi cacar monyet pun biasanya berkisar dari 6 hingga 13 hari, tetapi dapat pula 5 hingga 21 hari.


2. Penularan melalui kontak fisik
Virus cacar monyet dapat ditularkan ketika seseorang bersentuhan dengan virus, orang, bahan yang terkontaminasi virus. Virus cacar monyet juga menyebar dari hewan ke manusia melalui gigitan atau cakaran hewan yang terinfeksi atau melalui penggunaan produk yang terbuat dari hewan yang terinfeksi.


Virus ini dapat menyebar melalui kontak langsung dengan cairan tubuh atau luka pada orang yang terinfeksi atau dengan bahan yang telah tersentuh cairan atau luka tubuh.


Cacar monyet juga dapat ditularkan dari manusia ke manusia melalui kontak langsung melalui luka infeksi, koreng, atau cairan tubuh penderita.


3. Taat prokes kunci utama pencegahan cacar monyet
Menerapkan protokol kesehatan (prokes) dalam berkegiatan sehari-hari merupakan upaya pencegahan tertular cacar monyet. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi virus cacar monyet.


Pertama, mencuci tangan dengan baik dan benar. Utamanya setelah kontak dengan hewan atau manusia yang terinfeksi. Kedua, Memasak bahan makanan seperti daging dengan benar dan matang.


Ketiga, menghindari kontak dengan hewan yang dapat menjadi reservoir virus (termasuk hewan yang sakit atau yang ditemukan mati di daerah di mana cacar monyet terjadi). Keempat, menghindari kontak dengan bahan apa pun, seperti tempat tidur, yang pernah bersentuhan dengan hewan yang sakit.


4. Lesi bekas cacar monyet bisa hilang
Pengurus Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU), dr Makky Zamzami, mengatakan bahwa lesi bekas cacar monyet sebenarnya bisa hilang dengan sempurna.


Adapun upaya yang bisa dilakukan pasien adalah tidak menggaruk benjolan berisi nanah. Menggaruk benjolan, kata Makky, berpotensi menggores dan melukai lesi tersebut. Hal itu dikatakan bisa membuat bekas luka cacar menghitam dan sulit untuk dihilangkan.


“Ketika bintik yang berwarna merah itu terasa gatal, beberapa orang akan menggaruk. Kalau menggaruk hanya di sekitar ruam, sembuhnya bisa sempurna,” kata Makky.


Oleh karena itu, ia menyarankan agar pasien tidak menggaruk secara langsung bagian yang berisi cairan maupun nanah. Jika terasa gatal, pasien bisa mengusap-usap atau menggaruk di sekitar benjolan saja.


5. Angka kematian rendah
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa dari 40 ribu kasus konfirmasi cacar monyet di seluruh dunia, 12 orang dilaporkan meninggal terinfeksi. Hal itu, sambung Budi, menunjukan fatality rate atau angka kematian kasus akibat cacar monyet masih dalam kategori rendah, berkisar 0,4 hingga 0,5 persen.


“Tidak usah terlalu khawatir. Pesan saya, jaga prokes, jaga kebersihan. Kalau ada orang bergejala bintik-bintik, hindari bersentuhan fisik,” kata Budi dalam konferensi pers ‘The 3rd G20 Health Working Group’, Senin (22/8/2022).


Kontributor: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Musthofa Asrori