Nasional

Nilai Kasih Sayang Ulama adalah Tak Berkata Kasar

Ahad, 29 Desember 2019 | 13:00 WIB

Nilai Kasih Sayang Ulama adalah Tak Berkata Kasar

Dosen UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, KH Mujib Qulyubi saat menyampaikan meteri dalam MKNU di Balai Pusdiklat Kemenaker, Jakarta Timur, Sabtu (28/12) malam. (Foto: NU Online/Rahman)

Jakarta, NU Online

Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta KH Mujib Qulyubi mengingatkan masyarakat agar tak terprovokasi oleh narasi-narasi negatif yang disampaikan oleh orang tertentu. Menurutnya, di Indonesia banyak orang yang mengaku ulama tetapi karakter dan sikapnya tidak mencerminkan ulama, seperti berkata kasar dan mudah menyalahkan orang lain.

 

Baginya, ulama adalah orang yang menebarkan kasih sayang. Diantara kasih sayang tersebut yakni tak berkata kasar dan tidak cepat menyalahkan orang lain.

 

“Ulama itu adalah sosok yang melihat persoalan umat dengan mata batin kasih dan sayang,” kata Kiai Mujib saat menjadi narasumber dalam Madrasah Kader Nahdlatul Ulama (MKNU) Pimpinan Pusat Fatayat NU di Balai Pusdiklat Kemenaker, Jakarta Timur, Sabtu (28/12) malam.

 

Ia menjelaskan, menyalahkan seseorang apalagi di hadapan jama’ah berpotensi memunculkan konflik berkepanjangan. Karenanya, pendakwah harus hati-hati ketika menyampaikan materi-materi dakwahnya.

 

“Ulama itu tidak mudah menyalahkan, galak dan kasar, namun lemah lembut dan menyejukkan, karena nilai rahmah atau kasih sayang melekat pada dirinya,” tegasnya.

 

Selain itu, kaderisasi di MKNU harus dijadikan momentum memperkuat ideologi Ahlussunnah wal Jama'ah (Aswaja). Sebab, Aswaja banyak mengajarkan nilai-nilai Islam yang ramah dan menjunjung toleransi.

 

“Penguatan Aqidah, relasi NU dan ideologi adalah materi utama dan penting. Karena tidak semua Aswaja itu NU. Oleh karena itu NU mempertegas dengan istilah Aswaja An-Nahdliyah,” ungkap Alumnus Pesantren Lirboyo ini.

 

MKNU tersebut akan berlangsung selama tiga, sejak Sabtu hingga Senin (30/12) mendatang. Peserta MKNU tidak hanya kader Fatayat NU dari cabang dan wilayah tetapi anggota Kopri PMII dan IPPNU juga turut menjadi peserta.

 

“Pesertanya tidak saja dari Pengurus Pusat, namun ada juga yang dari Pengurus Wilayah dan Pengurus Cabang-cabang di antaranya dari Provinsi Banten, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Termasuk PB Kopri PMII, IPPNU, dan kader NU lainnya yang ingin mengikuti MKNU,” kata Wakil Ketua Pimpinan Pusat Fatayat NU, Nur Nadlifah saat pembukaan MKNU.

 

Nur Nadlifah menegaskan, Fatayat sebagai Banom NU berkomitmen untuk mengembangkan kemampuan kepemimpinan, militansi keumatan, pemberdayaan dan pelayanan kepada masyarakat. Upaya itu dilakukan semata-mata untuk memberi manfaat kepada masyarakat,dan demi cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

 

Di tempat yang sama, Wakil Sekjen PBNU yang juga Ketua MKNU, H Sulthonul Huda menjelaskan, kegiatan MKNU yang dilaksanakan Pimpinan Pusat Fatayat NU adalah MKNU angkatan ke 201. Menurutnya MKNU merupakan kegiatan wajib bagi kader NU di seluruh tanah air berdasarkan amanat Muktamar NU.

 

“Kaderisasi merupakan keputusan resmi Muktamar NU ke 33 tahun 2015 dan sudah masuk di AD/ART. Semua pengurus terikat dengan kebijakan NU, termasuk Banom. Dan ini merupakan kewajiban kita semua,” tuturnya.

 

MKNU akan diisi dengan materi penguatan ideologi oleh Tim MKNU di PBNU, antara lain KH Mujib Qulyubi , H Endin AJ Sofihara, KH Masduki Baidlowi, H Sulthonul Huda, H Robikin Emhas, dan H Ahmad Sudrajat.

 

Kontributor: Abdul Rahman Ahdori

Editor: Aryudi AR