Nasional

PBNU: Warung Kerukunan Wujudkan Dua Nilai Persaudaraan

Kam, 29 Juli 2021 | 09:00 WIB

PBNU: Warung Kerukunan Wujudkan Dua Nilai Persaudaraan

Warung Kerukunan LTM PBNU. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengapresiasi didirikannya Warung Kerukunan atas inisiasi LTM PBNU bersama Persatuan Gereja-Gereja dan Lembaga-Lembaga Injili Indonesia (PGLII), Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi), Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin), serta Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI). 


Ketua PBNU Bidang Dakwah dan Masjid KH Abdul Manan Ghani menegaskan, Warung Kerukunan mewujudkan dua nilai persaudaraan yang selama ini diajarkan oleh para ulama NU yakni ukhuwah wathaniyah (persaudaraan kebangsaan) dan ukhuwah insaniyah (persaudaraan kemanusiaan).


Sebab, Warung Kerukunan Lintas Agama itu didirikan untuk membantu meringankan beban para pekerja harian yang terdampak akibat perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat hingga 2 Agustus 2021. Hanya dengan berinfak Rp5000, seseorang bisa mendapatkan makanan siap saji. Salah satu titiknya berada tepat di depan Gedung PBNU. 


“Jadi, dua nilai persaudaraan ada di situ, persaudaran kebangsaan dan kemanusiaan. Dua nilai itu yang sedang dikembangkan. Karena kita kan perlu mengembangkan kebersamaan dan persatuan. Lebih-lebih di saat pandemi Covid-19 ini yang mengakibatkan dampak bagi kita semua,” tutur Kiai Manan saat ditemui di Gedung PBNU, Jl Kramat Raya 164 Jakarta, Rabu (28/7/2021). 


Berbagai pembatasan kegiatan masyarakat untuk menurunkan angka penularan Covid-19 itu berdampak pula bagi banyak orang yang kesulitan mencari makan. Karena itu, organisasi lintas keagamaan berinisiatif untuk mendirikan Warung Kerukunan. 


“Yuk sama-sama kita bikin, membantu teman-teman yang terdampak, kaum dhuafa, untuk memberikan makan siang. Itu pun baru terbatas. Mudah-mudahan ini menjadi langkah baik,” tutur kiai asal Cirebon, Jawa Barat itu.


Kiai Manan menjelaskan bahwa persaudaraan kebangsaan sangat penting diterapkan dan diaplikasikan dalam situasi pandemi Covid-19. Menurutnya, Indonesia bisa menjadi negara yang damai lantaran NU senantiasa mendorong untuk terciptanya persaudaraan antar sesama anak bangsa. 


Persaudaran kemanusiaan pun mesti diwujudkan di tengah pandemi ini. Salah satunya, Kiai Manan mengutip Sabda Nabi Muhammad yakni laa dharara wa laa dhirar (janganlah membahayakan diri sendiri dan membahayakan orang lain). 


“Semua orang tidak menghendaki Covid-19 ini. Karena ada social distancing, tidak boleh ada kerumunan, dan kita juga sudah membahas soal Fiqih Covid-19 sudah dijelaskan oleh LBM masailuddiniyah tentang betapa pentingnya kita harus menjaga satu sama lain, jangan sampai kita membahayakan orang lain atau orang lain memberikan bahaya kepada kita,” terangnya.


Sementara itu, Ketua Panitia Warung Kerukunan Agus Wustho menjelaskan bahwa Warung Kerukunan sudah didirikan di lima titik. Namun, ia optimis menargetkan akan mendirikan Warung Kerukunan ini pada 20-30 titik di Jabodetabek. 

 


Meskipun berada di pinggir jalan raya, tetapi pengabaran soal keberadaan Warung Kerukunan ini sangat cepat menyebar. Terutama dari kalangan Ojek Online (Ojol). Per hari, disiapkan sebanyak 100 paket nasi dan habis hanya dalam waktu beberapa jam. 


“Pengalaman kemarin dari mulut ke mulut. Bahkan ada beberapa Ojol yang datang sudah bawa Rp5000, sudah tahu dia. Ojol satu-dua sudah ke mana-mana suaranya. Itu hebatnya Ojol. Cepat sekali. Insyaallah habis,” kata Sekretaris LTM PBNU itu.


Tokoh agama peduli umat


Ketua Komisi Lintas Agama PGLII Pendeta Yesaya Suharsono menegaskan bahwa keberadaan Warung Kerukunan ini sebagai bentuk kepedulian yang diberikan para tokoh agama kepada umat dan masyarakat. 


“Kita sebagai tokoh agama, tidak hanya peduli terhadap iman, tetapi imun juga tetap harus dijaga. Kami memberikan bantuan kepada saudara-saudara kita pekerja harian. Kami ingin meringankan mereka. Dengan cara seperti ini, walaupun tidak banyak, tapi kami sudah melangkah dan memperhatikan mereka. Kami mengasihi dan peduli mereka,” katanya. 


Warung Kerukunan menunjukkan bahwa para tokoh agama sama-sama memiliki beban dan tidak boleh ada lagi perbedaan tentang kemanusiaan. Terbukti, katanya, Warung Kerukunan tersebut mendapat respons yang sangat baik dari masyarakat. 


“Ini bukan lagi urusan organisasi atau lembaga, tapi urusan kemanusiaan yang harus segera kita lakukan. Sekarang waktunya kita bersama-sama. Kita semua rukun dan baik-baik, mengasihi saudara-saudara kita yang sedang kesusahan. Umat harus terus semangat dan sehat,” tegas Pendeta Yesaya. 


Senada, Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) DPP Walubi Romo Asun Gotama menuturkan bahwa upaya yang dilakukan para tokoh agama ini sebagai bentuk kepedulian. Tokoh agama dari masing-masing organisasi keagamaan bahu-membahu membantu masyarakat yang membutuhkan. 


“Maka kami membentuk kemasan nasi dengan berbagai macam lauk-pauk, dengan sekadar infak (Rp5000) agar mereka bisa mendapatkan makanan yang layak. Ini yang kami lakukan sebagai bentuk kepedulian. Inilah sumbangsih nyata kita kepada masyarakat. Kita, tokoh-tokoh agama peduli kepada bangsa dan negara ini,” ucapnya. 


Sebagai informasi, infak Rp5000 untuk mendapatkan makanan di Warung Kerukunan itu bertujuan agar menghindari kerumunan. Selain itu, infak tersebut digunakan untuk membantu beberapa UMKM yang terdampak PPKM Darurat.


Warung Kerukunan dibuka pada setiap Rabu dan Sabtu, pukul 11.00 WIB sampai selesai. Warung itu berada di lima titik, yakni di depan Gedung PBNU, Masjid Al-Muchlisin Emporium, Pluit Jakarta Utara; Masjid Al-Mansyur Jalan Sawah Lio Raya Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat; Sekolah Solideo, Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang Selatan; dan Pura Aditya Jaya, Jalan Daksinapati Raya 10, Rawamangun, Jakarta Timur.


Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Syakir NF