Nasional

Lebaran Momen Silaturahim, Ini Makna dan 10 Keutamaannya

Sab, 22 April 2023 | 04:45 WIB

Lebaran Momen Silaturahim, Ini Makna dan 10 Keutamaannya

Ilustrasi menyambung silaturahim. (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online

Idul fitri atau lebaran menjadi momentum yang pas untuk saling-kunjung dan berkumpul bersama keluarga, sanak saudara, tetangga, dan masyarakat dalam tradisi Muslim di Indonesia. Bahkan untuk tujuan menyambung tali kasih ini, masyarakat berbondong-bondong pulang kampung atau mudik setiap tahunnya.


Dikutip dari artikel NU Online berjudul Makna Silaturrahim dalam Sabda Nabi Muhammad, silaturrahim secara syariat merupakan amalan utama karena mampu menyambungkan apa-apa yang tadinya putus dalam relasi hablum minannas. Belum lagi keutamaan dari amalan ini di antaranya dapat memperpanjang umur serta melapangkan rezeki.


Muhammad Quraish Shihab dalam Membumikan Al-Qur’an: Peran dan Fungsi Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat (1999: 317) mengungkapkan substansi silaturrahim dalam Sabda Nabi Muhammad.


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Laysa al-muwashil bil mukafi’ wa lakin al-muwwashil ‘an tashil man qatha’ak. (Hadits Riwayat Bukhari). Artinya: “Bukanlah bersilaturrahim orang membalas kunjungan atau pemberian, tetapi yang bersilaturrahim adalah yang menyambung apa yang putus.” (HR Bukhari).


Dari Sabda Nabi Muhammad tersebut, jelas termaktub bahwa silaturrahim menyambung apa yang telah putus dalam hubungan hablum minannas. Manusia tidak terlepas dari dosa maupun kesalahan sehingga menyebabkan putusnya hubungan. Silaturrahim mempunyai peran penting dalam menyambung kembali apa-apa yang telah putus tersebut.


Lebaran merupakan momen yang paling tepat jika di hari-hari lain belum mampu menyambungkan apa yang telah putus. Energi kembali ke fitri turut mendorong manusia untuk berlomba-lomba mengembalikan jiwanya pada kesucian. Idul Fitri-lah yang mampu melakukannya. 


Meskipun disadari, silaturrahim sesungguhnya tidak terbatas dilakukan ketika Idul Fitri tiba. Manusia tidak mungkin harus menunggu berbulan-bulan hanya untuk meyambungkan apa yang telah putus. Hal ini didasarkan bahwa batas umur manusia tidak ada yang tahu. Tentu manusia akan merugi ketika nyawa tidak lagi dikandung badan namun masih menyimpan salah dan dosa kepada orang lain. 


Dalam buku yang sama, Quraish Shihab menjelaskan arti silaturrahim ditinjau dari sisi bahasa. Silaturrahim adalah kata majemuk yang terambil dari kata bahasa Arab, shilat dan rahim. Kata shilat berakar dari kata washl yang berarti menyambung dan menghimpun. Ini berarti hanya yang putus dan terserak yang dituju oleh kata shilat itu. 


Sedangkan kata rahim pada mulanya berarti kasih sayang, kemudian berkembang sehingga berarti pula peranakan (kandungan). Arti ini mengandung makna bahwa karena anak yang dikandung selalu mendapatkan curahan kasih sayang. Salah satu bukti yang paling konkret tentang silaturrahim yang berintikan rasa rahmat dan kasih sayang itu adalah pemberian yang tulus. Sebab itu, kata shilat juga diartikan dengan pemberian atau hadiah


10 keutamaan silaturrahim

Syekh Sulaiman Al-Bujairimi menyebut setidaknya 10 keutamaan silaturahim dengan mengutip beberapa hadits di dalamnya: 


وَفِي صِلَةِ الرَّحِمِ عَشْرُ خِصَالٍ مَحْمُودَةٍ


Artinya, “Dalam silaturahim terdapat sepuluh hal terpuji,” (Syekh Sulaiman Al-Bujairimi, Hasyiyatul Bujairimi alal Khatib, [Beirut, Darul Fikr: 2007 M/1427-1428 H], juz III, halaman 272). 


Sepuluh keutamaan bagi orang yang menjaga silaturahim adalah sebagai berikut:

  1. Ridha Allah. Pasalnya, silaturahim adalah perintah-Nya. 
  2. Membuat bahagia kerabat atau idkhalus surur. وَقَدْ وَرَدَ فِي الْخَبَرِ  إنَّ أَفْضَلَ الْأَعْمَالِ إدْخَالُ السُّرُورِ عَلَى الْمُؤْمِنِ Artinya, “Telah tersebut dalam sebuah hadits, ‘Salah satu amal paling utama adalah idkhalus surur atau memasukkan kebahagiaan ke dalam hati orang yang beriman.” 
  3. Membuat bahagia malaikat karena malaikat senang pada silaturahim. 
  4. Melahirkan memori atau ingatan positif dari orang beriman terhadap mereka yang menjaga silaturahim. 
  5. Membuat hati dan pikiran Iblis susah karena mereka menghendaki semangat persaudaraan manusia pecah. 
  6. Menambah berkah umur. 
  7. Menambah keberkahan rezeki. 
  8. Membuat bahagia ayah dan kakek yang sudah wafat karena mereka senang kalau keturunannya menjaga hubungan kekerabatan. 
  9. Menambah muruah. 
  10. Menambah pahala setelah mereka yang menjaga silaturahim wafat karena karena kerabat-kerabat akan menyebut kebaikannya semasa hidup.

Kontributor: Suci Amaliyah
Editor: Fathoni Ahmad