Nasional

Empat Target yang Harus Dicapai Muslimat NU

Kam, 10 Maret 2022 | 12:00 WIB

Empat Target yang Harus Dicapai Muslimat NU

Ketua Pimpinan Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama Nyai Hj Mursyidah Thahir (Foto: NU Online/Syakir NF)

Jakarta, NU Online

Ketua Pimpinan Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama Nyai Hj Mursyidah Thahir menyampaikan empat tahapan target khidmat Muslimat untuk perempuan.


Hal tersebut disampaikan pada Konferensi Wilayah (Konferwil) XII Pimpinan Wilayah Muslimat NU DKI Jakarta di Hotel Luminor Pecenongan, Jalan Pecenongan No.35, Gambir, Kota Jakarta Pusat pada Kamis (10/3/2022).


Pertama, Muslimat akan mewujudkan perempuan yang sehat terlebih dahulu. Ini sebagai langkah awal menuju tahapan target berikutnya. Sebab, hal ini menjadi pondasi penting.


"Mudah-mudahan ini bisa terwujud. Mewujudkan Muslimat perempuan yang sehat," katanya.


Berikutnya, Muslimat melangkah untuk dapat mewujudkan perempuan sejahtera. Setelah sehat, perempuan juga harus sejahtera.


Setelah itu, Muslimat berupaya membangun kemandirian. Bukan saja mandiri dalam arti kekuatan ekonomi, tetapi juga mandiri dari sisi sosial dan politik.


Muslimat berkualitas menjadi target terakhir. Ia meyakini, PW Muslimat DKI Jakarta sudah sampai pada tahap ini. Berkualitas bukan hanya pada satu dua hal saja, melainkan dalam semua hal.


"Kita diharapkan menjadi berilmu, mengamalkan ilmunya, dan beriman. Itu yang disebut berkualitas," ujarnya.


Nyai Mursyidah juga menyampaikan bahwa Muslimat harus memegang teguh aqidah Islam Ahlussunah wal Jamaah an-Nahdliyah.


Sebab, ada banyak aliran dan pemahaman Islam. Paling tidak, Muslim Indonesia, khususnya di Jakarta, tengah menghadapi kelompok radikalis dan liberalis. Kelompok radikalis mengorbankan perdamaian, sedangkan kelompok liberalis mengacaukan iman.


Dalam memahami nash, Muslimat tidak tekstualis atau skriptualis yang keluar dari teks. Artinya moderat dalam memahami ayat-ayat Al-Qur'an dan hadits.


Akademisi alumnus Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta itu menyebut nikah antaragama yang sudah menyeleweng dari nash. Sebab, toleransi hanya berada di dalam wilayah kemanusiaan saja. Tidak ada toleransi di wilayah agama. Ia menegaskan dilarang mencampuradukkan ketauhidan dan kemusyrikan.


Nyai Mursyidah mengutip cerita Sayyidina Ali bin Abi Thalib ketika ayahnya meninggal dalam keadaan kafir. Nabi Muhammad saw memberikan arahan untuk mengurusi janazahnya dengan mandikan, mengafani, dan memakamkan. 


"Artinya, ada tetangga non-Muslim meninggal kita boleh takziyah. Kita boleh memandikan janazahnya. Kita boleh mengafani dan mengantarkan. Tapi kita tidak boleh menshalatinya," ujarnya.


Ia berharap agar Muslimat DKI Jakarta dapat tegas, tangkas, dan cepat dalam merespons kondisi sosial.


Nyai Mursyidah juga berharap Konferwil XII Muslimat NU DKI Jakarta dapat menghasilkan keputusan-keputusan strategis.


"Strategis itu artinya kerjanya sedikit hasilnya banyak," pungkas perempuan kelahiran Banyuwangi, Jawa Timur pada 5 Mei 1956 itu.


Pewarta: Syakir NF
Editor: Kendi Setiawan