Nasional

Kapolri Sebut Peran Besar NU Ajak Masyarakat dalam Kebaikan

Rab, 10 Juni 2020 | 15:15 WIB

Jakarta, NU Online

Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) Idham Azis menyebutkan peran besar Nahdlatul Ulama (NU) dalam mengajak masyarakat berlomba-lomba pada kebaikan. Peran NU tersebut sangat membantu tugas polisi dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) menjaga keharmonisan masyarakat Indonesia.

 

Menurut Kapolri, tanpa bantuan kiai dan warga NU, Polri dan TNI dalam menyelesaikan tugas- tugas negara tidak akan bisa lancar. Karena itu, ia berharap NU dan seluruh komponen bangsa khususnya TNI Polri harus terus berjalan bersama melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar.

  

"Komunikasi dan sinergisitas yang sudah terbangun terus dilanjutkan untuk bersama-sama menjaga Indonesia," kata Kapolri dalam Halal bi Halal dengan PBNU yang dilangsungkan secara virtual, Selasa (9/6).

 

Ia pun menyampaikan atas nama keluarga besar Polri di seluruh Indonesia mengucapkan selamat Idul Fitri 1441 Hijriah kepada jajaran PBNU. "Minal aidin wal faizin, mohon maaf lahir dan batin,” kata Kapolri.

 

Halal bi halal tradisi Indonesia sesuai ajaran Islam

Sementara, Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siroj mengatakan halal bi halal merupakan tradisi budaya Indonesia yang dilakukan umat Islam untuk bermaaf-maafan. Halal bi halal mempunyai terminologi yang digagas KH Wahab Chasbullah ketika dimintai pendapat oleh Presiden Soekarno untuk mengumpulkan semua pemimpinan bangsa. Silaturahim tersebut kemudian dinamai halal bi halal oleh Kiai Wahab.

 

Menurut Kiai Said, hal itu adalah salah satu ciri khas Islam Nusantara yang menyatu dengan budaya. "Islam yang harmonis dibangun di atas infrastruktur budaya," tegas Kiai Said.

 

Pihaknya mengajak semua pihak untuk dapat meningkatkan spirit nasionalisme dengan rasa cinta tanah air. "Mari kita perkuat membangun kebinekaan, semangat menghormati perbedaan. Karena perbedaan itu sunatullah sudah kehendak Allah SWT," bebernya.

 

Ia menyebutkan, Alam semesta ini diciptakan dengan perbedaan dan beragam seperti bahasa, budaya, suku, dan agama. Kiai Said berharap semua pihak tidak menghina atau merendahkan pihak lain, apalagi mencaci-maki agama, suku, budaya, bahasa, dan warna kulit orang atau kelompok lain. Hal itu menurut Kiai Said sangat tidak dibenarkan.

 

Ia menceritakan NU dilahirkan oleh Hadratussyekh Kiai Hasyim Asy'ari, kakek dari KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). NU didirikan dengan cita-cita memperkuat persaudaraan sesama umat Islam yang kemudian menjadi kekuatan persaudaraan sebangsa dan setanah air, lintas agama dan budaya. Hal itu selanjutnya menjadi persaudaraan sesama umat manusia.

 

Kiai Said berharap Indonesia bahkan dunia bisa bersatu, damai, harmonis, dan saling menyempurnakan.

 

Kontributor: Mochamad Ronji

Editor: Kendi SetiawanÂ