Nasional

6 Metamorfosa Generasi Muda Berkualitas Menurut Ning Imaz, Cocok untuk Resolusi 2024

Ahad, 31 Desember 2023 | 10:15 WIB

6 Metamorfosa Generasi Muda Berkualitas Menurut Ning Imaz, Cocok untuk Resolusi 2024

Ustadzah Imaz Fatimatuz Zahra. (Foto: instagram @imaz._)

Jakarta, NU Online

Ustadzah Imaz Fatimatuz Zahra atau yang akrab disapa Ning Imas dari Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Jawa Timur menyampaikan, dalam era modern dan globalisasi, generasi muda diharapkan untuk berfokus pada pencapaian nilai-nilai positif dan bermetamorfosa menuju individu yang berkualitas. 


Bermetamorfosa menurut Ning Imaz mencakup enam hal di antaranya fokus dalam hidup, evaluasi diri, penanganan keresahan, perbaikan kesalahan, pencarian makna, dan orientasi hidup.


Pertama, fokus pada pencapaian positif. Ning Imaz menyampaikan pentingnya aturan  hidup yang selaras dengan nilai-nilai spiritual. Ibadah misalnya baik dalam bentuk ritual maupun sosial, dianggap sebagai landasan untuk memperbaiki diri dan mencari ilmu. 


Terutama bagi generasi Z dan milenial, disarankan untuk memfokuskan diri pada perkembangan pribadi tanpa terlalu membebani diri dengan pikiran tentang kemajuan bangsa yang dianggap masih jauh.


"Ketika kita fokus terhadap diri sendiri maka akan membatasi distraksi gangguan dari luar. Kalau niatnya belajar betul-betul fokus untuk belajar. Terutama milenial dan Gen-Z belum saatnya  berpikir bagaimana bangsa ini maju. Itu terlalu jauh untuk kita," kata Ning Imaz dalam tayangan Ngaji Bareng Ning Imas dan Gus Rifqil "Metamorfosa Jiwa" dikutip NU Online, Ahad (31/12/2023).


Saat ini yang bisa dilakukan generasi muda adalah mengoptimalkan potensi yang dimiliki secara maksimal dengan cara disiplin diri. "Jadi kalau lagi kuliah-ngaji batasi distraksi dari luar yang mengganggu tujuan utama kita. Disiplin diri mampu membuat kita menunda kesenangan dan membuat kita menuju tujuan yang lebih besar," ungkapnya.


Kedua, evaluasi diri dengan growth mindset. Langkah kedua menurut Ning Imaz, melibatkan evaluasi diri dengan memiliki growth mindset atau pola pikir yang selalu ingin berkembang. Anak muda diingatkan untuk tidak pernah merasa puas, melainkan terus mencari pemahaman yang lebih dalam, baik dalam ilmu pengetahuan maupun dalam pelaksanaan ibadah.


"Anak muda harus punya kesediaan untuk berkembang sehingga tak pernah merasa puas. Teruslah merasa kurang ilmu, kurang ibadah, kurang amal, supaya kita mau berkembang," kata Ning Imaz.


Dia mengatakan, keseimbangan antara kepercayaan diri dan rasa tawadhu (rendah hati) dianggap kunci untuk membangun konsep diri yang positif. "Kita butuh rasa percaya diri tapi jangan berlebihan nanti jadinya tidak berkembang karena merasa cukup dengan diri saya," tuturnya.


Ning Imaz mengatakan, dalam era yang penuh potensi dan peluang, anak muda diminta untuk menghabiskan jatah gagal sebagai bagian dari perjalanan menuju kesuksesan. Pesan ini disampaikan dalam konteks semangat bangkit setelah kegagalan, memanfaatkan energi dan waktu yang melimpah untuk mencari formula keberhasilan.


"Sebagai anak muda setidaknya kita menyadari bahwa waktu kita masih banyak dan gunakan sebaik mungkin untuk mendekatkan kita pada masa depan yang lebih baik," ujarnya.


