Nasional

Kiai Said: Kekayaan Indonesia Bukan untuk Segelintir Orang

Sen, 24 Agustus 2020 | 14:45 WIB

Kiai Said: Kekayaan Indonesia Bukan untuk Segelintir Orang

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj. (Foto: NU Online/Fathoni)

Jakarta, NU Online

Indonesia diciptakan Allah dengan kekayaan yang luar biasa. Semua kekayaan itu cukup untuk memberikan kesejahteraan kepada 267 juta rakyat Indonesia, tetapi tidak cukup dan bukan untuk dikuasai segelintir orang yang tamak.


Hal tersebut ditegaskan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj, pada Webinar Nasional dalam rangka Harlah ke-29 Universitas Islam Nahdlatul Ulama (Unisnu) Jepara, Ahad (23/8).


“Hakikatnya, Allah sudah menyiapkan kekayaan Indonesia ini cukup untuk 267 juta rakyat. Mari kita nikmati secara bersama-sama,” tegasnya.


Ia mengatakan bahwa saat ini, sila kelima dalam Pancasila soal keadilan sosial merupakan sesuatu yang paling berat untuk diwujudkan. Dari sisi ekonomi, ia berharap agar NU senantiasa berbuat untuk memberikan advokasi kepada masyarakat kecil di akar rumput yang sebagian besar adalah Nahdliyin.


“Maka, saya juga meminta pemerintah agar lebih meningkatkan upaya untuk mengatasi Covid-19 yang sedang melanda negeri ini,” tegas Pengasuh Pondok Pesantren Luhur Al-Tsaqafah, Ciganjur, Jakarta Selatan itu.


Kiai Said pun merasa bersyukur karena selama ini NU telah mampu berupaya untuk menangani penanggulanan Covid-19. Terdapat sekitar 223 ribu Satuan Tugas Covid-19 yang tersebar di berbagai daerah, menyalurkan bantuan sosial berupa sembako sebanyak 19 truk atau kontainer kepada 60 juta jiwa.


“Kita juga punya tim kesehatan yang selalu melakukan rapid test, membagi-bagikan alat kesehatan, APD, dan hand sanitizer. Alhamdulillah kita selalu bekerja keras untuk mengatasi Covid-19 ini,” jelas kiai kelahiran Cirebon ini.


Ditegaskan Kiai Said, tidak ada ormas yang sangat aktif dan masif dalam gerakan kepedulian mengatasi Covid-19 ini, kecuali NU. Ke depan, NU akan meningkatkan kerja keras untuk penanganan terhadap virus berbahaya ini yang memiliki dampak pada kesehatan dan ekonomi bagi masyarakat kecil.


“Kalau dulu tahun 1998, saat krisis moneter korbannya hanya orang-orang kaya dan rakyat kecil tidak berpengaruh. Rakyat, ketika itu, yang penting ada beras dan lauk. Tapi sekarang berbeda. Korban Covid-19 ini adalah rakyat kecil pekerja harian di akar rumput,” jelasnya.


Kemudian, Kiai Said menegaskan bahwa virus corona ini memang ada. Bukan omong kosong atau bohong. Di luar, banyak orang yang mengatakan bahwa virus ini adalah bentuk konspirasi atau bohong.


“Saya tegaskan, virus corona ini ada dan mengancam kita, terutama kepada yang tidak sehat. Jadi, corona ini ada sampai sekarang karena vaksinnya pun belum ditemukan. Mari kita senantiasa mematuhi protokol kesehatan agar bisa terhindar dari virus ini,” pungkasnya.


Pewarta: Aru Lego Triono

Editor: Fathoni Ahmad