Nasional

Alasan Mengapa Muslim Wajib Agungkan Rasulullah

Sel, 26 Oktober 2021 | 08:00 WIB

Alasan Mengapa Muslim Wajib Agungkan Rasulullah

Allah swt pun memiliki sifat takzim yang diberikan kepada Rasulullah. Dalam QS Al-Ahzab ayat 45-46, firman Allah yang menunjukkan pengagungan-Nya kepada Nabi Muhammad.

Jakarta, NU Online

Pengasuh Pondok Pesantren Darul Ummahatil Mu’minin, Jakarta Timur, Habib Hamid bin Ja’far Al-Qodri menjelaskan bahwa salah satu kewajiban umat Islam kepada Nabi Muhammad adalah mengagungkannya. Ia kemudian mengungkap beberapa alasan. 

 

Dijelaskan, pengagungan terhadap Nabi Muhammad merupakan kewajiban yang memang datang dari Allah. Bahkan bukan hanya umat Islam yang diwajibkan, para nabi dan rasul Allah pun mendapat kewajiban yang sama yakni untuk mengagungkan Nabi Muhammad. 

 

Habib Hamid menerangkan bahwa Allah pun memiliki sifat takzim yang diberikan kepada Rasulullah. Ia kemudian mengutip QS Al-Ahzab ayat 45-46, firman Allah yang menunjukkan pengagungan-Nya kepada Nabi Muhammad.

 

"Inna arsalnaka syahidan wa mubassyiran wa nadzira, wa da’iyan illallahi bi idznihi wa sirajan wa qamaran muniraa. (Ayat itu) bagaimana penghormatan Allah terhadap Nabi Muhammad, sehingga kita selaku umatnya dituntut untuk lebih takzim terhadap beliau," terangnya dalam Kajian Kitab Syamail Muhammadiyah di Pesantren Digital Majelis Telkomsel Taqwa (MTT) digelar virtua Kamis (21/10/2021).

 

Ia pun menjelaskan, Allah telah membai’at para nabi lalu datang seorang utusan yang akan membenarkan segala yang ada pada nabi-nabi sebelumnya. Kemudian  Allah meminta para nabi itu untuk beriman serta membela Nabi Muhammad. 

 

"Wa idz akhadzallahu mitsaqannabina limaa ataitukum min kitabin wa hikmatin, tsumma jaa-akum rasulun mushaddiqun limaa ma’akum, latu’minunnabihi wa laa tansurunnah. Tatkala Allah meminta perjanjian kepada para nabi, kemudian datang kepada kalian seorang utusan yang membenarkan apa-apa yang ada pada kalian. Tujuannya untuk beriman dan membelanya," terang Wakil Ketua Pengurus Wilayah (PW) Gerakan Pemuda (GP) Ansor DKI Jakarta itu. 

 

Ia berkisah, suatu ketika Sayyidina Umar pernah membaca beberapa lembar dari kitab Injil, kemudian Umar melihat ada perubahan di wajah Rasulullah. Seketika itu, terjadilah dialog antara Umar dan Nabi Muhammad. 

 

"Sayyidina Umar bertanya, Ya Rasulullah apakah gerangan yang membuat engkau seperti itu? Kata Nabi, apa yang ada di tanganmu? Umar menjawab, ini adalah lembaran dari kitab injil, menarik sekali. Kata Nabi, seandainya isa hidup niscaya dia akan ikut kepadaku," kata Habib Hamid, berkisah. 

 

Begitu pula saat Nabi Musa membaca keistimewaan-keistimewaan yang dimiliki Umat Nabi Muhammad di lauhul mahfudz. Nabi Musa lantas meminta kepada Allah agar mereka dijadikan sebagai umatnya. 

 

Keistimewaan itu seperti keutamaan Lailatul Qadr yang diakhirkan siksaan bagi umat Nabi Muhammad yang berbuat dosa. Siksaan yang diberikan tidak langsung sebagaimana yang diterima oleh Bani Israil yang seketika berbuat dosa langsung mendapat siksaan dari Allah. 

 

"Seperti kaum Nabi Musa diubah seketika oleh Allah menjadi kera yang sangat menjijikkan. Kaum ‘Ad dan kaum Tsamud, semuanya hancur gara-gara mereka membangkang kepada Allah. Ini berbeda dengan umat Nabi Muhammad," katanya.

 

Sampai-sampai dalam suatu riwayat dikatakan, bumi sangat kesal kepada orang-orang yang menginjakkan kakinya tetapi selalu bermaksiat kepada Allah. Namun karena kehormatan Nabi Muhammad, siksaan yang diberikan Allah itu diakhirkan.

 

"Bahkan nanti di akhirat, ditutupi dosa-dosa dari umat ini. Umat Nabi Muhammad istimewa, sehingga setiap kali Nabi Musa membaca keistimewaan umat ini, beliau mengatakan faj’alhum min ummati, jadikanlah mereka umatku. Kata Allah, mereka umat Nabi Muhammad. Akhirnya Nabi Musa mengatakan faj’alni min ummati, jadikanlah diriku sebagai umatnya (Nabi Muhammad)," terang Habib Hamid. 

 

"Itu alasan kenapa kita harus mengagungkan beliau karena perintah Allah. Nabi Muhammad juga mengatakan 'Ana sayyidunnas yaumal qiyamah', aku adalah sebaik-baiknya manusia di hari kiamat'. (Artinya, Nabi Muhammad) menjadi pemuka manusia di hari kiamat. Kita pun mengetahui rahmat Nabi Muhammad, wa maa arsalnaka illa rahmatan lil alamin,” pungkas Habib Hamid.


Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Kendi Setiawan