Nasional

Kiai Ma'ruf: MUI Ibarat Kereta Api, Tidak Boleh Dibawa Semau Sendiri

Sab, 8 Agustus 2020 | 07:00 WIB

Kiai Ma'ruf: MUI Ibarat Kereta Api, Tidak Boleh Dibawa Semau Sendiri

Ketua Umum MUI KH Ma’ruf Amin saat mengikuti acara Milad ke-45 MUI secara daring. (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online
Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma’ruf Amin menegaskan, MUI sudah memiliki sejumlah landasan berfikir dan manhaj (cara pandang), yakni manhaj wasathi (moderat), bukan manhaj ifrathi (radikal). 


Kiai Ma’ruf mengibaratkan MUI seperti kereta api yang memiliki rel, memiliki stasiun, dan memiliki gerbong yang berisi penumpang beragam. Ia mengingatkan kembali bahwa MUI tidak bisa dibawa semau sendiri dan keluar dari landasan yang sudah menjadi kesepakatan bersama. Oleh karenanya, jangan sampai ada yang membawa MUI sesuai keinginannya sendiri.


“Saya sering bilang di MUI, kalau tidak mau mengikuti rel dan pakemnya MUI, sebaiknya jangan berada di MUI. Jangan naik kereta. Naik taksi saja. Kalau taksi bisa diminta mau ke mana,” tegas Kiai Ma’ruf saat memberi sambutan pada Milad ke-45 MUI yang dilaksanakan secara daring, Jumat (7/8) malam. 


Dalam situasi sulit, yakni pandemi Covid-19 yang belum mereda sampai kini, MUI juga harus mampu berperan dalam ikut memperkuat berbagai sektor yang melemah akibat krisis ini. Ada dua dampak besar yakni dibidang kesehatan dan ekonomi yang terus diupayakan penanganannya oleh pemerintah. 


Menurut Kiai Ma’ruf, dalam Islam, hukum menyelesaikan masalah yang mengancam ini adalah fardlu kifayah (kewajiban bersama). Namun, jika bahaya yang mengancam sudah pada level sangat kritis maka hukumnya menjadi fardlu ‘ain (kewajiban setiap orang).


“Jadi, tugas MUI adalah himayatul ummah, menjaga umat dari dhararain (dua bahaya yakni kesehatan dan ekonomi),” tegas kiai yang juga Wakil Presiden RI ini.


Ke depan, lanjut Kiai Ma’ruf, tugas MUI sangat berat. Di antaranya untuk tetap menjaga keutuhan bangsa, menghadapi tantangan, terus melakukan perbaikan-perbaikan, melayani umat, dan menjaga kepercayaan.


“Oleh karenanya, harus dilakukan terus empowering atau penguatan. Rasulullah pun dalam haditsnya mengingatkan bahwa mukmin yang kuat lebih dicintai dari pada mukmin yang lemah,” tegasnya.


“MUI harus melakukan penguatan di segala bidang. Tetapi, jangan lupa mohon inayah (pertolongan) Allah. Kalau tidak ada inayah Allah pasti kita tidak akan berhasil,” sambung Kiai Ma’ruf.


Pada kesempatan tersebut, Kiai Ma’ruf juga berharap apa yang sudah menjadi pondasi dan prinsip MUI dalam berkhidmah terus dilanjutkan dan dikuatkan sehingga akan menjadi organisasi kuat. Jangan sampai justru dirobohkan dan dihancurkan sehingga membuat kepercayaan umat hilang.


“Kalau itu yang terjadi, kita adalah orang yang paling berdosa yang telah menghancurkan bangunan yang telah dibangun oleh para pendahulu kita. Kalau kita tidak bisa menjaga keutuhan ini, maka kita menjadi orang yang paling bertanggung jawab karena tidak bisa menjaga amanah dan pantas untuk dipersalahkan,” pungkasnya.


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Musthofa Asrori