Ning Imaz mengutip kisah ashabul kahfi dalam Al-Qur'an yang mengisahkan 7 pemuda memiliki iman kuat sehingga mendapat pertolongan Allah swt. 


"Kisah ashabul kahfi kita bisa tahu bahwa pemuda yang idealis memperjuangkan keyakinannya. Pemuda yang yakin iman maka Allah swt memberinya petunjuk. Pemuda hari ini harus punya iman yang kuat, harus yakin memperjuangkan apa yang menjadi cita-cita terbaik kita," ajak Ning Imaz.


Ketiga, melampaui keresahan dengan penerimaan. Cara bermetamorfosis selanjutnya adalah melampaui keresahan, terutama menghadapi quarter life crisis yang sering dialami oleh generasi muda. Ning Imaz menyinggung standar sosial mengukur keberhasilan seseorang yang kerap dilihat dari segi pendidikan, materi.


Padahal kebahagiaan sejati berasal dari penerimaan diri yang besar, bukan dari kelimpahan. Kepercayaan kepada ajaran Islam dan penerimaan terhadap takdir dianggap sebagai kunci untuk melampaui keresahan.


"Kita harus memaknai ulang segala sesuatunya dengan cara yang paling relevan terhadap diri kita, tidak didikte oleh standar sosial yang mungkin tidak relevan dalam diri kita," bebernya.


Jika keresahan bisa dilampaui, terang Ning Imaz, maka terbentuk konsep diri yang positif. Melampaui keresahan juga harus punya perhitungan.


"Kita harus punya kalkulasi. Tapi kalkulasi jangan sampai menghentikan langkah kita agar mau mencoba sesuai kemampuan diri, biqodril imkan (mengukur diri)," imbuhnya.


Keempat, memperbaiki kesalahan dan berkembang. Ning Imaz menekankan pentingnya mengatasi ketakutan dan terus berkembang. Contohnya, dari seorang yang awalnya introvert menjadi ambivert ini menunjukkan bahwa melampaui diri sendiri memungkinkan perubahan positif.


"Saya ini introvert awalnya sebelum menikah. Saya lebih suka bergumul dengan buku dan tidak banyak sirkel. Sementara suami saya ekstrovert. Setelah menikah saling beradaptasi saya mau melampaui ketakutan saya berhadapan dengan banyak orang," ucap Ning Imaz berbagi pengalaman hidupnya.


Kelima, mencari makna hidup dan bersyukur. Generasi Z sering kali dihadapkan pada kebingungan dalam mencari makna hidup, terutama di tengah tekanan sosial untuk mencapai kesuksesan material. Ning Imaz menekankan pentingnya bersyukur sebagai kunci untuk mencapai kebahagiaan sejati. 


"Dengan bersyukur kelimpahan itu akan datang tapi kalau mengeluh kelimpahan akan semakin jauh. Jadi penting memaknai hidup dengan benar dan kesedihan dengan wajar," bebernya.


Keenam, memiliki orientasi hidup yang benar. Ning Imaz mengajak generasi muda untuk memiliki orientasi hidup yang benar sesuai dengan tujuan penciptaan. Dengan memiliki tujuan hidup yang jelas, diharapkan mereka akan menjadi individu yang sejalan dengan nilai-nilai penciptaan, mendapatkan ketenangan batin, dan meningkatkan kapasitas diri dan iman.


"Seseorang ketika punya orientasi hidup yang benar maka akan menjadi hamba yang kaffah--sesuai dengan tujuan penciptaan manusia untuk beribadah. Orang yang sejalan dengan tujuan dan penciptaan maka Allah swt akan menurunkan ketenangan dalam dirinya," ujarnya.


"Misalnya, kita beli baju baru kita tenang tapi itu bertahan hanya beberapa hari saja karena dunia ini adalah perhiasan palsu. Jadilah pribadi yang berusaha meningkatkan kapasitas diri dan kapasitas iman dengan bertawakal dan terus menjadi yang lebih baik," tandasnya.