Nasional HAUL GUS DUR

Gus Dur yang Multidimensi Sempat Bikin Alissa Wahid Bingung Pilih Tema Haul

Sab, 17 Desember 2022 | 21:40 WIB

Gus Dur yang Multidimensi Sempat Bikin Alissa Wahid Bingung Pilih Tema Haul

Ketua Panitia Pelaksana Haul Ke-13 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid, Sabtu (17/12/2022) mengatakan sempat bingung saat memilih tema haul pada tahun ini, sebab Gus Dur adalah sosok multidimensi. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Ketua Panitia Pelaksana Haul Ke-13 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid mengaku sempat bingung saat memilih tema haul pada tahun ini. Sebab, kata Alissa, Gus Dur adalah sosok yang multidimensi.


"Beliau humoris, pemikir, pembela hak-hak minoritas, pejuang demokrasi, negarawan, komentator sepak bola. Makanya kami sebetulnya panitia ini dilematis ketika memilih tema," tutur Alissa dalam Haul Ke-13 Gus Dur di Ciganjur, Jakarta Selatan, pada Sabtu (17/12/2022) malam.


Awalnya, Alissa berpikir untuk memilih tema tentang Gus Dur dan Piala Dunia. Namun, akhirnya tema Gus Dur dan Pembaharuan NU dipilih dengan beberapa pertimbangan. 


Salah satunya karena saat ini, NU sebagai jamiyah (organisasi) tengah menyongsong usia satu abad atau memasuki abad kedua pada 16 Rajab 1444 atau awal Februari 2023 mendatang.


Alissa menyebut, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) saat ini sedang gigih untuk mempersiapkan jamaah dan jamiyah NU memasuki abad kedua dengan baik.


"Karena yang tidak bisa diulang adalah peringatan 1 abad NU, maka dengan sangat terpaksa kami mohon maaf kepada para penggemar bola. Nanti tema Gus Dur dan Piala Dunia, pada piala dunia berikutnya," tutur Alissa.


Gus Dur dan Pembaharuan NU

Tema Gus Dur dan Pembaharuan NU dipilih oleh Mustasyar PBNU KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) sebagai sahabat Gus Dur sejak menempuh studi di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir, hingga pulang di tanah air, memperjuangkan dan merawat NU bersama-sama. 
 

"Malam hari ini kita akan menggali bagaimana kiprah, sepak terjang, perjuangan dan keteladanan yang diberikan Gus Dur dalam ruang atau dimensi kehidupan beliau sebagai pemimpin NU dan warga NU tentunya," ucap Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian itu.


Gus Dur dan NU Dikenal di Eropa

Alissa berkisah, suatu ketika sempat duduk bersebelahan dengan seorang laki-laki muda pada 2011. Laki-laki itu sempat menyapa dan memastikan bahwa perempuan yang duduk di sampingnya adalah putri Gus Dur.


"Sekarang saya sedang kuliah di Belgia. Saya ketika di Belgia atau di Eropa kalau ada seminar dan konferensi itu bangga saya menyebut dari NU. Karena ternyata banyak yang kenal NU. Kenal NU karena Gus Dur," tutur Alissa menirukan ucapan laki-laki yang duduk di sampingnya itu.


Inilah sebabnya, pada malam hari ini bakal dielaborasi mengenai pembaharuan yang telah dilakukan oleh Gus Dur selama di NU. 


Pesantren NU Kecil, NU Pesantren Besar

Gus Dur pernah mengatakan bahwa pesantren merupakan NU kecil dan NU adalah pesantren besar. Untuk mengenang Gus Dur, malam ini juga dilangsungkan pembacaan tahlil dipimpin Katib Aam PBNU KH Akhmad Said Asrori.


Pembacaan tahlil itu diikuti secara virtual oleh seluruh santri dari pesantren-pesantren yang memiliki sejarah penting pada saat Gus Dur memimpin NU. 


Di antaranya Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo Situbondo, Pesantren Lirboyo Kediri, Pesantren Cipasung Tasikmalaya, Pesantren Al-Munawwir Yogyakarta, Pesantren Daeussalamah Lampung, dan Pesantren Qamarul Huda Bagu Lombok Tengah.


"Ini pesantren yang menjadi tuan rumah, Munas-Konbes NU atau Muktamar NU pada masa Gus Dur menjadi ketum PBNU. Kami ingin malam hari ini, kita dapat menggali dan menyelami apa yang dulu diperjuangkan Gus Dur," kata Alissa.


Gus Dur dan Keluarga

Saat Alissa berusia 14 tahun, Gus Dur pernah memberi nasihat. Katanya, Alissa tak perlu banyak berharap kepada Gus Dur agar sama persis seperti bapak teman-temannya. Sebab Gus Dur mengaku tak akan bisa melakukan itu. 


Karena keluarga merupakan prioritas Gus Dur yang keempat setelah Islam, Indonesia, dan NU. Keluarga, istri dan anak-anaknya, terpaksa harus bisa menerima.

 

"Malam hari ini juga, kami ingin meminta Ibu Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid nanti berbagi pengalaman bagaimana rasanya menjadi pendamping seorang tokoh yang menempatkan keluarga sebagai prioritas keempat," katanya.


Tampak hadir Mustasyar PBNU KH Ahmad Mustofa Bisri, KH Husein Muhammad, KH D Zawawi Imron, dan Rais Syuriyah PBNU KH Nasaruddin Umar. Hadir pula Sekretaris Jenderal PBNU H Saifullah Yusuf dan Bendahara Umum PBNU Gus Gudfan Arif. 


Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Kendi Setiawan