Nasional 1 ABAD NU

Buku tentang Syekh Nawawi Al-Bantani Dipamerkan di Bazar 1 Abad NU

Sel, 7 Februari 2023 | 03:50 WIB

Buku tentang Syekh Nawawi Al-Bantani Dipamerkan di Bazar 1 Abad NU

Buku tentang Syekh Nawawi Al-Bantani ditulis oleh Wakil Ketua Umum PBNU, KH Zulfa Mustofa. (Foto: Grup Mizan Media Utama)

Surabaya, NU Online 
Sejumlah stand bazar buku di Stand G7, Alun-alun Selatan, Depan Kantor Disdikpora Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur melengkapi Resepsi 1 Abad Nahdlatul Ulama (NU). Di antara stand tersebut diisi Mizan Media Utama dan menampilkan berbagai karya yang diterbitkan. Salah satunya adalah Syekh Nawasi Al Bantani Biografi Sosial Intelektual dan Spiritual. Buku ini dalah hasil karya Wakil Ketua Umum PBNU, KH Zulfa Mustofa.


Faried Widjan dari Mizan Media Utama mengatakan Syekh Nawawi Al-Bantani adalah sosok ulama Nusantara kelahiran Banten berkaliber internasional. Syekh Nawawi Al-Bantani mendapatkan banyak julukan, di antaranya al-Imam al-Muhaqqiq wa al-Fahhamah al-Mudaqqiq (Imam yang Mumpuni ilmunya), A'yan Ulama al-Qarn al-Rabi' Asyar li al-Hijrah (Tokoh Ulama Abad 14 Hijriyah), hingga Imam Ulama al-Haramain (Imam Ulama Dua Kota Suci). 


“Beliau adalah seorang ulama dan intelektual yang sangat produktif menulis kitab, jumlah karyanya tidak kurang dari 115 kitab yang meliputi bidang ilmu fiqih, tauhid, tasawuf, tafsir, dan hadits,” ujarnya kepada NU Online, Senin (6/2/2023).


Manaqib guru Hadratussyekh KH Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama ini 'dihadirkan' oleh KH Zulfa Mustofa, cicit kemenakan Syaekh Nawawi Al-Bantani ke dalam sebuah buku biografi berjudul Syaikh Nawawi Al-Bantani, Biografi Sosial Intelektual dan Spiritual.


“Sebelumnya terbit edisi Arabnya, 'Tuhfatul Qashi wa Ad-Dani fi Tarjamati Syaikh Nawawi bin Umar Al-Bantani'. Karya masterpiece Wakil Ketua Umum PBNU bisa dikatakan sebagai biografi resmi dan terlengkap yang membahas tuntas sejarah sosial, intelektual, spiritual, sanad guru, jejaring murid, pemikiran kebangsaan, inspirasi semangat antiimperialisme dan kolonialisme Sang Pemimpin Ulama Hijaz ini,” jelasnya.


Faried menegaskan buku biografi ini semakin menarik dan asyik, karena 'Kiai Penyair', Muballigh yang gemar berdiplomasi dengan syair Arab beruslub tinggi dalam setiap dakwahnya, menyajikan 57 bait nazam dalam Bahar Rajaz dengan judul 'Al-Mandhumat Al-Nawawiyah wal Khasais Al-Nahdliyah'. Nazam ini meringkas sejarah hidup Ulama nasionalis kelahiran Tanara, Banten ini.


Faried menyebutkan dalam buku tersebut dipaparkan beberapa peran Syekh Nawawi Al-Bantani yang 'untold story', dan sebagian belum pernah dikupas dalam buku-buku sejarah, seperti:

 
  1. Peran Syekh Nawawi dalam penyebaran paham Ahlussunnah wal Jamaah di Indonesia khususnya dan Asia Tenggara pada umumnya melalui karya-karya dan murid-muridnya.
  2. Peran Syekh Nawawi terhadap terbentuknya organisasi-organisasi Islam di Indonesia melalui murid-muridnya.
  3. Peran Syekh Nawawi dalam penanaman semangat nasionalisme terhadap generasi Indonesia sekarang melalui karya-karyanya.
  4. Peran Syekh Nawawi dalam gerakan perlawanan terhadap penjajah Belanda
  5. Peran Syekh Nawawi dalam menyiapkan generasi Indonesia yang berkualitas, baik sebagai ahli fiqih, sufi, tokoh politik, pedagang, dan lain-lain.


Wakil Presiden RI Prof KH Ma'ruf Amin dalam pengantarnya memuji buku ini. "Buku ini ditulis oleh KH Zulfa Mustofa yang merupakan cicit dari Syaikh Abdullah bin Umar, adik kandung Syaikh Nawawi Al-Bantani. Dalam buku ini dibahas kepribadian Syekh Nawawi sebagai seorang mahaguru dari para ulama Jawi (Indonesia sekarang) dan pengaruh intelektual serta dakwahnya,” ungkap Wapres.


Disebutkan, kontribusi besar Syekh Nawawi dalam menyebarkan paham Ahlussunnah wal Jamaah dan berdirinya berbagai organisasi keislaman di Indonesia melalui karya-karya dan murid-muridnya juga dibahas dalam buku ini. Di samping itu, buku ini mengulas peran Syekh Nawawi dalam menanamkan semangat nasionalisme kepada generasi Indonesia melalui kata-kata dan karya-karyanya. 


“Buku ini memiliki peran besar dalam menghidupkan kekayaan intelektual keislaman di negara kita, Indonesia. Buku ini juga memiliki kedudukan istimewa, khususnya bagi para santri pondok pesantren yang sedang mempelajari karya-karya Syekh Nawawi Al-Bantani,” lanjut KH Ma’ruf Amin. 


Sementara itu, Rais 'Aam PBNU KH Miftachul Akhyar menyampaikan bahwa buku tersebut sangat berharga dan sangat layak untuk diterbitkan dan dicetak, sehingga bisa dibaca oleh semua warga NU.


“Buku ini berisi berbagai informasi yang bermanfaat dan langka yang berhubungan dengan kepribadian Syekh Nawawi Al-Bantani yang sangat alim dan agung, baik dalam bidang keagamaan maupun politik,” ujar KH Miftah. 


Di antara keunikan buku ini menurutnya adalah ditulis oleh seorang penulis yang merupakan cicit dari Syekh Nawawi sendiri. Karena itu, buku ini penuh dengan berbagai cerita, kisah, dan informasi yang langka yang didapatkan dari para tokoh khusus. 


“Di samping itu, penulis juga melakukan inovasi dalam penulisan yang tidak ada sebelumnya, yaitu dengan membuat nazam-nazam qashîdah yang berisi kehidupan Syekh Nawawi, baik masanya, pemikirannya, maupun pengaruhnya," sambung Kiai Miftah.


Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Syamsul Arifin